Hidup dalam Pengharapan

Kamis 16 Januari 2025

Kolom2026 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

Santo Paulus, dalam 1Kor 13: 13 menyebutkan tiga kebajikan adikodrati dengan mengatakan sbb: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, harapan, dan kasih. Dan yang terbesar dari ketiganya adalah kasih.” Mungkin sejenak kita bertanya, mengapa kasih itu yang terbesar? Hal itu dapat dijelaskan dengan sederhana sebagai berikut. Karena iman dan harapan itu hanya kita butuhkan dalam hidup di dunia ini. Saat kita masih ada di dunia ini kita membutuhkan iman dan pengharapan dan juga cinta. Iman itu berarti percaya akan apa yang dijanjikan kelak. Harapan bisa diartikan sebagai segi dinamis dari iman, yang membuat iman itu menjadi hidup dan penuh daya greget. Itu tidak berarti bahwa iman tidak hidup dan tidak punya daya greget. Itu hanya mau mengatakan bahwa harapan adalah sisi iman yang membuatnya penuh semangat untuk mencari dan menyongsong Dia yang diimani. Seperti sudah dikatakan bahwa tentu kasih dibutuhkan dalam rangka hidup di dunia ini. Tetapi kasih itu, berbeda dengan iman dan harapan, akan terus berlaku hingga ke dalam relung-relung hidup kekal. Karena hanya kasih yang dibutuhkan di sana, sedangkan iman dan harapan sudah tidak perlu lagi, maka kasih itu pun menjadi karunia yang terbesar. Itulah sebabnya kasih dianggap sebagai yang terbesar. Sebab dengan daya kasih itu kita kembali bersatu dengan sumber kasih itu yaitu Allah, yang adalah kasih, Deus est caritas (1Yoh 4:16). Di kemudian hari, Thomas Aquinas mengambil ketiga hal ini dan dijadikannya sebagai tiga kebajikan adikodrati yang dikonstruksikan dengan empat kebajikan kodrati dari Aristoteles, sehingga total ada tujuh kebajikan moral Kristiani.

banner 336x280

Selanjutnya dalam tulisan ini saya mau fokus pada harapan (pengharapan, ada yang menulisnya begitu). Tetapi, apa itu harapan? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan itu? Tidak jarang orang mengira bahwa harapan itu kurang lebih sama dengan sikap optimisme dalam hidup di dunia ini dan di tengah masyarakat. Tetapi sesungguhnya kedua hal itu, optimisme dan harapan, merupakan dua sikap yang sangat berbeda satu sama lain. Tetapi bagaimana membedakan keduanya? Saya coba mendeskripsikan perbedaan itu dengan penjelasan sebagai berikut: Optimisme adalah penantian (ekspektasi) bahwa segala sesuatu (misalnya cuaca, hubungan antar manusia, ekonomi, situasi politik, dst…dst), akan menjadi lebih baik seiring terjadinya perjalanan waktu. Sedangkan harapan adalah kepercayaan (trust) bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya kepada kita dengan cara yang bisa menuntun kita kepada kebebasan sejati. Orang yang bersikap optimis berbicara tentang perubahan-perubahan nyata dalam waktu yang akan datang. Sebaliknya, orang yang berharap hidup dalam saat sekarang ini dengan pengetahuan dan kepercayaan bahwa semua makhluk hidup berada pada tangan yang baik dan tepat. Semua pemimpin rohani yang besar-besar dalam sejarah manusia tidak lain adalah orang yang berpengharapan, orang yang hidup dalam pengharapan. Mereka mengarahkan pandangan mata ke masa yang akan datang. Mereka tidak memandang ke masa silam.

Hal itu dapat kita lihat dalam diri tokoh-tokoh seperti Abraham, Moses, Ruth, Maria, Fransiskus Asisi, Dorothy Day, Charles de Foucauld, dll. Sekadar beberapa contoh saja. Abraham, misalnya, seluruh arah dasar hidupnya selalu terarah ke masa depan. Sekali ia sudah menatap ke depan, maka ia tidak akan mundur lagi ke masa silam. Begitu juga halnya dengan para tokoh yang lain. Bahkan tokoh-tokoh lain di luar Kitab Suci Kristiani, misalnya tokoh-tokoh seperti Rumi, Gandhi, dan Sidharta Gautama juga sangat istimewa. Yang jelas semua tokoh ini bisa dan mau hidup dengan sebuah janji dalam hati mereka masing-masing yang telah menuntun mereka menuju masa depan tanpa harus mengetahui dengan pasti bagaimana hal ini jadinya jika tanpa harapan. Karena itu, saya mau akhiri tulisan ini dengan sebuah ajakan: “Baiklah kita hidup dengan pengharapan.” Hidup dengan dan dalam pengharapan tidak lain berarti hidup dalam perspektif masa depan, perspektif yang senantiasa men-datang-i kita semua, sekarang dan di sini. Mari kita jaga dan rawat kasih dan pengharapan itu senantiasa. Amin.

banner 336x280