Dengan Sederhana

Narasi puitik untuk P. Paul Budi Kleden SVD yang hari ini ditahbiskan menjadi uskup agung Ende di Gereja Katedral Ende

Avatar of Gerard Bibang
Dengan Sederhana

Ditulis oleh Gerard N. Bibang

Ingin sekali kakiku melangkah bersamamu dengan sederhana; dengan pikiran-pikiran yang sederhana; dengan perasaan-perasaan dan hasrat yang sederhana

Sebab hidup ini pun sederhana saja; aku dilahirkan secara sederhana; dari rahim ibuku yang sederhana; dari ayahku yang adalah tukang kayu di Waibalun; dengan langit biru pantainya yang kadang cerah, kadang berkabut; dengan gemerisik semilir yang banyak berkisah dalam tatapan; yang dalam sepinya yang dingin selalu menggumamkan cinta di buritan

Doaku kepadamu sangat sederhana; ialah agar engkau bantu aku di dalam memenangkan pertarungan melawan segala kesia-siaan; agar aku tetap merasa jijik terhadap cita-cita dunia yang muluk; dan senantiasa berusaha mengurangi semangat terhadap yang serba-aduhai dan gemerlapan

Tiba-tiba engkau bertanya dengan sangat tegas; hei, apa itu kesederhanaan menurut kau; kau jangan kasih kami di Ende ini doa-doa saleh dan muluk-muluk; kau harus ingat, pantai hitam di Wolotopo kurang suka janji seindah langit; kau tahu toh, duka derita kami di sini belum selesai-selesai

Ya aku tahu; inilah kesederhanaanku; ialah menjadi orang yang merangkum sebanyak mungkin orang; bahwa yang dimaksud keluarga bukanlah sebatas sanak famili dan koneksi, melainkan meluas ke sebanyak mungkin saudara-saudara sesama manusia; bahwa keberlimpahanku adalah keberlimpahanmu, dan keberlimpahan kita adalah keberlimpahan banyak orang; sahamku adalah sahammu, adalah saham kita; dan saham kita adalah saham harapan banyak orang; dan bahwa kebahagiaan kita adalah bank masa depan orang banyak

Maka aku menyapamu, saudaraku; kepada engkau yang menyimpan kesengsaraan dalam kebisuan; kepada engkau yang menangis dalam batin karena dikalahkan, karena disingkirkan, karena diusir dan ditinggalkan; atau karena sangat-sangat susah untuk ketemu dengan yang namanya cinta dan keadilan; ini aku saudaramu ingin bertamu ke lubuk hatimu; untuk mengajakmu istirahat sejenak; untuk mengendapkan hati dan bernyanyi; untuk mulai saling mengasihi; karena di dalam kasih, setiap seruan pasti menembus kaki langit

Kepada saudara-saudaraku yang berkanjang dalam kesabaran dan ketahanan; engkau telah mengingatkanku pada senyum rahasia para nabi; katakanlah lewat kesunyian mulutmu bahwa kebisuan adalah ucapan yang paling nyata, bahwa diam dalam doa adalah kata-kata yang tertinggi; bahwa sepi dan terpencil mengandung suara paling keras dan menyembunyikan kekuatan yang tak tertandingi; dan bahwa hanyalah kasih persaudaraan yang merawat semuanya dan menyirami

Kepada saudara-saudaraku yang terimpit di tengah putaran baling-baling sistem yang raksasa, serta yang tercecer-cecer dan tercampak di jalanan dan parit-parit; yang terjebak dan tak pernah bisa keluar dari jaring-jaring jebakan itu sehingga akhirnya tak merasa terjebak; yang menghampar di seantero pelosok desa, kampung dan hutan; yang beberapa dari mereka lensa matanya diganti dengan plastik-plastik, yang pikirannya dibius dan perasaan dangkalnya dimanjakan; yang mulutnya terbungkam dan jiwanya memekikkan sepi

Ayo, pahatkan di keningmu dan torehkan di hatimu keyakinan bahwa ALLAH tidak main-main tatkala IA mengembuskan napas-NYA ke dalam tubuhmu, dengan demikian engkau berhak atas kehidupan dan hidupmu menjadi bermartabat

Mulutmu yang sepi dan tanganmu yang terkunci oleh cawe-cawe dan mencla-mencle para pemimpin, bakal berteriak dan terlepas bebas mengetuki pintu surga dan bersama dengan saudara-saudaramu menggapai kasih-sayang-NYA yang tak terhingga

Ingatlah ini! kesetiaan dan lagak laku hidupmu, itulah sebenar-benarnya tabung waktu yang akan menentukan kapan TUHAN ALLAH-mu mengucapkan satu kata yang mampu menggetarkan alam semesta

 

(Gnb:tmn aries:jkt:kamis:22.8.24)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *