Jangan Rakus

Kamis, 20 Februari 2025

Kolom204 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

 

banner 336x280

Dalam hidup ini manusia tidak boleh rakus. Jika rakus, ia akan merebut semuanya bagi dirinya dan menguasainya, bila perlu tidak boleh ada pihak lain yang mengambilnya. Orang seperti itu sangat posesif, dan merasa bahwa segala sesuatu harus menjadi miliknya, harus ada di bawah kekuasaannya. Orang seperti itu bersikap seperti anjing yang ingin menguasai tulang di luar sana, dan akan marah jika ada anjing lain yang mengambil dan memakannya. Hidup posesif itu bisa menyebabkan orang stres dan tertekan, selalu mencoba bersaing dan merebut dari semua pihak. Ia tidak bisa merasa aman dan nyaman dengan hidupnya. Di mana-mana orang seperti ini selalu melihat ada saingan dan ancaman. Berbeda dengan tendensi itu, di sini saya mau omong tentang pola hidup sebaliknya, yaitu yang tidak posesif. Orang yang hidupnya ditandai dengan napsu posesif, napsu memiliki, merebut, merengkuh, tidak akan pernah bisa merasa bahagia. Ia tidak bisa menikmati hidup ini secara penuh rasa sukacita. Karena itu, agar dapat menikmati hidup dengan penuh sukacita, syaratnya justru bukan bersikap posesif. Syaratnya, anehnya, paradoksal sekali, justru kita harus mampu mengambil sikap lepas bebas dan berjarak dari semua hal itu. Kita harus bisa mengambil jarak kritis dari benda-benda yang kita miliki, yang hanyalah menjadi sarana dan prasarana hidup saja.

Tetapi jangan salah paham. Bersikap lepas bebas, mengambil jarak tidak berarti bahwa kita cuek, apatis, dan merasa tidak tertarik sama sekali, atau berbuat seolah-olah semuanya tidak berguna. Bersikap lepas bebas hanya berarti bahwa kita jangan terlalu posesif, jangan tamak, seakan-akan semuanya harus untuk saya saja. Jangan sampai kita lupa bahwa hidup ini adalah sebuah anugerah untuk disyukuri. Hidup ini bukanlah harta milik, harta benda yang harus kita pegang erat-erat dan tidak mau melepaskannya sama sekali. Jika kita hidup lepas bebas, tidak terikat secara obsesif pada harta benda, maka itulah hidup yang bebas. Tidak ada beban di punggung yang menghambat kita. Tetapi secara paradoks, kebebasan seperti itu hanya dimungkinkan manakala kita memiliki suatu citarasa kuat dan mendalam akan rasa memiliki itu sendiri. Tetapi orientasi rasa memiliki itu tidak terarah kepada benda-benda, kepada materi dengan akibat kita berbalik dari Tuhan. Sebaliknya, kita harus mengarahkan rasa memiliki kita kepada Allah. Jadi, bukan benda atau materi yang menguasai dan mengatur hidup kita, melainkan hidup kita itu diatur sepenuhnya oleh Allah sang penguasa hidup dan alam semesta. Allah itu yang menguasai hidup kita, yang kepada-Nya seluruh hidup kita terarah, Ia telah mengutus kita ke tengah dunia ini.

Dengan demikian seluruh hidup kita di dunia ini memiliki satu misi tertentu. Yaitu kita wajib mewartakan dalam Nama-Nya bahwa semua makhluk, termasuk manusia, diciptakan Allah dalam dan dengan cinta. Tidak ada alasan lain bagi Allah saat menciptakan semua makhluk, selain cinta itu, karena Dia adalah cinta, Deus est caritas. Ini adalah kebenaran abadi yang digemakan kembali secara puitis oleh Santo Agustinus dalam salah satu karyanya, Pengakuan itu: “Tuhan, Engkau mencipta kami, hanya karena cinta. Tuhan mencipta kami hanya untuk-Mu. Gelisah hatiku selama belum istirahat pada-Mu, bilakah aku akan jumpa, dan memandang wajah-Mu.” Teks ini diambil dari sebuah versi saduran dalam sebuah buku nyanyian liturgi gereja. Karena kita diciptakan dalam dan dengan cinta maka kita pun dipanggil untuk bersukacita dalam hidup, mengucapkan syukur atas cinta yang mendasari seluruh hidup dan keberadaan kita. Nah, orientasi kepada Allah itulah yang merupakan makna dasar dari sikap lepas bebas dan tidak terikat itu pada hal-hal material di dunia ini. Hidup kita tidak lagi ditentukan dan dibatasi oleh benda-benda jasmani, betapa pun semua hal itu berharga dan mempunyai nilai intrinsik dalam dirinya sendiri. Hidup seperti itu adalah hidup yang ditandai dengan kebebasan rohani, kebebasan batiniah di mana kita bisa dengan bebas bisa menghaturkan ucapan syukur dan terima kasih kepada sang sumber kehidupan itu sendiri.

 

banner 336x280