Kau tanya aku siapa
Dulu tak pernah kau tanya aku siapa
Memangnya aku siapa
Kau tahu toh
Aku Mulyono
Namaku dari dulu hingga sekarang
Kenapa sekarang kau tiba-tiba tanya aku siapa
Mungkin kau sangka aku sudah dibaptis dengan nama baru
Aku tahu kau pasti berpikir begitu
Ya, bukan Mulyono lagi tapi Kadal namaku sekarang
Hahahahahahahahahahahaa
Wajahku memang jangan dipercaya
Kau tanya aku siapa
Tak mampu aku menjawabnya
Dulu aku pandai bersembunyi
Kini sudah tak bisa lagi
Kata-kataku jangan dipercaya
Aku sudah takut berbicara benar
Sebab senyum, wicara dan tawa tak sanggup mewakilinya
Badanku tak kuat memanggulnya
Maha berat kebenaran untuk diperkatakan
Jujur dan adil telah lama aku kuburkan
Lebih baik kumasuki udara dan tinggal di angin
Tak ada yang mampu menggejarku ke sini
Sebab aku percaya kebohongan tak punya pangkal paha
Aku duga itulah sebabnya kau tanya aku siapa sekarang
Kau lihat aku menjawab wawancara yang tersiar di media sosial dan layar maya
Kau tertawa dan aku juga diam-diam ngakak, hahahahaahaha
Tapi alasan kita tertawa, berbeda
Kau tertawa karena ketahuan aku sudah menjadi Kadal
Berwawancara seolah-olah ada wartawan yang bertanya
Hahahahahaa, padahal sebenar-benarnya tidak ada
Aku tertawa-tawa karena yang seolah-olah telah kusulap jadi benar
Sebab dulu lain dan kini sudah tidak seperti dulu lagi
Sebab ketika menjadi Kadal apa sih yang tidak bisa dibuat licik
Kalau senja tiba
Aku mengintipmu dari cakrawala
Sambil tertawa-tawa seolah-olah merasa lucu
Dulu memang aku siapa, kau toh tahu
Kini tak lagi
Sesudah terang bahwa bahasa dusta makin ke sini makin jelas di bawah terang mentari
Tiba-tiba langit Nusantara gelap dan terdengarlah dari langit, suara Sang semesta: siapakah orang yang sia-sia? ia-lah mereka-mereka yang terlambat menghentikan tradisi bohong kepada diri mereka sendiri karena harus mempertahankan kebohongan mereka kepada yang lain; dan ketahuilah, mereka-mereka itu akan sekejap lenyap oleh sekali sapuan mata Allah
Lalu siapakah orang-orang yang terjungkal? ialah orang-orang yang mengisi hidupnya dengan tradisi menjatuhkan, memonopoli, dan membohongi; serta orang-orang yang menggumpalkan ego dan penguasaan, yang memberhalakan dirinya sendiri di rumah, di kampung, dan di negerinya sendiri, yang bodoh membaca tanda-tanda zaman dan tradisi alam, ialah pergantian siang dan malam adalah niscaya dan semuanya berlangsung dalam kefanaan, setiap makhluk menuju titik tiada tanpa pernah seorang pun dapat merencanakannya
(gnb:tmn aries:jkt:jumat:30.8.24)