Kenangan: Mengingat Secara Baru

Rabu, 29 Januari 2025

Kolom31 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

Menurut Santo Agustinus, dalam diri manusia ada tiga kemampuan unik dan istimewa. Salah satunya ialah ingatan, memoria. Bisa juga disebut kenangan. Ia erat terkait dengan apa yang sudah terjadi, atau yang sudah kita lakukan di masa silam. Dengan kata lain, memoria itu erat terkait dengan masa silam. Hal yang terjadi di masa silam dengan diri kita ada banyak. Mungkin pikiran kita yang salah, mungkin perkataan kita yang salah, mungkin perbuatan kita yang salah, mungkin juga kelalaian kita. Ditambah lagi akibat negatif dari perbuatan-perkataan, dan kelalaian orang lain. Tentu ada juga hal-hal baik dan positif yang kita lakukan di masa silam, yang mendatangkan perubahan dalam diri kita, dan juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Jika hal-hal negatif “meracuni” dunia, maka hal-hal yang positif memberi sumbangan yang baik bagi dunia dan hidup bersama. Suka ataupun tidak suka, dari kedua model perbuatan (perilaku) itu, manusia bisa mempelajari sesuatu, menimba satu-dua buah nilai untuk menambah wawasan, memperluas cakrawala, memperdalam pemahaman dan intuisi. Pokoknya memoria menyimpan sangat banyak (positif maupun negatif), sebab ia adalah sebuah ruang yang memiliki banyak cluster penyimpanan yang tidak mudah dibuka kembali dan dibersihkan. Tetapi kita tetap wajib menyembuhkan kenangan-kenangan dan memori kita agar, meminjam bahasa komputer masa kini, tidak ngadat, nge-hang. Jika sudah ngadat, maka ia error, dan error itu akan memengaruhi seluruh sistem.

banner 336x280

Lalu apa yang dapat kita lakukan? Salah satunya ialah dengan pengampunan. Penyembuhan, kesembuhan itu bisa datang dari keberanian dan kerendahhatian untuk bisa mengampuni. Tetapi terkait dengan ini, hendaknya kita tidak boleh lupa bahwa hal mengampuni itu tidak berarti melupakan. Itu dua hal berbeda. Manakala kita mengampuni seseorang, ingatan akan luka yang ditimbulkan oleh perbuatannya boleh jadi masih tetap membekas, berbekas dalam ingatan kita untuk suatu kurun waktu yang sangat lama, bahkan boleh jadi juga hingga seumur hidup. Kadang-kadang kita terus memikul ingatan dan kenangan itu dalam badan kita, secara fisikal dan itu dimaksudkan sebagai sebuah tanda yang kelihatan sebagai peringatan. Namun demikian pengampunan bisa mengubah cara kita mengingat. Pengampunan itu bisa mengubah cara kita memaknai apa yang tidak bisa kita lupakan. Karena itu, ada benarnya juga jika orang berkata bahwa mengampuni itu tidak otomatis berarti melupakan. Mengampuni itu bisa juga berarti mengingat dengan cara dan dimensi baru. Itu yang perlu kita sadari. Poin-poin seperti itulah yang saya pelajari dari dua buku Pater Robert J. Schreiter, teolog dari Catholic Theological Union Chicago, yang menduduki Chair Schillebeeckx, OP., di Radboud Univeristy (dulu bernama Katholieke Universiteit Nijmegen, Netherlands) tentang rekonsiliasi.

Pengampunan itu bisa mengubah cara kita bernarasi tentang ingatan-ingatan kita akan pelbagai pengalaman negatif yang menimpa kita. Sebab narasi adalah sarana-sarana verbal kita untuk mengingat. Narasi yang dibangun di atas dasar pengampunan akan mendapat dimensi dan perspektif yang lain dan baru. Antara lain, walaupun hal itu tidak mudah, pengampunan bisa mengubah kutuk menjadi berkat. Misalnya, manakala kita -mengampuni orang-tua kita karena mereka bercerai (menyebabkan anak-anaknya terkena stigma anak-anak broken-home), atau mengampuni anak-anak kita karena mereka ceroboh dan kurang perhatian, atau mengampuni teman-teman kita karena dalam situasi kegentingan dan krisis ternyata mereka tidak setia, atau bahkan para dokter kita karena telah memberi nasihat dan diagnosis yang kurang tepat, maka kita tidak usah lagi harus mengalami diri kita sebagai korban dari untaian peristiwa-peristiwa tadi yang semuanya sepenuhnya berada di luar kendali kita. Dalam hal ini pengampunan membuat kita bisa mendaku kekuatan kita sendiri. Dengan kekuatan itu kita tidak sudi membiarkan diri kita dihancurkan, dilindas pelbagai peristiwa negatif. Sebaliknya daya kekuatan kita justru bisa membuat kita mampu mengubah mereka menjadi peristiwa-peristiwa yang bisa memperdalam, mematangkan kearifan hati kita yang terdalam. Dengan cara itu, pengampunan sungguh bisa menyembuhkan memori kita, mengosongkannya agar hidup kita tidak lagi ngadat, nge-hang, error. Sebab itu semua adalah racun.

 

banner 336x280