Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)
Hari ini, 2 Februari, Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah. Raymond E. Brown, ahli Kitab Suci Amerika Serikat, dalam The Birth of Messiah (versi populernya, An Adult Christ at Christmas; saya terjemahkan tahun 1995), berpendapat bahwa kisah ini termasuk lingkaran Kisah Masa Kanak-kanak Yesus (The Infancy Narrative of Jesus). Bahkan ini termasuk kisah Natal, sebab mempunyai tujuan yang sama seperti Natal Lukas, yaitu penyingkapan misteri Yesus kepada banyak orang. Kali ini, via mulut Simeon, Yesus dinyatakan sebagai Cahaya para bangsa (Lumen Gentium), dan polanya kurang lebih sama dengan penyingkapan oleh para malaekat di Betlehem kepada gembala (Luk 2). Pesta ini sangat tua usianya, yang dirayakan baik oleh Gereja Timur (Yunani) maupun Gereja Barat (Latin). Dalam pesta ini ada banyak arus kenangan yang mengendap sehingga pesta ini memancarkan beragam memoria. Pengenangan yang paling langsung terkait dengan tanggal ini ialah bahwa pada hari keempatpuluh sesudah kelahiran Kanak-Kanak Yesus, kedua orang tua-Nya, Maria dan Yosef, pergi membawa kanak-kanak Yesus ke Bait Allah di Yerusalem. Tujuannya mau mempersembahkan kurban pentahiran sebagaimana ditetapkan Torah. Peristiwa itu dapat kita baca dalam Lukas 2. Liturgi gereja memilih satu peristiwa khusus untuk dikenang dalam pesta ini, yakni perjumpaan Kanak-Kanak Yesus dan Simeon yang tua. Sangat kontras: yang satu sangat tua, yang satu sangat muda. Simeon mewakili masa silam. Yesus mewakili masa yang akan datang. Yang satu memandang ke masa silam, yang lain memandang ke masa depan.
Mereka ini berjumpa dalam peristiwa yang satu dan sama. Dalam Bahasa Yunani (Gereja Timur) pesta itu dikenal dengan nama Hypapanti. Kata itu berarti “perjumpaan”. Dalam peristiwa perjumpaan ini, antara seorang kakek-kakek dan bayi kecil-mungil, Gereja sebenarnya ingin melukiskan sesuatu yang sangat penting secara historis dan teologis. Yaitu Gereja merayakan peristiwa perjumpaan dramatis antara dunia lama yang mengalami keruntuhan (dan mulai berlalu) dan awal permulaan dari sesuatu yang baru, sebuah dunia dan masyarakat baru, dalam diri Yesus Kristus. Dengan kata lain antara waktu dunia lama, dunia Perjanjian Lama yang sudah mulai usang dan dunia baru yaitu dunia Gereja dan Para Bangsa. Dalam pesta ini Gereja menekankan beberapa hal penting. Pertama, Gereja merayakan peralihan yang tiada hentinya dalam dinamika alam sejarah antara proses mati dan proses lahir yang baru. Setelah yang lama mati, maka yang baru akan muncul. Kedua, Gereja juga merayakan satu fakta yang menghibur dan menguatkan yaitu bahwa tepat pada saat ini ada sebuah generasi baru dengan pikiran-pikiran dan harapan dan semangat baru yang akan segera mengganti yang lama. Kurun Simeon yang tua segera diganti oleh kurun Yesus yang muda. Kurun Simeon terlahir kembali dalam kurun Yesus dan bersama dengan kurun Yesus mengarungi masa depan baru. Kelahiran dan kehadiran anak itu membuka cakrawala harapan baru bagi Simeon.
Tetapi bukan hanya bagi Simeon seorang diri saja, melainkan bagi seluruh angkatan yang diwakilinya. Itu adalah harapan untuk semua orang, karena ini adalah harapan yang melampaui dan mengalahkan kematian. Dengan pikiran ini, kita masuk ke dalam sebuah poin lain yang dikaitkan dengan pesta ini, yang ditekankan oleh liturgi itu. Poin itu tampak jelas dalam kata-kata yang diucapkan Simeon tatkala menyapa Anak tersebut: “…terang yang menjadi penyataan-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Dengan kehadiran Anak ini, maka hadirlah sebuah Cahaya, Lux, Lumen. Itulah sebabnya, dulu di beberapa tempat di Eropa, hari ini dijadikan sebagai pesta cahaya-cahaya, pesta Lilin-lilin. Dan kehadiran Cahaya itu tidak hanya menerangi saja, melainkan juga memberi kehangatan. Terang dan kehangatan pasti mendatangkan hidup. Nah, cahaya yang memberi kehangatan dan hidup itu, yang pada hari ini dilambangkan dengan kumpulan cahaya-cahaya lilin yang bernyala bersama-sama, pasti mengarahkan perhatian kita kepada lambang agung, yaitu cahaya yang lebih lebih besar lagi yang memancar keluar dari dalam diri Pribadi Yesus, sebuah cahaya yang memancar sepanjang waktu.