Oleh Gerard N. Bibang
Kepadamu saudara-saudariku
Sajak ini kutulis bukan untuk diriku
Eksistensiku dari kodratnya selalu adalah koeksistensi
Tak pernah yang satu dikecualikan dari yang lain
Kutuliskan sajak ini agar kamu-kamu bisa berkata TIDAK!
Berani berkata: yang benar, ya, benar
Kutuliskan sajak ini tatkala sejarahmu dan sejarahku sedang ditulis oleh penguasa, pembohong dan pendusta
Untuk apa dan karena apa kita berada telah dibelokkan suka-suka
Tapi kebohongan tak punya pangkal paha
Kebenaran akan menunjukkan dirinya sendiri
Sejarah yang mengelabui pasti diuji kembali
Zaman akan berganti, geger akan terjadi
Sejarah yang ditelikung senantiasa menjadi saksi yang abadi
Alam semesta bakal meningkatkan dan memperjelas isyarat-isyaratnya
Di dalam dirimu makin bertumbuh pohon-pohon tanda tanya dan kembang rahasia
Nuranimu akan nyaring berwarta
Buku-buku ilmu pengetahuan sekarang-sekarang ini dianggap sampah
Suara-suara cendekiawan sekarang-sekarang ini dianggap kentut
Sementara pidato-pidato mereka di atas sana membentur-bentur podium dan panggung
Lihatlah, betapa bunglon-bunglon itu mengubah warna kulit mereka
Para penjilat memutar lidah mereka
Para pengkhianat berlomba-lomba ber-akting dan bermain drama
Tentang apa dan bagaimana cara berada mereka
Untuk itulah sajak ini kutahtakan di atas punggung waktu dan udara
Sebab keringat kita akan terus menetes tiada terkira
Luka kita terus menganga, darah terus mengucur dan menggenangi tanah
Mereka-mereka itu berenang di atasnya sambil terus ngakak dan tertawa sejadi-jadinya
Namun ini sama sekali bukan alasan untuk memaafkan pemberangusan dan membiarkan segala yang teraniaya
Ini sajakku kepadamu, betapa hinanya mereka
Betapa mulia kebenaran yang membening di setiap sukma kita
Di tengah seribu nafsu yang membius pikiran
Di bawah kekuasaan yang membekuk jiwa
Di tengah perampok-perampok masa depan
Sajakku ini memang hanya menjadi surat cinta yang patah arang
Yang bait-baitnya menyelinap di tengah palu-palu, rambu-rambu,
peluru dan senapan yang berkeliaran
Di tengah para maling yang menguasai panggung
Sajakku ini memang hanya menjadi lagu sendu
Yang tersengal-sengal dan tak seorang pun yang nurut
Kutuliskan sajak ini sebagai surat untuk membuatmu bertahan dari marah, dendam dan ketakutan terhadap segala kata-kata halus dan pidato-pidato omong kosong dan siluman
Kutuliskan sajak ini sebagai cahaya untuk melihat bahwa kita ini bangsa besar
Bahwa kita bukanlah bebek-bebek yang digiring dari kandang ke sawah berpagar, lalu dari sawah ke kandang yang berdinding kawat
Bahwa kita bukanlah bebek-bebek yang merasa kecut melihat tongkat besi sang penggembala
Yang dengan sengaja menjual telor-telornya ke China dan mancanegara
Bahwa sajak bukanlah sebatas kembang kata-kata, bukan hanya hukum-hukum kesenian
Bahwa sajak adalah bau anyir keringat berjuta-juta saudara dan saudari kita
Bahwa sajak adalah kehidupan mereka yang alot dan berat
Bahwa sajak adalah pikiran dan tenaga mereka yang sekarat oleh kebohongan demi kebohongan
Dan bahwa sajak adalah darah luka mereka yang muncrat
Kutuliskan sajak ini
Sebagai energi jiwa dalam sanubari
Setidaknya memberanikanmu untuk berkata TIDAK!
Untuk tahu mana yang paling bernilai, yang benar, ya benar
Untuk tahu bahwa sajak bukanlah sejenis pakaian sore atau pakaian pesta yang terpampang di kaca etalase hasil karya desainer-desainer kebudayaan
(gnb:tmn aries:minggu:12.1.25)