HEI ORANG-ORANG BESAR
Orang-orang kecil negeri ini
Anak-anak sah yang lahir dari rahimnya
Menjadi bulan-bulanan para elit dan pemimpin
Yang mendefinisikan diri mereka-lah orang-orang besar
Yang berhak mendapat apapun dari negeri ini
Yang orang kecil jika hidup dipersoalkan
Jika mati tak dipersoalkan
Yang mempropagandakan di mana-mana lebih baik jadilah orang besar
Karena bagiannya selalu besar dan enak-enak
Menjadi orang besar adalah keutamaan
Adalah cita-cita mulia sepanjang-panjang usia
Orang besar jujur-tak jujur makmur, benar-tak benar dibenarkan, lalim-tak lalim dibiarkan
Orang besar korupsi dan tipu-tapu tetap enak dan ketawa-ketiwi hidupnya, di dunia nyata, dunia maya dan di layar kaca
Hukum bisa diatur, mereka dibiarkan berkeliaran
Orang besar boleh bicara semaunya dan seenak jidatnya
Orang kecil paling jauh diulas, dianalisis dan dibicarakan saja
Orang kecil jujur dibilang dungu
Orang besar tolol dibilang jujur
Orang kecil berani dikata kurangajar dan langsung dihajar, diancam, diintimidasi
Orang besar kurangajar dikata berani dan punya nyali
Orang kecil mempertahankan hak disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak disebut pendekar
Orang kecil menuntut tahu rekam jejak pemimpin disebut sewot
Orang besar berjoget menari dan bermain kata-kata cepat tersinggung bila diteriaki sontoloyo, malah diacungi beribu-ribu jempol
Orang kecil menagih janji disebut tidak tahu diri
Orang besar yang mengumbar janji manis susu dan makan siang gratis dianggap calon pemimpin yang punya visi misi
Hei orang-orang besar; siapa bilang orang kecil itu, kecil? tahukah kalian bahwa orang kecil mampu menjadi kenek angkutan, menjadi satpam, menjadi tukang parkir, tukang sapu, tukang sampah atau menjadi pembantu rumah tangga seumur hidup; sedangkan kalian bisa apa? bisakah kalian membuktikan bahwa dirimu sanggup menjadi kenek atau satpam atau pembantu rumah tangga seumur hidup?
Siapa bilang orang-orang kecil itu, kecil? coba tengok keseharian mereka; merekalah orang-orang besar sejati karena ikhlas untuk tidak boleh terlalu memikirkan harapan dan masa depan; sementara kalian bisa apa? kalian hanya selalu memamerkan harapan dan masa depan yang dipidatokan seakan-akan berlaku untuk orang-orang kecil, padahal hanya berlaku untuk dirimu sendiri; pidatomu untukmu; orang-orang kecil bukan pidatomu
Hei orang-orang besar; orang-orang kecil itu adalah orang-orang besar yang berjiwa besar; yang senantiasa siap menjalankan perintahmu dan menyesuaikan segala perilakunya dengan kehendakmu
Jadi, siapa sesungguhnya orang kecil dan orang besar itu? jika kalian tidak tahu, jangan-jangan kalian tidak tahu bahwa kalian tidak tahu, hahahahahaaha; lalu siapakah orang dungu itu, akhirnya? orang-orang kecil atau orang-orang besar kah?
(gnb:tmn aries:jkt:sabtu:6.1.24)
PASTILAH KAPAN-KAPAN
Ke sana ke mari, sambil senyum dan tawa meski tidak pernah merasa lucu
Kau berkata yang bagus-bagus untuk mengurus kesejahteraan negeri ini hingga ke anak cucu
Kalau kau sibuk omong yang indah-indah
Kapan kau menunjukkan mana buktinya
Kami hanya bisa mengira-ngira pastilah kapan-kapan
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat mempraktekkannya?
Kalau kau sibuk bicara demokrasi Pancasila
Kapan kau melaksanakannya?
Kalau kau sibuk mengurus dinasti
Kapan kau menjalankan demokrasi yang sejati
Kami harus mengira-ngira pastilah kapan-kapan
Waktu pasti menunjukkan mana yang sebenar-benarnya benar
Kau dimandatkan berkuasa sepuluh tahun
Kalau kau sibuk mengurus kursimu hingga lebih dari sepuluh tahun
Kapan kau memikirkan nafsumu itu sejatinya tidak baik
Kapan kau menyadari joroknya sebuah nafsu yang berlebih-lebih
Kapan kau mengimani etika adalah puncak kebaikan dan kasih-sayang
Dengannya kau bertindak dan berlagak-lagu selayaknya manusia, bukan binatang
Kami-kami paling mengelus dada dan berkata, pastilah kapan-kapan
Kalau kau sibuk meyakini dirimu bahwa orang-orang di luar sana bukanlah siapa-siapa
Kalau kau menganggap mereka tidak bisa apa-apa
Kapan kau menyadari bahwa kedudukanmu sekarang datang dari suara mereka
Kapan kau mencium aroma busuk dalam melanggengkan kuasa dengan tabrak aturan dan halalkan segala cara, yang buruk pun tak apalah
Kau hanya mempertinggi jarak kejatuhanmu, pastilah kapan-kapan
Kalau kau sibuk menyebarkan kebohongan dengan cara santun berbudaya, lalu dengan cara santun berbudaya pula kau memaksakan kebohongan itu diterima sebagai kebenaran; kalau kau berkata sebentar begini tapi kemudian bertindak sebaliknya dan begitu seterusnya, berpola dan berulang-ulang, lalu memaksa orang lain untuk menerima itulah kebenaran yang sungguh-sungguh; kapan kau menyadari bahwa kebohongan itu sesungguhnya tidak memiliki paha, tidak bisa berlari, yang berarti, sekali waktu akan ketahuan secara telanjang, bahwa kau telah berbohong dan inilah kebohongannya; untuk hal ini, kami-kami berkata, pastilah bukan kapan-kapan tapi saatnya pasti tiba
Kalau kau anggap orang lain tidak tahu apa-apa dan kau pun sibuk pamer kehebatamu; kapan kau membuktikan kehebatanmu di depan mereka yang kau anggap dungu itu; kalau kau sibuk membuktikan bahwa kau pintar? memang sejak kapan kau pintar, hahahahahaha
Ke sana kemari kau mencela dan membuktikan celaan dan celotehan mereka hanyalah ada-ada saja; kapan kau menyadari celaanmu sendri? kalau kau sibuk mengunjungi kota dan desa karena sudah dikunjungi oleh calon tertentu yang adalah lawanmu; kapan kau menyadari inilah kompetisi yang harus adil dan jujur? kapan kau menyadari bahwa memang kau manusia bermutu? kapan kau menyadari bahwa kau sebetulnya sudah lama tidak tahu bahwa kau tidak tahu
Dan akhirnya: kalau kau sibuk bermain cinta, gonta ganti orang asal suka sama suka, toh ada kuasa, uang dan jabatan; kapan kau sempat merenungi arti cinta? kalau sibuk bermain-main dengan nafsu, kapan kau merenungi arti kekuasaan adalah anugerah Tuhan untukmu; kalau kau dari barat ke timur, dari utara ke selatan sibuk berpidato dan bertanya-tanya; kapan kau mendengarkan jawaban?
(gnb:tmn aries:jkt:rabu:10-1-24)
Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com
Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.