keterangan foto:
Foto: Tribunnews.com
Pameran lukisan? Gaboleh! Pentas teater? Gaboleh! Nyanyi lagu tentang kelakuan polisi? Jelas gaboleh!
Lalu yang boleh apa? Yang boleh joged gemoy limbung sama joged kingkong ala tentara! Kita harus menarikan tarian mereka. Kita harus mendengar musik yang mereka ciptakan. Kita harus mengikuti kendang yang mereka mainkan.
Udah gitu, Tuan Luput dengan jumawanya bilang, “Kau itu yang gelap!” Ia menyebut itu untuk merendahkan protes #IndonesiaGelap.
Lalu pelarangan, teror, dan intimidasi untuk kebebasan berekspresi namanya apa? Indonesia terang benderang?
Kau, yang ada di #IndonesisSilau tentu tidak dapat melihat penderitaan rakyat dibawah. Kau disilaukan oleh gemerlap kekayaan dan kekuasaan sehingga kabur matamu ketika melihat ke bawah.
Sekarang makin jelas, tujuan dari rezim tanpa transparansi ini adalah untuk membuat Danantara, lembaga soverign wealth fund—lembaga yang menginvestasikan uang negara di pasar uang dan investasi dunia. Ini pekerjaan berisiko. Lembaga ini bekerja tanpa pengawasan dan akuntabilitas sama sekali. Sementara yang mereka lakukan adalah kegaitan ekonomi spekulatif. Kalau Anda untung, Anda bisa untung besar kalau mau mengambil risiko. Kalau buntung? Ya habislah sak negaramu!
Masih ingat 1Malaysia Development Berhad (1MDB)? Empat milyar US dolar diembat oleh orang yang seharusnya menginvestasikan uang itu. Dia simpan dalam bentuk aneka barang mewah—mobil super mewah, yatch, lukisan dan benda-benda seni. Sementara perdana menterinya, Najib Razak, kita tahu menyalurkan sekitar 700 juta US dolar ke rekening pribadinya untuk menuruti hidup mewahnya.
Saya tidak mengatakan Danantara adalah 1MDB. Namun ada risiko ia akan menjadi seperti itu karena ini barang yang sama. Tapi, sebenarnya, layakkah uang rakyat dipakai untuk hal-hal seperti itu? Bukankah ia harus dikelola dengan bijak, walau untung sedikit?
Mengapa tidak ada diskusi sedikit pun tentang Danantara ini? Bahkan pembahasannya di DPR pun seperti “Lucky Luck” yang menembak lebih cepat dari bayangannya itu? Mengapa diskusi soal ini seakan dibatasi dan dirahasiakan? Ada apa ini? Bahkan saya yakin sebagian besar dari Anda bertanya-tanya bagaimana cara kerja lembaga ini? Mengapa BPK dan KPK tidak bisa memeriksa mereka?
Mengapa juga harus mengambil uang orang-orang kecil, pegawai honorer, pegawai rendahan, pemerintah-pemerintah daerah miskin yang kekayaan alamnya dikeruk Jakarta, dan orang-orang marjinal lainnya? Mengapa tidak naikin pajak orang-orang super kaya seperti Tuan Luput dan kemenakannya yang akan mengelola Danantara, atau dari para baron batubara itu?
Mengapa tidak berterus terang dari awal? Mengapa jumlah uang sebesar ini (14,700 trilyun!) tidak diumumkan saat kampanye, yang hanya keluar janji manis—sekolah gratis, makan siang gratis, transportasi gratis?
Kita sudah kenyang dikibulin oleh pemerintahannya Jokowi selama 10 tahun. Sekarang kita mau dikibulin lagi? Ingat, orang-orang yang dulunya bersama Jokowi sekarang masih tetap di sana. Masih tetap memelihara pengaruhnya dan bahkan semakin berpengaruh.
Kita mengalami mengalami #IndonesiaGelap gulita; sementara mereka mengalami #IndonesiaSilau sehingga melihat kehancuran ini sebagai keberhasilan mahakarya!
Hai, orang-orang di partai-partai politik, mengapa kalian tidak berbunyi? Mengapa kalian diam? Tunjukkan sedikit sikap. Bahwa ini tidak bisa berlangsung terus-menerus kalau ingin nasib bangsa ini diperbaiki.
Kalau kalian tidak bergerak, kalian sendiri yang akan digilas. Kekuatan militer sudah menunggu kalian. Semua tanda sudah memperlihatkan bahwa ini adalah neo-Orba.
Menunggu di perempatan dan mengambil kesempatan ketika keadaan tidak terkendali itu bukan opsi untuk sekarang ini. Kau jelas akan kalah cepat dengan panser-panser dan kaum berbedil!
Bersikaplah! Rakyat sudah tidak mampu menanggung beban ini.
Sumber: https://www.facebook.com/share/p/1DkojZm1TS/