Mari “Omo-Omon” tentang Memimpin yang Men-Tuhan

Avatar of Gerard Bibang
omon-omon
(Gustaaf Kusno/kompasiana.com)

Mas Joko, aku tu sedang cari pemimpin

Lha, aku ini siapa; presidenmu kan; cari siapa lagi

Bukan, maksudku, seorang pemimpin ideal

Sudahlah Probo, ikut pilpres aja, halalkan segala cara biar menang; kamu kan tahu aku bekingan-mu; caranya itu aja sih; ikut kompetisi dan harus menang

Tapi kan belum tentu aku termasuk pemimpin ideal

Yah, menang dulu, baru belajar jadi pemimpin ideal; rebut dulu kursinya, baru berpura-pura senyum dan baik hati, hahahahaaha; emang siapa yang ambil kursimu kalau sudah berkuasa

Koq kamu ketawa, mana lucunya Mas

Ya sudahlah, emang carinya kayak apa sih, Mas Probo, ayo ayo waeeeee aja kamu; pemimpin ideal itu kayak apa sih

Okey lah, begini: pemimpin ideal itu, yah, aku bacakan saja, kebetulan dikirimin puisi sama teman kulihaku waktu di Jerman, dengar yah:

 

Dia tidak omong indah-indah di hadapan sesama

Karena dia tak menyukai kepalsuan

Dia tidak omon-omon untuk tampak gemoy

Karena dia tidak suka menjual gula-gula di depan orang kecil

Dia tidak mencari muka di hadapan Tuhan

Karena dia tahu bahwa Tuhannya Maha Tahu segala

Tiada sedikit pun pengkhianatan dan kebencian padanya

Karena di hatinya hanya ada cinta dan Tuhan

Aku tersinggung neh Mas Probo

Kenapa? ini bukan tentang kamu kan. Just keep cool jika memang kamu gak seperti itu

Ya sudahlah, by the way, tadi koq aku dengar kata omon-omon, itu kata Jerman ka?

Hahahaahaha, gak, gak, kayak kamu gak tahu aja, itu aslinya kata omong-omong yang diucapkan secara gemoy

Oh iyah, baru aku tahu, itu memang gaya kamu berdebat, gemoy dan santuy. Omon-omon, hahahahaha, jadi ikutan kamu, menurutmu kenapa sulit sekali dapat pemimpin ideal seperti yang kamu bacakan tadi

Hahahahaaaa omon-omon, berarti jualanku laku dong, kamu jadinya ikutan; tapi back to laptop, kenapa sulit mendapatkan pemimpian ideal, yang tidak suka omong indah-indah yang memang niatnya menipu

Sudah, sudah, jangan dibahas puisinya, kamu kan tahu aku tersinggung mendengar puisimu

Well my friend, ini aku lanjutkan penjelasannya; manusia dimurahi oleh Tuhan untuk hanya memanggul beban yang ringan, tapi manusia memilih yang berat; Tuhan berkemauan sangat teguh untuk membukakan kemudahan, manusia mengambil tumpukan kesulitan-kesulitan; Tuhan menolong manusia dengan meletakkan batas, manusia menerjang pagar batas itu dan berlari kencang menuju ketidakterbatasan

Probo-Probo … kita omon-omon pemimpin di dunia koq malah larinya ke Tuhan

Maka-nya dengar dulu, by the way Mas Joko, jangan ulangi lagi kata omon-omon itu, giliran aku yang tersinggung sekarang; soalnya, aku tu diejek-ejek di medsos gaya gemoy gak tahu diri padahal udah tua bangka, lutut pada peot dan terpincang-pincang

Hahahahaha, hahahahahaaha, sama dong nasib kita, sama-sama tersinggung; sudahlah, omon-omon tentang Tuhan aja, go ahead penjelasanmu; kenapa kamu bawa-bawa Tuhan ke dunia

Maka-nya jangan main motong aja; aku tu mulai dari Tuhan penjelasannya untuk mendapatkan dasar jelas mengapa begitu sulit mendapatkan pemimpin ideal, bahkan untuk omon-omon tentangnya, kita kehabisan kata; begini aku lanjutin: manusia sudah dianugerahi kemurahan oleh Tuhan dengan tidak membebaninya melebihi kesanggupannya, manusia malah mengambil tingkat, kadar, dan keluasan tanggung jawab yang jauh di luar jangkauan kesanggupannya; Tuhan menyediakan kenikmatan kepada manusia dengan ukuran dan takaran, manusia menerjang ukuran-ukuran itu dan merasa sanggup melampaui takaran-takaran itu

