Memori-Memori Indah

Selasa,18 Februari 2025

Kolom283 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

 

banner 336x280

Memori indah memperindah hidup kita. Mereka seperti mengisi ruang hidup kita yang indah, akrab, dan menyenangkan. Begitu kita ingat memori itu, kita terseret kembali ke sana dan kita pun bahagia karenanya. Kita bisa tersenyum karena memori itu. Ada juga kesedihan yang mengisi kalbu kita, tetapi tidak selalu bisa dijelaskan. Boleh jadi jiwa kita sedang mengembara dan ia masuk ke ruang memori indah dan sedih. Ruang mana pun yang disinggahinya, pasti ada momen yang penuh ilham. Terkadang ada hal-hal yang tidak selalu dapat dijelaskan yang mendera rasa kita. Itulah urgensi dari upaya kita untuk menciptakan ruang-ruang bagi memori indah. Itu tidak mudah. Gambarannya demikian. Apa yang terjadi selama sebuah perjamuan dan suasananya mewarnai sebagian besar kenangan kita. Tatkala kita dewasa, ada banyak yang kita lupakan, apalagi jika ingatan kita tidak kuat. Tetapi di antara yang tersimpan ialah beberapa pesta penting, entah terkait dengan agama ataupun adat kita. Misalnya, orang Amerika selalu ingat akan momen mudik Thanskgiving-Day, semacam mudik di Jawa. Atau di Manggarai mungkin orang akan ingat akan pesta Penti pada masa kecil, ataupun pemberkatan gereja, atau pesta memboyong tiang kayu utama dari ibu gunung untuk dibawa ke kampung sebagai pengantin perempuan untuk dijadikan tiang utama rumah, Roko Molas Poso. Semua diakhiri dengan makan bersama. Kita teringat akan semuanya itu dengan penuh syukur bahwa kita pernah mengalaminya.

Tetapi bisa juga ada rasa sedih karena semuanya sudah berlalu. Mungkin ada marah, karena ingatan kita tidak cukup baik, atau karena dulu ada yang tidak sempurna. Semua kenangan itu mengingatkan kita akan indah, tenang serta damainya rumah masa kecil. Jika kita marah, boleh jadi karena ada konflik yang tidak berhasil kita atasi sehingga selalu bergema sebagai amarah. Momen makan bersama, sebagaimana yang terungkap dalam renungan terdahulu, selalu indah untuk dikenang. Semuanya itu menjadi pengingat yang kuat akan mutu hidup bersama kita di masa silam. Sebagian masa kecil saya, dilewatkan di sebuah kampung bentukan misi, Ketang. Di sana tidak ada kampung tradisional Manggarai. Tidak ada halaman kampung (natas), juga tidak ada altar pemujaan (Compang/Sompang). Hanya sekolah dan gereja dan rumah guru SD. Saya punya daya ingat kuat, photographic memory, sehingga ada banyak pemandangan indah dan saat hening yang terekam dalam ingatan saya. Misalnya pemandangan indah sawah berbentuk spider-web, lodok yang terkenal itu, juga pemandangan gunung dan bukit, pemandangan matahari terbit di bukit. Juga pengalaman mandi di sungai. Ada banyak ingatan indah. Tatkala kemudian saya ke Jawa, semuanya tinggal kenangan indah. Tidak ada lagi pengalaman komunal di masa kecil. Semuanya tergantikan dengan yang modern. Makan dan makan bersama tidak lagi diwarnai ritual, karena makan itu dilayani layanan cepat-saji.

Acara makanan di media sosial telah membuat ritual makan bersama menjadi tidak lagi berperan sentral dan menjadi acara biasa. Padahal biasanya acara makan itu adalah sebuah suasana sakral sebab di sana terjadi proses sacrifice kehidupan, demi kehidupan itu sendiri. Orang tidak lagi terdorong berkumpul di sekeliling meja perjamuan. Tidak ada lagi hal yang bisa dikenang dari pengalaman perjumpaan yang indah itu di sekeliling meja perjamuan. Ada yang berkata bahwa dengan semakin berkurangnya acara makan bersama, maka semakin sedikit kita menyimpan kenangan pahit akibat salah paham di sekliling meja perjamuan. Itu di satu pihak. Di pihak lain, tidak adanya peluang makan di sekeliling meja perjamuan berarti juga kita tidak bisa lagi mengalami peristiwa-peristiwa sukacita dari makan bersama itu. Mengingat betapa pentingnya makan bersama di sekeliling meja perjamuan itu, maka saya pun bertanya: masih mungkinkah kita dewasa ini menjadikan meja perjamuan itu sebagai tempat yang ramah dan penuh kehangatan, sebuah suasana yang mendorong kita untuk bergabung, yang nanti pada gilirannya bisa menciptakan pelbagai kenangan indah dan mendatangkan sukacita dan kedamaian? Tentu tidak salah jika kita selalu berharap, karena masih ada harapan.

 

banner 336x280