engkau-lah ini, Pinokio, tak mungkin yang lain
asal muasal setiap guratan di langit-langit
baunya amis, amis sekali
jutaan guratan terlukis dalam senyum dan tawa
mereka samaran dengki yang diniatkan
berjuta-juta kata dan frasa diguratan itu
intinya cuma satu
mereka hanyalah himpunan nada dari nyanyianmu
ialah ingin berkuasa tujuh turunan
warisan untuk anak cucu berabad-abad
di depan guratan-guratanmu itu
amis membaui jutaan hidung
bumi Nusantara tercampak
langit hilang warna
leher kami enek di pengujung napas
berhentilah Pinikio, berhentilah
karena cakrawala ada di belakangmu
karena hari esok ada di lampaumu
kalau napsu kuasa memenuhi ingatanmu
pergilah ke alam semesta dan pandanglah ke segala penjuru
di atas langit masih ada langit
menemukan yang sejati di sini bukan mustahil
kalau cinta dan keindahan memberati pikiranmu
pandanglah cakrawala atau gemerlap galaksi
akan terbaca, sia-sialah guratanmu jika hanya untuk dirimu
kalau ilmu dan hal-hal rasional, ujungnya di buntu di tempat sunyi
kalau imajinasi, sirna di halusinasi
kalau ngaceng kebangetan, muncrat di puncak masturbasi
kalau napsu kuasa, mampus di akhir batas
untuk apa lagi lah Pinokio engkau berkata-kata
kebohongan dan hipokrisi tidak pernah punya pangkal paha
now or later, pasti terkejar
selalu ada titik sampai di sini, selalu ada batas hukuman dan kuasa
sejauh-jauh estetika, terbentur bayangan maya
setinggi-tinggi rasa, hilang oleh rahasia
seluas-luas dan sebesar-besar kuasa, kandas di lubuk tiada
berhentilah Pinokio, berhentilah
setiap makhluk di bumi pasti berakhir di batas tiba
suka atau tidak suka, hidup di sini, fana
sebab kami sudah tidak tahu lagi
apa yang baik bagi hari esok kami
bumi kami porak-poranda oleh intrik licik anak kandungnya sendiri
kami tak tahu ke mana pergi
tak sanggup lagi kami dengarkan suara yang sejati
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri, narsis dan tipu sana sini
kami makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar diremehkan
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
yang sementara diabadikan, yang abadi disementarakan
yang korupsi dipuja-puja, yang jujur dituduh pengkhianat
yang berbau kentut dianggap berbau parfum, yang berbau parfum dituduh bau busuk menyengat
(gnb:tmn aries:kamis:22.8.24, saat aksi unjuk rasa massal menerobos masuk Kantor DPR Senayan memprotes wakil rakyat yang merevisi UU Pilkada)