Bermain di Jaring Laba-Laba

Kolom4495 Dilihat
banner 468x60

Oleh Erfan Gagu

Pada zaman dahulu, di sebuah hutan, hiduplah seekor semut yang bernama Duspe. Dia memiliki dua teman yaitu Deko, seekor kera, dan Tara, seekor ayam hutan.
Duspe, Deko, Tara duduk di bawah pohon ara. Mereka bermain rumah-rumahan. Mereka membuatnya dari daun dan ranting-ranting pohon. Duspe bertugas mengumpulkan daun kering. Tara dengan lincahnya memungut ranting pohon. Deko bertugas untuk membangun rangka rumah-rumahan itu. Suara tawa mereka memecah heningnya hutan. Ketiganya sibuk dengan tugas masing-masing. Deko lincah berpindah dari satu rangka ke rangka lain. Tangannya sesekali menyeka keringat di dahinya. Tangan-tangan Duspe cekatan merajut daun kering. Dia menjahit daun-daun kering itu untuk dijadikan atap. Tara juga tidak kalah semangatnya.
“ Deko, ambil yang ini!, teriak Tara sambil menyodorkan ranting kepada Deko.
Rumah-rumahan itu sudah jadi. Ketiganya rebahan di dalam. Mereka menutup mata dan membiarkan angin mengenai tubuh mereka.
“Bangun!Bangun!, Duspe membangunkan kedua kawannya.
Dia mengajak mereka untuk jalan-jalan. Dia lelah rebahan terus. Dia ingin bermain. Deko menyodorkan tangannya. Duspe melompat ke telapak tangan Deko. Kaki kecil Duspe merangkak menuju pundak Deko. Deko menggapai dahan-dahan pohon dengan lincah. Dia bergerak cepat sekali. Duspe hanya berteriak kegirangan. Tara mulai mengepakkan sayapnya dan terbang. Sesekali dia turun dan berjalan.
Duspe membisikkan sesuatu ke telinga Deko. Deko mengangguk dan tersenyum. Dia memanggil Tara. Tara mengepakkan sayapnya lebih cepat. Dia terbang lebih tinggi ke arah Deko. Deko berhenti di cabang pohon jambu. Duspe turun dari pundak Deko. Tara kemudian menyusul mereka. Duspe kemudian mulai mencari jambu yang paling ranum. Gigi kecilnya mulai menggigit buah jambu itu. Tara juga mencari jambu yang sudah ranum. Dia mematuk dengan paruhnya. Deko tampak asyik makan jambu di dahan yang lainnya.
Duspe berjalan ke arah Tara dan Deko.
“Coba lihat itu!”, dia menunjuk ke arah sawah. Ketiganya menggeleng karena takjub. Duspe bercerita bahwa nama persawahan itu adalah Lingko Pong. Dia mengatakan persawahan itu seperti jaring laba-laba raksasa.
Deko meraih dahan yang paling tinggi. Dia mengangguk. Tak mau ketinggalan, Tara terbang ke dahan itu. Tara terkesima. Duspe memanggil kedua temannya.
“Ayo kita ke sana!”, dia mengajak mereka mendekati sawah itu.
Keduanya sepakat dengan Duspe. Duspe kemudian melompat ke atas kepala Tara. Tara terbang menuju persawahan itu. Tak hentinya mereka mengagumi jaring laba-laba raksasa itu. Deko berjalan mendekati persawahan. Kakinya berusaha melangkah lebih cepat.
“Aduh!Perih!”, jerit Deko.
Deko berhenti di satu dahan. Duspe bergegas turun dari pundaknya.
“Tara!Tara!, teriak Duspe memanggil Tara. Tara menoleh ke arah mereka, tetapi hanya sebentar. Ia kemudian terus terbang ke arah sawah. Dia penasaran dengan sawah tadi.
Duspe kemudian memeriksa hidung Deko.
“Duri”, katanya singkat.
Duspe kemudian berusaha mengeluarkan duri itu. Deko meringis kesakitan.
“Sudah”, ujar Duspe. Kemudian dia mengambil rumput dan menempelkannya di luka pada kaki Deko. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke sawah tadi.
Duspe dan Deko menghampiri Tara yang sudah tiba lebih awal di tengah sawah itu.
“ Ini disebut Lodok, kata Duspe sambil bercerita bahwa tiap bagian diukur menggunakan jari tua teno.
Tara memperhatikan ada bekas lubang di titik pusat itu. Di sampingnya, Deko mengais lubang itu dengan tanganya.
“Jangan”, Duspe meminta Deko untuk tidak melakukan itu.
“Ayo kita lomba lari”, usul Tara. Deko setuju dengan usul Tara. Duspe menggeleng kepalanya, tanda tidak setuju. Duspe tahu bahwa dia pasti kalah. Dia tidak mungkin dapat bersaing dengan dua temannya itu. Dia mengusulkan agar dia menjadi wasit. Tara dan Deko setuju. Ketiganya sepakat menjadikan langang sebagai lintasan. Duspe mengatakan bahwa masing-masing dapat memilih satu langang. Mereka harus berlari sampai ke cicing. Deko mengusulkan supaya Tara tidak boleh menggunakan sayapnya. Tara mengangguk tersenyum.
Duspe memanjat sehelai rumput di lodok itu. Dia mencari rumput yang kuat agar tidak tertiup angin. Tara dan Deko mencari langang yang kering.
“Satu, dua, tiga”, Duspe memberikan aba-aba. Pada hitungan ke tiga Tara dan Deko mulai berlari. Duspe terbahak-bahak saat Deko tergelincir. Deko tampak penuh lumpur. Dia berusaha bangkit. Kakinya berlari lebih cepat mengejar Tara. Tara mencapai cicing lebih awal. Dia berbalik menuju lodok. Di langon yang lain, Deko mulai mendekati Tara. Tara hampir mencapai Lodok. Tiba-tiba kakinya terperosok.
“Deko!Deko!Deko!”, Duspe berteriak memanggil Deko ketika ia melihat Tara terperosok dan meringis kesakitan.
Deko berlari cepat. Dia bergegas menarik kaki Tara. Tampak Tara kesakitan. Deko kemudian menggendong Tara. Duspe mengikuti mereka. Mereka beristirahat di lodok. Duspe menyeka keringat di dahi Tara. Deko mengobati kaki Tara dengan dedaunan.
“Deko, saya minta maaf tadi tidak menolong kamu saat hidungmu tertusuk duri”, ujar Tara
“Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah sembuh sekarang”, jawab Deko.
Merasa kakinya sudah mulai sembuh. Deko menyodorkan punggungnya kepada Tara. Tara tersenyum dan mengangguk.
Duspe juga melompat ke punggung Deko. Deko mulai berjalan. Kakinya kokoh, tidak lelah sama sekali. Dari mulutnya keluar siulan. Saat tiba di hutan, tangannya mulai bergelantungan di dahan. Dia berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Tara dan Duspe berteriak kegirangan di punggungnya.
Mereka tiba di rumah-rumahan mereka. Ketiganya tidur dalam rumah-rumahan itu. Tara kemudian bangun. Dia mengepakkan sayapnya supaya kedua temannya itu tidak kepanasan.