Artinya apa

Ya, sebetulnya jika manusia sadar betul untuk apa dia ada di dunia, pemimpin ideal itu gak sebatas omon-omon; tapi karena manusia lupa apa tugasnya, maka manusia berlomba-lomba menjadi pemimpin, bahkan menjadi pemimpin puncak dan tertinggi, padahal sangat tidak memenuhi syarat untuk itu; manusia berpacu untuk menjadi paling hebat, paling unggul, paling kuat dan tinggi, padahal kehebatan, keunggulan, kekuatan dan ketinggian didistribusikan oleh Tuhan kepada semua manusia dalam keseimbangan dan perimbangan, yang kalau diperbandingkan dan dipertandingkan dalam kompetisi, akibatnya ya semuanya terjungkir dan saling mengambrukkan

Jadi, gak boleh kompetisi dong kita

Boleh boleh saja hanya dalam kerangka besar tadi itu kan; kalau orang merasa paling unggul memperhebatkan dirinya atas yang lain, bukan kah kacau akibatnya; iya gak

Iya sih

Itulah sebabnya Tuhan menganugerahkan masing-masing kita ini kelebihan dan kekurangan yang berbeda satu sama lain; karena setiap diri dan seluruh diri manusia wajib mengikuti suatu arus gelombang yang pada ujungnya akan mempersatukan diri dengan diri yang lainnya, serta mempersatukan seluruh kesatuan diri itu dengan Tuhan; tapi yang terjadi kan, sebaliknya; manusia memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk memisahkan diri dari gelombang penyatuan itu; manusia berlaku dan melangkahkan kaki hidupnya menuju suatu pencapaian di mana mereka seakan-akan hendak menjadi Tuhan; nenuju suatu keadaan di mana masing-masing ingin menjadi lebih unggul, lebih hebat, lebih kuat, dan lebih tinggi; yah men-tuhanlah istilahnya; maka berlomba-lomba dan bernapsu-napsulah menjadi pemimpin

Wah, wah, ini serius neh; kelasnya bukan level omon-omon lagi, hahahahaha

Hahahaahhaahaaa, kita dua ini gak habis-habis menertawakan diri sendiri

Gapapa Mas, sehat kan; orang bijak bilang: mengolok-olok kebodohan sendiri itu menyehatkan; omon-omon, eh, by the way, dari penjelasanmu tadi, kalau gak awas, memimpin itu identik dengan mentuhankan diri sendiri, menjadi tuhan bagi sesama

You get my point! by the way, jangan ulang-ulang lagi lah kata omon-omon itu, nanti ketahuan aku benar-benar oon (dibaca: bego, red), hahaahaha

Hahahahaahaha, jangan-jangan memang aslinya oon, hahahahaha

Awas lho ya, lama-lama aku tampar juga kamu

Wah, wah, aslinya dah mulai keluar neh; ya sudah, gimana akibatnya ketika seorang manusia yang pemimpin tadi men-tuhankan dirinya

Yang jelas, akibatnya bukan kehebatan dan keunggulan tetapi kekerdilan; karena manusia diciptakan bukan untuk mengungguli yang lain; sekolah-sekolah dan universitas boleh mengumumkan bahwa mereka unggul dan hebat, sehingga memproses pendidikan yang juga melahirkan manusia-manusia unggul dan hebat; jadi, mereka-mereka itu merasa diri unggul saja tapi di dalamnya kerdil

Terus, apa hubungannya dengan pemimpin

Ya, emangnya pemimpin itu harus produk unggul; jangan bikin tambah bodoh; ikuti alur penjelasanku tadi; Tuhan menyatakan bahwa IA telah menawarkan amanah kepemimpinan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mereka semua menolaknya karena khawatir akan mengkhianatinya; tapi kata Tuhan, dipikullah amanah itu oleh manusia; jadilah manusia puncak ciptaan yang mirip dengan-NYA; sekali lagi, puncak di sini jangan disalah-artikan sebagai tindakan semena-mena menguasai, mengeksplorasi, meniadakan dan mengungguli ciptaan lain dan sesama; menjadi puncak ciptaan berarti bertanggungjawab kepada sesama dan ciptaan lain; jika yang terjadi sebaliknya,  maka manusia itu lalim dan bodoh

