KrebaDi’a.com — Primus dan Felicianus, martir kakak beradik, adalah penduduk asli Roma. Keduanya jadi martir kota Roma pada usia tua. Dimakamkan di tonggak keempat belas Via Nomentana Roma.
Via Nomentana adalah jalan kuno Italia, mengarah ke timur Laut dari Roma ke Nomentum, dengan jarak 23 km. Ini awalnya memakai nama “Via Ficulensis”, dari desa Latin lama Ficulea, sekitar 13 km dari Roma.
Primus dan Felicinus terkenal pada masa hidupnya. Bukan hanya karena mereka kaya. Tetapi terlebih karena kehidupan mereka yang tanpa cela. Teristimewa karena mereka tetap teguh dalam iman yang benar.
Mereka mengetahui penderitaan yang menanti mereka, juga dari orang tua kafir mereka, sebagaimana dari penganiaya iman Kristen lainnya masa itu.
Pada masa itu, Kaisar Dioclesianus dan Maximianus memerintah Roma. Umat kristiani dianiaya dengan sangat kejam. Banyak dari mereka dijebloskan ke dalam penjara. Lainnya dihukum mati dengan siksaan paling biadab.
Primus dan Felicianus yang penuh semangat sering mengunjungi orang-orang Kristen yang dipenjarakan. Keduanya mengorbankan semua milik mereka untuk membantu sesamanya seiman.
Keduanya juga memberi semangat dan peneguhan kepada orang-orang yang akan dieksekusi. Memberi nasihat agar tetap setia pada Kristus.
Para imam penyembah berhala tidak dapat menahan ini. Mereka menghasut orang-orang untuk melawan dua bersaudara itu, seperti melawan dua musuh bebuyutan para dewa, dan menuduh mereka di hadapan kaisar, menuntut agar mereka dieksekusi.
Keduanya dibawa ke hadapan kaisar dengan tujuan agar keduanya meninggalkan keyakinan mereka.
Namun, Primus dan Felicianus berkata tanpa rasa takut, bahwa mereka lebih baik mati daripada mematuhi kaisar dalam hal ini.
Karena dinilai membangkang, keduanya dilemparkan ke penjara bawah tanah dan dirantai.
Mukjizat terjadi. Pada malam pertama seorang malaikat menampakkan diri kepada mereka, lalu melepaskan belenggu mereka dan membebaskan mereka.
Mereka pun kembali ke cara hidup mereka sebelumnya. Mereka tidak mau menyelamatkan hidup mereka dengan melarikan diri, seperti yang disarankan banyak orang.
Kaisar, yang diberi tahu tentang hal ini, memanggil Primus dan Felicianus menghadap. Keduanya dikirim ke kuil Hercules untuk mempersembahkan dupa kepada berhala ini.
Kedua bersaudara itu menolak untuk menurut. Kaisar memberi perintah: keduanya harus dicambuk hingga berdarah-darah lalu dibawa ke Promotus gubernur di sebuah kota sekitar 12 mil dari Roma yang sangat memusuhi orang Kristen.
Sebelum mereka dibawa ke sana, seorang malaikat muncul lagi dan menyembuhkan luka mereka.
Tidak lama setelah Primus dan Felicianus muncul di hadapannya, Gubernur Promotus memerintahkan algojo memukuli kakak beradik ini dengan pentungan sampai mereka berubah pikiran.
Dipukuli dengan pentungan adalah hukuman yang ditetapkan oleh undang-undang, yang hanya berlaku untuk budak dan orang rendah lainnya.
Itu adalah hukuman yang paling menyakitkan. Pentungan itu benar-benar momok karena berupa pilinan dari banyak tali, dengan bola timah diikat di ujungnya. Para terhukum yang ditanjangi dicambuk di punggung dan leher.
Primus dan Felicianus dicambuk lebih kejam daripada cambukan kepada penjahat terbesar.
Ajaib. Kakak beradik ini tidak mau menunjukkan tanda-tanda kesakitan. Sebaliknya, keduanya saling menyemangati. Mereka bersatu memuji Tuhan, dan dengan rendah hati memohon bantuan-Nya.
“Kuatkan kami, ya Tuhan!” pekik mereka. “Bersama kami ya Tuhan! Satu-satunya harapan kami. Kuatkan kami, agar semua dapat mengakui Engkau sebagai satu-satunya Tuhan yang benar.”
Penyiksaan diperpanjang. Sampai-sampai para algojo, yang telah lelah mencambuk, tidak dapat lagi menyiksa kedua bersaudara ini.
