SASTRA  

Menyusuri Jejak Pemilu

Avatar of Redaksi Krebadia
WhatsApp Image 2024 02 06 at 10.26.52
FOTO: (merdeka.com)

Karya Agust G. Thuru

Dari buku sejarah aku tahu

Ibu bapakku dan generasinya

Memilih anggota DPR 29 September 1955

Memilih anggota konstituante 15 Desember 1955

Setelah itu jeda panjang

Politik memberangus demokrasi

Presiden seumur hidup

Menutup jalan demokrasi

 

Setelah menulis sejarah dengan darah

Teriakan Orde Baru menggempar

Pemilu 3 Juli 1971 digelar

Politik intimidasi diracik

Golongan Karya menang

Rakyat menyambut gembira

Pak Harto presiden

 

Aku pun beranjak dewasa

Pertama kali punya hak suara

Di Pemilu 2 Mei 1977

Aku memilih lambang beringin

Golkar berjaya mengantar Pak Harto

Ke takhta presiden Republik Indonesia

 

Demokrasi mulai terasa hambar

Pemilu 4 Mei 1982 penuh tekanan

Kecurangan adalah kelumrahan

Yang tak bisa dilawan

Sebab selalu ada moncong bedil

Yang bisa saja dimuntahkan

Pak Harto pun tetap di takhtanya

Korupsi, kolusi, dan nepotisme

Adalah tanda zaman yang terus bicara

 

Pemilu menjadi sekadar formalitas

Nyanyian rayuan menggema

Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya

Pemilu 23 April 1987

Mengantar Pak Harto

Tetap kokoh di takhta presiden

Demokrasi penuh tekanan dimainkan

 

Korupsi, kolusi, dan nepotisme

Tumbuh subur merajalela

Mahasiswa berteriak dibekap

Aktivis ditangkap dan dipenjarakan

Pemilu 9 Juni 1992 dilaksanakan

Suara golput membengkak

Teriakan demonstran sia-sia

Karena dibekap dengan kekerasan

Pak Harto pun tetap di takhtanya

 

Kemarahan mahasiswa tak terbantah

Pemilu 29 Mei 1997 digelar

Di tengah jalannya demokrasi

Yang pincang dan tak seimbang

Sebab korupsi, kolusi, dan nepotisme

Telah tumbuh menjadi  budaya

Yang protes mengantar nasibnya

Kalau bukan ke batas ajal

Pasti ke bilik penjara

Dan penghilangan secara paksa

 

Darah, darah, dan darah

Darah mahasiswa dan aktivis meleleh di jalanan

Tubuh-tubuh yang terkulai

Jasad korban reformasi bergelimpangan

Yang ditangkap dan disekap

Tak kembali lagi sampai kini

 

Angin reformasi berembus gemulai

Setelah darah anak muda ditumpahkan

Pemilu 7 Juni 1999 digelar

Penuh kebebasan dan kemerdekaan

Memilih para wakil rakyat

Dan mereka menentukan pemimpin bangsa

Gus Dur dan Ibu Mega

Adalah mandat menduduki takhta rakyat

Tapi korupsi tak juga mati

 

Angin reformasi berembus kencang

Demokrasi rakyat pun dibenahi

Pemilu 5 April 2004 menjadi tonggak sejarah

Rakyat serentak memilih wakil rakyat

Dan memilih presiden wakil presiden

Takhta para rakyat semesta

Dipercayakan pada SBY dan Yusuf Kalla

Lagi-lagi korupsi tak dapat dibenam

 

Era Reformasi pun berlanjut

Pemilu 9 April 2009 dilaksanakan

Wakil rakyat pun terpilih

SBY dan Budiono diberi mandat oleh rakyak

Memimpin bangsa dan negara

Sebagai presiden dan wakil presiden

Tapi korupsi tetap jadi momok

 

Reformasi terus menggaung

Pemilu para wakil rakyat

Dilaksanakan 9 April 2014

Dan tanggal 9 Juli 2014

Rakyat pun memilih presiden wakil presiden

Jokowi dan Yusuf Kalla

Simbol kedaulatan rakyat

Diantar ke takhta presiden wakil presiden

Tapi soal korupsi belum berujung kiamat

 

Angin reformasi terus bertiup

Pemilu 17 April 2019

Memilih wakil rakyat dari pusat dan daerah

Dan rakyat memilih langsung pemimpin bangsa

Jokowi dan Ma’ruf Amin

Didaulat menjadi presiden wakil presiden

Korupsi tetap saja marak

 

Kini berjuta rakyat

Sedang melangkah menuju bilik suara

Menyongsong Pemilu 14 April 2024

Memilih para wakil rakyat

Memilih presiden dan wakil presiden

Kepada siapa suaramu kau berikan?

 

Suara teriakan jujur, adil, dan netral

Menggema di tengah menggerusnya etika

Yah sudahlah, sudahlah!

Pemilu ini harus sukses dijalankan

Dengan kuasa para rakyat

Meski korupsi terus membara

Kemiskinan menjadi proyek kemanusiaan

Untuk menggelontorkan bantuan sosial

Meski rawan dipolitisasi

Yah, begitulah demokrasi negeri kita

 

Denpasar, 6 Februari 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *