Menjadi Dirimu Sendiri

Jumat, 17 Januari 2025

Kolom1065 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias

(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

banner 336x280

Ada dua hal penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Pertama, kewajiban-belajar, menambah pengetahuan, memperluas wawasan, agar bisa menjadi lebih pintar, pengetahuan banyak, wawasan makin luas. Tidak terkurung dalam ruang sempit yang terbatas. Jangan sampai kita menjadi orang berwawasan sempit, seperti diungkapkan dalam pepatah Melayu: “bagaikan katak dalam tempurung.” Betapa sempitnya. Tempurung itu sebuah metafora. Tempurung itu bisa sebuah sikap dan pandangan hidup yang sempit. Bisa juga sebuah keyakinan ideologis, atau keyakinan religius. Kedua, kewajiban untuk melatih diri dalam kemampuan mengambil keputusan moral. Keberanian seperti ini sangat penting karena menyangkut seluruh hidup di tengah Masyarakat. Kita diminta untuk memiliki sikap dan pendirian yang jelas dan tegas. Jangan sampai kita dianggap plin-plan, tergantung arah angin terkuat. Dalam hal ini pun, kita harus berlatih meningkatkan kemampuan dalam soal keberanian. Keberanian yang dimaksudkan harus rasional, bukan sekadar asal berani dan nekat. Harus ada pendasaran rasional argumentatif. Dalam kewajiban pertama, kita harus melihat orang lain. Dalam kewajiban kedua, kita harus melihat diri kita sendiri.

Secara singkat hal itu diungkapkan dalam kearifan lokal Manggarai: Do lako, do ita. Do ita, do bae. Do bae, do nganceng pande. Do nganceng pande, do nganceng campe (Banyak jalan, banyak melihat. Banyak melihat, banyak tahu. Banyak tahu, banyak yang bisa dibuat. Banyak yang bisa dibuat, bisa membantu banyak orang). Jelas, pengetahuan yang dipelajari dalam proses interaksi sosial, akhirnya bermuara pada perbuatan moral, perbuatan baik untuk membantu sesama, melakukan transformasi sosial. Dalam proses pembelajaran kita tergantung pada orang lain. Dalam proses pengambilan keputusan kita harus berpatokan dan berpegangan pada kata suara hati kita. Di sini, saya menimba lagi kearifan lokal Manggarai, sejauh yang saya ketahui. Dalam nasihat moral orang Manggarai terkenallah ungkapan ini: “Neka imbis tombo nipi, neka naas tombo data, neka sengets tombo wewet. Nia kaut tutus nai rum.” (Jangan percaya mimpi, jangan percaya omongan orang, jangan mendengarkan gossip. Ikuti putusan hatimu). Semua ini bisa menambah (memperluas) pengetahuan. Tetapi karena ini menyangkut sikap moral maka yang menentukan ialah keputusan suara hati. Itu membutuhkan keberanian moral yang tinggi. Dalam hal ini yang terpenting bukan lagi tombo nipi, tombo data, tombo wewet. Melainkan yang terpenting ialah apa keputusan suara hati sendiri, nia kaut tutus nai rum. Hal-hal lain boleh dipertimbangkan. Tetapi yang paling fundamental dan menentukan, apa kata suara hatimu. Keberanian dan ketajaman suara hati nurani itu hanya bisa diasah terus-menerus lewat pengalaman hidup, lewat proses pengambilan keputusan. Ini kemampuan praktis. Bukan ketrampilan teoretis.

Ketika filsuf Jerman, Immanuel Kant, menelorkan istilah filsafat moral, sapere aude, (berani berpikir sendiri, mandiri) sebenarnya dia juga bermaksud menegaskan distingsi itu. Orang harus memiliki keberanian moral untuk berpikir sendiri, berpikir bagi dirinya sendiri, menurut dirinya sendiri, tidak hanya ikut arus utama dan kuat. Setelah mendapat banyak informasi, orang harus membuat konstruksi pengetahuan dan putusan moral baru. Itulah sapere aude, (nia tutus nai rum). Namun kita sering melihat fakta bahwa orang ingin menjadi sesuatu yang lain dari dirinya, menjadi orang lain selain diri kita adanya. Dalam rangka itu, kita membandingkan diri kita terus-menerus dengan orang lain dan bertanya-tanya mengapa kita ini tidak sekaya, secerdas, sesederhana, semurah hati, atau sesuci seperti mereka. Perbandingan-perbandingan seperti itu membuat kita merasa bersalah, malu, cemburu, terjerembab dalam rasa rendah diri. Adalah sangat penting untuk menyadari bahwa panggilan kita tersembunyi dalam diri kita apa adanya, dan di mana kita berada saat ini. Kita ini adalah manusia unik, yang masing-masingnya memiliki panggilan untuk mewujudkan dalam hidupnya sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain, dan untuk mewujudkannya dalam konteks yang kongkret sekarang ini. Kita tidak akan menemukan panggilan-panggilan kita dengan mencoba mencari tahu apakah kita lebih baik ataukah lebih buruk dari yang lain. Kita sudah cukup baik untuk melakukan panggilan kita. Jadilah dirimu sendiri!

 

banner 336x280