KE ANGAN-ANGAN
(awal januari ’24)
Berangkatku ke angan-angan
Selalu bersama-sama
Di ruang dan waktu, di tahun baru
Tak berjarak meski cuma sehelai rambut
Kalau jauh, dekat di hati
Kalau dekat, berpandangan
Begitu sejatinya asmara yang biasa dan tak biasa
Baru kusadar telah tahun baru Rinduku memang masih lama dan itu-itu saja
Baru kutahu dunia maya telah menyerbu waktu
Pantesan berangkatku telah ke angan-angan
Ayo kekasih, mari bersama kembali ke panggilan suci
Cinta kita berdua tak bermakna jika tak menjalarkan cinta pada sesama
Itulah semulia-mulianya hidup yang berarti selama di bumi
Entah ke angan-angan, entah ke dunia nyata
Semua menuju ke alas tiba alis akhir tanpa akhir lagi
BUDAK PANCAINDRA
(awal januari ’24)
Butir-butir hujan di bulan januari
Adalah huruf-huruf yang kutandakan untuk cintaku
Kau tandaskan cinta tanpa tanda, aku tahu
Hanya dalam sanubari selalu bergaung sendiri
Maka kuhasratkan saja isyarat rinduku
Kau isyaratkan pintaku dibalas kembali
Terlampau berprasyarat cintamu
Kau isyaratkan cinta tanpa tanda yang kasat mata
Berbulan-bulan, bertahun-tahun, berbulan-bulan
Kutajamkan asah rasa agar bisa kubaca tanda
Pancaindra pun kusingkirkan agar membaca dengan rasa
Kurasai cinta tak kasat mata
Katamu aku jangan lagi menjadi budak pancaindra
JANGAN BERSEDIH
(awal januari ’24)
Jangan bersedih, kekasihku
Ke hamparan waktu, buanglah sauh sejauh-sejauh mampu
Ke negeri, ke hamparan, mungkin ke kehampaan kasih
Tiap hari memang adalah teka-teki tersendiri
Bisa saja kau rasa ke hamparan kehampaan
Tapi selalu ada kehangatan tawa canda
Lahan per lahan perlahan lahan-lah berjalan
Menghamparkan kasihsayang sejauh-sejauh melangkah
(gnb:tmn aries:awal januari ’24)
Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com
Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.