Keramahtamahan yang Sejati

Kamis, 13 Maret 2025

Kolom73 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

 

banner 336x280

Sifat dan adat ramah-tamah ada di hampir setiap kelompok manusia di dunia ini. Memang tidak mudah untuk menelusuri sejak kapan munculnya sifat ramah-tamah (hospitalitas) itu dalam kehidupan manusia. Mungkin pendapat para ahli antropologi budaya dapat digambarkan secara singkat dalam beberapa baris berikut ini: Pada dasarnya manusia, siapa pun dia, ingin membangun relasi yang baik dan harmonis dengan sesamanya. Perasaan bahwa mereka sangat kecil dan rapuh di tengah alam ini, memunculkan keinginan yang kuat dalam hati untuk membangun persekutuan antar-manusia agar mereka bisa menghadapi alam yang liar ini secara bersama-sama sebagai satu kelompok. Alam ini seperti dilingkupi sebuah misteri yang mencengkam dan menakutkan yang hanya bisa dihadapi dan disiasati dengan kemampuan bersama. Jika harus dihadapi sendirian, maka ada risiko bahwa manusia tidak berdaya sama sekali, dan karena itu pasti punah. Maka muncul keinginan untuk membangun hidup bersama. Dari sana muncullah komunitas, hidup bersama antar-manusia. Bahkan relasi kekeluargaan dalam sistem perkawinan pun merupakan sebentuk dasar dari keinginan untuk berada dalam relasi yang baik dan benar dengan sesama. Setelah relasi itu terbangun, manusia juga berusaha sekuat tenaga untuk menjaga dan merawatnya. Jika terjadi kerusakan dalam relasi itu, ada mekanisme adat untuk mendorong pergerakan ke arah rekonsiliasi. Hal ini tidak hanya terjadi dalam relasi antar-manusia saja.

Relasi dengan makhluk ciptaan lain pun demikian adanya. Misalnya relasi dengan alam, hutan, mata air, kebun, hewan buruan bahkan hewan peliharaan. Semuanya harus diupayakan dan dirawat terus-menerus. Memang setiap relasi yang baik dan benar antara dua orang ataupun lebih, entah dalam bentuk persahabatan, perkawinan, ataupun sekadar bangunan komunitas, pasti selalu bisa menciptakan/membangun sebuah ruang (space) yang luas dan elastis. Ruang itu terbuka dan inklusif. Artinya semua orang, boleh masuk ke dalamnya, orang asing sekalipun. Begitu mereka masuk dan berada dalam ruang (space) itu, mereka bisa menjadi sahabat, menjalin persahabatan. Relasi yang baik dan benar selalu ditandai oleh keramah-tamahan. Manakala kita masuk sebuah rumah (home) dan kita merasa bahwa kita disambut dengan hangat, maka kita pun segera menyadari bahwa relasi kasih di antara orang-orang yang hidup dalam rumah itulah yang memungkinkan ada dan hidupnya kesediaan sambutan itu dapat terjadi dan tampak jelas. Manakala ada konflik dalam rumah itu, biarpun coba ditutup-tutupi, orang yang datang dari luar dan masuk ke ruangan itu akan segera merasakannya dengan mudah. Luka-luka relasi seperti itu tidak dapat disembunyikan. Jika disembunyikan, luka-luka itu akan menampakkan diri dengan satu dan lain cara yang tidak dapat dikendalikan orang.

Celakanya lagi ialah bahwa orang yang datang dari luar dan masuk ke ruangan tersebut, cepat atau lambat akan “dipaksa” untuk memilih salah satu pihak. Ia tidak bisa bersikap netral. Ia harus memilih: apakah anda berada pada pihak sini ataukah pihak sana? Hal itu bisa dirumuskan secara lain, misalnya dengan mengajukan pertanyaan (betapapun hal itu sangat tersirat): apakah anda menyetujui pendapat mereka ataukah pendapat kami? Ataupun apakah anda lebih menyukai dia/mereka daripada kami? Jawaban anda terhadap pertanyaan itu pasti menimbulkan ketegangan dalam relasi itu. Bahkan pertanyaan-pertanyaan itu bisa menjadi rintangan untuk terjadinya kehangatan dan keramah-tamahan sejati, yang tidak lain ialah sebuah kesempatan bagi si orang asing (tamu) tadi, untuk merasa aman dan nyaman dalam ruang itu. Alih-alih hal itu terjadi, bahkan orang asing tadi tidak terbantu sama sekali dalam pencarian dan peziarahannya untuk menemukan karunia-karunia terpendam dalam dirinya sendiri. Perlu kita ketahui bahwa keramah-tamahan itu lebih dari sekadar sebuah ungkapan cinta dan hormat akan tamu. Keramah-tamahan itu juga pertama-tama adalah sebuah ungkapan cinta di antara orang-orang yang ada dalam “ruangan” tadi yang diandaikan bisa menjadi tuan rumah yang baik bagi “tetamu” mereka. Sebab tanpa relasi yang baik dan benar di antara mereka, maka sulitlah bagi mereka untuk menjadi tuan rumah yang ramah tamah kepada tetamu yang datang berkunjung.

 

banner 336x280