Omon-omon, kamu koq kasar ya omon-nya, lalim, bodoh; makin tersinggung aku

Ini bukan kataku, ini kata Tuhan, hahahahahaa; jadi, ini bukan levelnya omon-omon

Hahahahaaha, benar juga ya, selama ini kita memang dalam satu kelas, kelas omon-omon; terus, aku tu pengen tahu, kenapa koq memimpin itu langsung dicap lalim dan bodoh

Begini mas: manusia yang bernafsu menjadi pemimpin, menurut Tuhan adalah lalim dan bodoh; lebih bodoh dari gunung, lebih dungu dari benda, lebih konyol dari materi; bahkan dua tingkat bodohnya di bawah hewan ternak

Aduh

Tunggu dulu, jangan motong; orang-orang pandai di antara manusia yang diperbudak oleh nafsunya untuk menjadi pemimpin, selalu mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu amanah, seolah-olah apa yang mereka lakukan adalah akselerasi nilai dari amanah Tuhan; mereka membuat dan memakai topeng apa saja untuk memenuhi ambisi lalim dan bodohnya;  mereka menyusun performa, atau cara merayu agar dianggap, diterima, dan diangkat menjadi pemimpin oleh rakyat yang dilalimi dan dibodohinya

Hah, kamu tu kemakan sama omon-omon-mu sendiri

Why?

Ya itu tadi, selama ini kan kamu merayu-rayu dan menggemoy dan mensantuy, meng-omon-omon di forum debat dan panggung agar kamu terpuaskan nafsumu menjadi pemimpin, padahal kamu dah lalimi dan bodohin mereka

Ah kemakan omon-omon? awas lho ya Mas Joko, lama-lama aku labrak juga ntar; tapi benar juga sih, zaman peradaban informasi sekarang ini memang beda dengan zaman kita dulu; kebenaran berseliweran di medsos, maka jika seseorang hanya gemoy dan omon-omon, menit berikutnya akan ketahuan sebaliknya

Jadi gimana dong aku selama ini, memimpin yang mentuhan gak

You know better-lah, friend; aku sih tahu tapi gak mau omon-omon

Bilang aja, katanya kita satu kelas: kelas omon-omon

Masa’ kamu gak bisa membaca reaksi masyarakat, emka-emka itu apa, sampai dipelesetkan mahkamah keluarga; masa gak malu; kamu dukung aku padahal partaimu mendukung yang lain, masa’ kamu gak tahu; sudahlah, masyarakat sekarang cerdas, sudah gak kayak zaman kita, siapa yang kuat ngotot-ngototan, dia paling benar, atau apa saja kata pemimpin di layar kaca, langsung dipercaya, gak Mas, sekarang udah beda

Terus gimana dong akibat terjauhnya; jawab yang serius ya, jangan omon-omon

Aku juga gak omon-omon hahahahaha; akibat terjauhnya, yah, cepat atau lambat, pemimpin dalam artian tadi itu akan terkena tulahnya, akan disapu habis oleh badai angin tropis yang amat kencang

Aduh, nasibku ntar gimana

Maka-nya, memimpin di era sekarang ini, gak perlu hebat-hebat; cukuplah jadi pemimpin jujur; jika jujur, pasti dia berkata dan bertindak benar, akan menjadi satunya kata dan tindakan; dia gak akan omon-omon, bukan itu kelasnya; kelasnya bermartabat karena apa yang dia bicara, itulah kenyataannya, gak ada niatan padanya untuk menipu dan merayu-rayu; aku sering dengar beberapa ahli komunikasi bilang: sekarang ini, kalau jujur, jujur sajalah; kalau cinta, cinta sajalah; daripada hanya omon-omon dan berbohong, nanti juga gak lama akan ketahun sebaliknya; jika mundur, mundur sajalah

Eh, Mas Probo, aku belum mau mundur

Tenang, tenang my friend, kamu koq langsung nada tinggi, itu kan omon-omon doang: jika mundur, mundur sajalah

Hahahahaaha, hahahahaa, lupa, lupa, padahal kita sama-sama man of omon-omon

Ah, itu istilah baru: man of omon-omon, sukses dan bahagia selalu, my friend! Viva man of omon-omon! see u soon!

(gnb:tmn aries:jkt:januari 2024:suasana seru debat dan kampanye capres-cawapres)

 

Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun kering, Tikungan Dungu nyawa kepadamu kepadaku

Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *