Puisi Pamflet Orang-Orang Kecil

Avatar of Gerard Bibang
Puisi Pamflet Orang-Orang Kecil
FOTO: (gatra.com)

HEI ORANG-ORANG BESAR

Orang-orang kecil negeri ini

Anak-anak sah yang lahir dari rahimnya

Menjadi bulan-bulanan para elit dan pemimpin

Yang mendefinisikan diri mereka-lah orang-orang besar

Yang berhak mendapat apapun dari negeri ini

Yang orang kecil jika hidup dipersoalkan

Jika mati tak dipersoalkan

Yang mempropagandakan di mana-mana lebih baik jadilah orang besar

Karena bagiannya selalu besar dan enak-enak

 

Menjadi orang besar adalah keutamaan

Adalah cita-cita mulia sepanjang-panjang usia

Orang besar jujur-tak jujur makmur, benar-tak benar dibenarkan, lalim-tak lalim dibiarkan

Orang besar korupsi dan tipu-tapu tetap enak dan ketawa-ketiwi hidupnya, di dunia nyata, dunia maya dan di layar kaca

Hukum bisa diatur, mereka dibiarkan berkeliaran

Orang besar boleh bicara semaunya dan seenak jidatnya

Orang kecil paling jauh diulas, dianalisis dan dibicarakan saja

Orang kecil jujur dibilang dungu

Orang besar tolol dibilang jujur

Orang kecil berani dikata kurangajar dan langsung dihajar, diancam, diintimidasi

Orang besar kurangajar dikata berani dan punya nyali

Orang kecil mempertahankan hak disebut pembikin onar

Orang besar merampas hak disebut pendekar

Orang kecil menuntut tahu rekam jejak pemimpin disebut sewot

Orang besar berjoget menari dan bermain kata-kata cepat tersinggung bila diteriaki sontoloyo, malah diacungi beribu-ribu jempol

Orang kecil menagih janji disebut tidak tahu diri

Orang besar yang mengumbar janji manis susu dan makan siang gratis dianggap calon pemimpin yang punya visi misi

 

Hei orang-orang besar; siapa bilang orang kecil itu, kecil? tahukah kalian bahwa orang kecil mampu menjadi kenek angkutan, menjadi satpam, menjadi tukang parkir, tukang sapu, tukang sampah atau menjadi pembantu rumah tangga seumur hidup; sedangkan kalian bisa apa? bisakah kalian membuktikan bahwa dirimu sanggup menjadi kenek atau satpam atau pembantu rumah tangga seumur hidup?

Siapa bilang orang-orang kecil itu, kecil? coba tengok keseharian mereka; merekalah orang-orang besar sejati karena ikhlas untuk tidak boleh terlalu memikirkan harapan dan masa depan; sementara kalian bisa apa? kalian hanya selalu memamerkan harapan dan masa depan yang dipidatokan seakan-akan berlaku untuk orang-orang kecil, padahal hanya berlaku untuk dirimu sendiri; pidatomu untukmu; orang-orang kecil bukan pidatomu

Hei orang-orang besar; orang-orang kecil itu adalah orang-orang besar yang berjiwa besar; yang senantiasa siap menjalankan perintahmu dan menyesuaikan segala perilakunya dengan kehendakmu

Jadi, siapa sesungguhnya orang kecil dan orang besar itu? jika kalian tidak tahu, jangan-jangan kalian tidak tahu bahwa kalian tidak tahu, hahahahahaaha; lalu siapakah orang dungu itu, akhirnya? orang-orang kecil atau orang-orang besar kah?

(gnb:tmn aries:jkt:sabtu:6.1.24)

 

 

PASTILAH KAPAN-KAPAN

Ke sana ke mari, sambil senyum dan tawa meski tidak pernah merasa lucu

Kau berkata yang bagus-bagus untuk mengurus kesejahteraan negeri ini hingga ke anak cucu

Kalau kau sibuk omong yang indah-indah

Kapan kau menunjukkan mana buktinya

Kami hanya bisa mengira-ngira pastilah kapan-kapan

 

Kalau kau sibuk berteori saja

Kapan kau sempat mempraktekkannya?

Kalau kau sibuk bicara demokrasi Pancasila

Kapan kau melaksanakannya?

Kalau kau sibuk mengurus dinasti

Kapan kau menjalankan demokrasi yang sejati

Kami harus mengira-ngira pastilah kapan-kapan

Waktu pasti menunjukkan mana yang sebenar-benarnya benar

 

Kau dimandatkan berkuasa sepuluh tahun

Kalau kau sibuk mengurus kursimu hingga lebih dari sepuluh tahun

Kapan kau memikirkan nafsumu itu sejatinya tidak baik

Kapan kau menyadari joroknya sebuah nafsu yang berlebih-lebih

Kapan kau mengimani etika adalah puncak kebaikan dan kasih-sayang

Dengannya kau bertindak dan berlagak-lagu selayaknya manusia, bukan binatang

Kami-kami paling mengelus dada dan berkata, pastilah kapan-kapan

 

Kalau kau sibuk meyakini dirimu bahwa orang-orang di luar sana bukanlah siapa-siapa

Kalau kau menganggap mereka tidak bisa apa-apa

Kapan kau menyadari bahwa kedudukanmu sekarang datang dari suara mereka

Kapan kau mencium aroma busuk dalam melanggengkan kuasa dengan tabrak aturan dan halalkan segala cara, yang buruk pun tak apalah

Kau hanya mempertinggi jarak kejatuhanmu, pastilah kapan-kapan

 

Kalau kau sibuk menyebarkan kebohongan dengan cara santun berbudaya, lalu dengan cara santun berbudaya pula kau memaksakan kebohongan itu diterima sebagai kebenaran; kalau kau berkata sebentar begini tapi kemudian bertindak sebaliknya dan begitu seterusnya, berpola dan berulang-ulang, lalu memaksa orang lain untuk menerima itulah kebenaran yang sungguh-sungguh; kapan kau menyadari bahwa kebohongan itu sesungguhnya tidak memiliki paha, tidak bisa berlari, yang berarti, sekali waktu akan ketahuan secara telanjang, bahwa kau telah berbohong dan inilah kebohongannya; untuk hal ini, kami-kami berkata, pastilah bukan kapan-kapan tapi saatnya pasti tiba

Kalau kau anggap orang lain tidak tahu apa-apa dan kau pun sibuk pamer kehebatamu; kapan kau membuktikan kehebatanmu di depan mereka yang kau anggap dungu itu; kalau kau sibuk membuktikan bahwa kau pintar? memang sejak kapan kau pintar, hahahahahaha

Ke sana kemari kau mencela dan membuktikan celaan dan celotehan mereka hanyalah ada-ada saja; kapan kau menyadari celaanmu sendri? kalau kau sibuk mengunjungi kota dan desa karena sudah dikunjungi oleh calon tertentu yang adalah lawanmu; kapan kau menyadari inilah kompetisi yang harus adil dan jujur? kapan kau menyadari bahwa memang kau manusia bermutu? kapan kau menyadari bahwa kau sebetulnya sudah lama tidak tahu bahwa kau tidak tahu

Dan akhirnya: kalau kau sibuk bermain cinta, gonta ganti orang asal suka sama suka, toh ada kuasa, uang dan jabatan; kapan kau sempat merenungi arti cinta? kalau sibuk bermain-main dengan nafsu, kapan kau merenungi arti kekuasaan adalah anugerah Tuhan untukmu; kalau kau dari barat ke timur, dari utara ke selatan sibuk berpidato dan bertanya-tanya; kapan kau mendengarkan jawaban?

(gnb:tmn aries:jkt:rabu:10-1-24)

Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun kering, Tikungan Dungu nyawa kepadamu kepadaku

Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *