Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)
Kebaikan dan keramah-tamahan adalah salah satu sifat yang baik dari manusia. Manusia bisa dan harus memperlihatkan sikap baik dan sikap ramah tersebut terhadap dunia di sekitarnya. Dalam hal itu, keramah-tamahan manusia bisa menjadi suaka bagi sesama yang sedang dirundung gundah-gulana dan menjadi pengembara karenanya. Manakala kita berkata bahwa seseorang itu baik, orang yang berkepribadian baik, atau kita berkata bahwa seseorang itu bersikap sangat baik dan ramah kepada saya, sesungguhnya pada saat itu kita sedang mengungkapkan sebuah perasaan manusiawi yang sangat hangat. Tatkala kita merasakan kebaikan dan keramah-tamahan pada orang lain di sekitar kita, pada saat itu kita merasakan dan mengalami kenyamanan yang bisa mendatangkan rasa sukacita dan rasa aman yang luar biasa. Tetapi dunia kita saat ini adalah sebuah dunia yang ditandai oleh situasi dan suasana persaingan. Orang seperti bergerak sangat cepat. Orang tampak sangat sibuk. Di sana-sini terkadang kita melihat sikap yang keras dan kasar. Dalam situasi dunia seperti itu, tentu tidak mudah bagi kita untuk melihat atau mengalami kebaikan dan keramahan itu. Kedua sikap ini bukan merupakan reaksi atau tanggapan yang sering kita lihat dan jumpai dalam realitas hidup sehari-hari. Sifat-sifat dan mutu kehidupan seperti itu menjadi barang langka dewasa ini. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa tatkala kita menemukannya dan mengalaminya maka kita pun tahu dan sadar bahwa kita ini adalah orang yang beruntung dan berbahagia juga. Sebab di tengah situasi dunia kini yang serba sangat bersaing, pengalaman seperti itu adalah sangat langka.
Di tengah situasi seperti itu, kita bisa bertanya secara kritis: mungkinkan kita bertumbuh di dalam kebaikan? Mungkinkah kita bisa menjadi orang yang baik? Tidak selalu mudah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Walaupun hal itu sangat langka pada masa kini, tetapi tetaplah sangat mungkin bagi manusia untuk hidup dan bertumbuh di dalam situasi dan suasana kebaikan. Adalah selalu mungkin bagi kita untuk menjadi sosok orang yang baik. Memang jalan menuju ke sana untuk mewujudkannya tidak mudah. Perlu perjuangan yang tidak sedikit. Juga dituntut sebuah disiplin diri dan hidup. Mengapa begitu? Karena hal itu menuntut sebuah latihan dan proses pembiasaan yang panjang dan tidak mudah. Ya, butuh proses pembiasaan, karena seperti dikatakan sebuah pepatah Melayu klasik: ala bisa, karena biasa. Sesuatu itu menjadi bisa karena biasa dilakukan, karena dibiasakan, karena biasa dijalani. Sebab untuk menjadi baik dan bersikap baik berarti memperlakukan satu sama lain sebagai “sanak-saudara”, memandang mereka sebagai kerabat dekat. Mungkin permainan kata dalam bahasa Inggris baik juga dipakai di sini untuk memperlihatkan hal itu. To be kind means to treat others as your “kin”. Lihat fokus pada kata kind dan kin. Yang satu tersirat di dalam yang lain. Karena itu, bersikap baik, to be kind, tidak lain berarti bersikap terbuka, merentang kedua tangan kita agar menjadi seseorang di luar sana dalam rangka memperlihatkan semangat kekeluargaan dan kekerabatan (kindred, kinship). Di atas tadi sudah dikatakan bahwa hal ini tidak selalu mudah.
Sebab ada tantangannya. Inilah tantangannya yang besar: Semua orang, apa pun warna kulitnya, apa pun agamanya, apa pun jenis kelaminnya, adalah manusia dan karena itu dipanggil untuk bersikap baik dan ramah satu sama lain. Hal itu berarti memperlakukan satu sama lain sebagai sesama saudara dan saudari. Panggilan itu adalah panggilan etis. Di tengah dunia dewasa ini yang tidak jarang ditandai dengan rasisme, seksisme, panggilan etis itu tidak selalu mudah disadari dan diwujud-nyatakan. Karena ini adalah kewajiban etis dan humanis, maka tidak ada satu detik pun dari hidup kita yang boleh berlalu tanpa adanya kesadaran akan kewajiban itu. Dengan kata lain, kita harus selalu sadar akan hal itu, selalu berupaya mewujudkannya agar dunia ini bisa menjadi tempat kediaman yang baik bagi semua. Untuk itu dibutuhkan perjuangan dari semua dan oleh semua agar akhirnya bisa berbuah untuk semua.