banner 336x280

***

Teman-teman yang hebat, orang Manggarai memiliki sistem pembagian lahan berbentuk jaring laba-laba yang disebut lingko. Titik pusat lingko disebut lodok dan bagian terluar disebut cicing.
Lingko dapat dijadikan sebagai media untuk teman-teman belajar tentang lingkaran, diameter, jari-jari, dan titik pusat lingkaran.
Pesan moral cerita ini adalah kemanusiaan adalah di atas segala-galanya. Kita harus menyayangi sesama, terutama yang sedang membutuhkan bantuan kita.
Langang: batas tanah antara pemilik lahan di lingko
Lodok: Titik pusat lingko. Lodok ini menjadi pusat pembagian lahan
Cicing: batas luar lodok
Lingko: lahan persawahan/perkebunan orang Manggarai

 

Tentang Penulis:
Herfan Y. P. Gagu, S.Pd. adalah seorang guru di UPTD SMP Negeri 1 Borong, Kabupaten Manggarai Timur. Erfan, demikian dia dipanggil, pernah menjadi pemenang I Lomba Vlog Revitalisasi Bahasa Daerah 2023 dalam rangka Hari Bahasa Ibu Internasional yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain itu, dia juga adalah Juara III pada lomba inovasi guru pada kegiatan Expo Pendidikan Manggarai Timur tahun 2023. Pada November 2023, guru bahasa Inggris ini, terpilih sebagai Terbaik IV pada lomba menulis Esai Merdeka Belajar yang diselenggarakan oleh Balai Guru Penggerak NTT. Pada tahun 2024, terpilih menjadi juara 3 lomba penulisan esai yang diselenggarakan media Floresa, Rumah Baca Aksara, dan Sunspirit Labuan Bajo. Dua cerita anak yang sudah diterbitkan Kemenristekdikti adalah cerita anak dwibahasa bahasa Manggarai-bahasa Indonesia yang berjudul Goro, si Kumbang Kotoran (2023) dan Lega (2024)

banner 336x280