Si gubernur pun mencari cara baru agar Primus dan Felicianus lebih cepat mematuhinya meninggalkan iman Kristen. Dia memisahkan mereka dan mengurung mereka di penjara yang berbeda.
Beberapa hari kemudian, si gubernur membawa Felicianus sendirian ke hadapannya.
Gubernur berkata, “Betapa bodohnya engkau terus bertahan sehingga harus mengakhiri hari-hari hidupmu dalam penderitaan.” Saat itu Felicianus berusia 80 tahun.
“Padahal, dengan mematuhi kaisar, Engkau memiliki kesempatan untuk menutup hidupmu secara terhormat dan disukai olehnya,” kata gubernur.
Setalah menghantam baik si gubernur dengan kata-kata tegas, Felicianus mengarahkan pandangannya ke langit dan berkata, “Saya telah menaruh kepercayaan saya pada Tuhan. Saya tidak akan takut pada tangan manusia.”
Alhasil, tiga hari Felicianus harus tetap diikat di tiang. Setelah itu dia dibawa kembali ke penjara.
Sementara itu, Promotus si gubernur kejam itu membawa Primus ke hadapannya.
Kepada Primus dia menginformasikan bahwa Felicianus telah bertobat, dan telah membawa korban untuk Jupiter. Karena itulah kaisar telah mengangkat Felicinus ke martabat tertinggi, kata si gubernur.
Primus tahu otak kotor si gubernur pembohong. Ia mengetahui keteguhan imam saudaranya karena telah diungkapkan malaikat kepadanya. Oleh karena itu Primus menegur Promotus dengan kata-kata yang keras.
Marah dengan ini, si gubernur berkata, “Entah kamu akan segera berkorban untuk Jupiter, atau aku akan berurusan denganmu lebih kejam daripada yang lainnya.”
“Aku berkorban hanya untuk Tuhan yang benar,” jawab Primus, “dan tidak akut akan kekejamanmu.”
Sontak si gubernur tiran memberi perintah algojo mencambuk Primus dengan tali yang keras, sampai seluruh tubuhnya menjadi satu luka besar menganga.
Setelah itu algojo membakar Primus dengan api obor dalam waktu yang lama.
Ajaib. Wajah Primus cerah ceria selama penyiksaan yang tidak manusiawi itu berlangsung.
Penyiksaan ditingkatkan. Atas perintah si gubernur tiran, algojo menuangkan timah cair ke dalam mulutnya. Betapa mengerikan.
Constantinus Agung telah memerintahkan hukuman semacam ini bagi siapa saja yang merayu orang lain melakukan ketidaksucian.
“Siapa pun dengan ucapan tidak murni menggoda siapa pun untuk melakukan ketidaksucian,” kata hukum, “mulutnya akan ditutup dengan timah cair.”
Para tiran sebelumnya telah menggunakan hukuman ini untuk menyiksa orang-orang Kristen.
Primus dijatuhi hukuman keji ini agar dia tidak lagi memuji Tuhan yang benar.
Primus menelan timah cair tanpa tanda-tanda rasa sakit sedikit pun. Kemudian dia beralih ke Gubernur Promotus dan berkata, “Wahai orang yang tidak bahagia, akuilah dengan jujur kemahakuasaan Tuhanku, dan bertobatlah kepada-Nya agar kamu tidak menuju hukuman kekal.”
Promotus, yang marah dan tidak mau mendengar lebih banyak, memerintahkan Primus dan Felicinus dibuang ke kandang binatang buas.
Perintah itu dipatuhi. Lagi-lagi keajaiban terjadi. Baik singa yang mengaum ganas maupun beruang yang beringas tidak menyakiti salah satu dari mereka. Sebaliknya binatang buas itu berjongkok di kaki mereka, seakan menunjukkan rasa hormat kepada kedua orang suci ini.
Banyak orang kafir, yang menyaksikan tontonan ini, sangat tersentuh oleh keajaiban itu, sehingga mereka berseru, “Agunglah Tuhan orang Kristen, dan hanya Dialah Tuhan yang benar!”
Gubernur Promotus ketakutan. Dia takut akan ada pemberontakan. Maka, Primus dan Felicinus segera dia habisi saja. Kakak beradik itu pun dipenggal kepalanya.
Dengan demikian, mereka berdua, memperoleh mahkota keabadian di surga, tahun 297 Masehi.
EDITOR: Redaksi KrebaDi’a.com