Puisi-Puisi Merawat Kerinduan

PENGANTAR REDAKSI — Puisi-Puisi Merawat Kerinduan karya penyair Gerard N. Bibang, dalam maknanya paling dalam, adalah sebuah spiritualitas cinta dalam definisinya yang paling sederhana tetapi paling lengkap: "volo ut sis", aku mau engkau ada.

Avatar of Gerard Bibang
merawat kerinduan

PADA GUGUS MENDUNG

Mendung menggugus-gugus

Gugus-gugus mendung yang ranum

Menggugurkan hujan ke bumi

Dari langit jauh membasahi rindu dalam sanubari

Di sini, di atas jalan sunyi, sendiri

 

Gugus mendung menggugus-gugus

Menerpa galaksi di balik derasnya kabut

Senyap menghilang hanya sesaat

Tiba-tiba muncul kembali di sela-sela awan

Pesona memikat seluruh semesta

Bagaikan tetesan rindu melumeri tiap butiran udara

 

Ini awan biru bergugus-gugus, dek

Tiuplah dengan bening jiwa

Karena ini awan biru

Maka terimalah dengan syair rindu

 

Di sini masih kutiti jalan sunyi

Agar cinta kita selalu tersemai

Sunyiku adalah diam

Agar aku belajar tak mendua

(gnb:tmn aries:jkt:jumat:15.9.23)

 

RINDU DI ANTARA HIDUP YANG TAK KUNJUNG

Rinduku membayang-bayang di antara hidup tak kunjung namun mati tak sudi

Sudah kusisih-sisihkan badan agar tergabung bersamamu ternyata hanya bayanganku sendiri

Betapa sebuah pertemuan cinta yang menahun membara dalam sanubari

 

Menderas di darahku, aku yang selalu merindukanmu

Menderas, mengalir kepadaku seperti aliran sungai ke laut

Menderas, menggelombang dalam dada  seperti ombak bergulung-gulung di danau biru

Kau tahu, kau dan aku saling mengaku, mengia, mengaku

Rindu kita berdenyut bagaikan angka satu

Kadang menghilang dan kadang menjelma angin

Sesukanya, sesukaku, sesukamu, hanya merasakannya sendiri-sendiri

Datang dan pergi tapi di sanubari bersemayam abadi

Kita bercanda, siang malam, meski banyak di alam maya

Bermain-main hidup dan bergembira ria di dunia

 

Kepadamu rinduku

Tidak maya, tidak semu

Sudah jelas luka tersobek rindu takkan usai

Karena tempat tinggalnya di rohani

Ia membelah diri kepadaku

Lihatlah penat aku menantikan ada-bersamamu

Sudah lama tak bisa kutahan cinta kesumatku

Doa terlantun hanya terasa seperti diiris-iris sembilu

(gnb:tmn aries:jkt:sept “23)

 

MEROBEK LANGIT GELAP

Rindu kita sudah amat tua

Darahnya kita hisap bersama-sama

Makin ke sini makin rapuh

Seiring usia yang menua dan meredup

 

Akhirnya jalan diam kulewati, sendiri

Langit gelap kurobek-robek hingga secercah cahaya terpencar ke bumi

Diamku adalah bahasaku

Langit diterabas agar makhluk-makhluk tahu

Badan dan punggung kita terpanggang oleh hawa panas rindu

Oleh cahaya yang terpencar cinta

Bahkan sejumlah pulau bisa ditenggelamkannya

Lainnya menjadi rawa-rawa

Tapi rindu kita tidak hidup sengsara

Karena rangsum bagi sanubari sudah tersedia

Tidak dihisap dengan semena-mena oleh semesta

(gnb:tmn aries:jkt:sept 2023)

 

JAUH-JAUH DEKAT

Jauh-jauh dekat, dekat-dekat jauh

Ketika berdekatan sedang rasa teramat jauh

Ketika berjauhan sedang rasa begini dekat

Seperti langit dan warna biru tipis sehalus kain sutera

Seperti sepi menyeru

Seperti rindu menderu-deru

Rindu kita seperti mengandung mimpi

 

Terendam di kepala masing-masing

Tapi sayup tak terhingga menyapa sukma

Dalam jarak tak tekira

Memang hanya berjauhan-lah

Mengajari kita untuk tak mendua

(gnb:tmn aries:jkt:sept 2023)

 

SEGERALAH TIBA WAKTUNYA

Seperti kapan saja, malam ini pun, rinduku kepadamu tak ke mana-mana

Tak berani aku menengadahkan muka

Sebab mengalahkan musuh-musuh yang kecil saja, aku tak kuasa

Ialah memuja diri dan mengunggulkan keangkuhan raga

 

Untuk mengukur keterbatasanku sendiri

Beratus kata dilontarkan seperti buih-buih

Agar melayang ke udara dan dihisap kembali oleh telinga angin

Dan tinggal jiwaku termangu-mangu di sini, sendiri

Menunggu tetesan-tetesan cinta yang membeningkan hidup kita bedua

Hidup kita mungkin berjarak tapi bukan lagi ihwal

 

Ada bersamamu adalah penantian yang tak tertahankan

Tak ingin kerinduanku menjadi kursi pesakitan

Tak sudi tubuhku dikerangkeng tak berjiwa

Kaki dan tangan ini seperti diikat sendiri

Segeralah tiba waktu agar kau dan aku berada di sini

(gnb:tmn aries:jkt:jumat:22.9.23)

 

SAJAK DUA BAIT

Dengan sajak dua bait; kerinduan kita merasa ditimang timang; oleh sebuah tangan gaib dari langit; melemparkan kita ke ruang hampa; merajut cinta yang tersemai abadi

Kau dan aku melayang-layang; jiwa kita didekap sangat keras; tak tahu oleh siapa; aku terpana saja; wah, sajak dua bait ini; energi bathin kita, hari demi hari

Kau tidak bersenandung untukku, aku tahu; sambil duduk di kursi kau memandang ke luar, ke langit biru; barangkali kepada angin dan bunga-bunga warna warni; kau diam-diam membathinkan sajak dua bait ini

Kata orang sajak itu jalan menuju rumah Tuhan; dan menyemai kerinduan ialah mengundang kehadiran Tuhan; aku sendiri telah lama lupa akan perkataan itu; aku menempuh lorong gelap di beberapa paruh waktu; berkali-kali memang ada yang menyapa tetapi entah siapa; akhir-akhirnya dalam sunyi aku tahu; itu suara Tuhan yang selalu menggetar dari dalam sukma

Sekarang aku tak mau ditipu lagi; oleh segala suara yang sayup-sayup ramai; aku ingin langsung mendengar jawabmu; saat kau membisikkan sajak dua bait ke telingaku; di lorong itu, dalam sunyi; kau dan aku, sendiri

(gnb:tmn aries:jkt:selasa:26.9.23)

 

PERLUKAH AKU MEMPEREBUTKANNYA

Perlukah aku memperebutkan segala macam rasa yang menjelma cinta

Yang sesungguhnya adalah anugerah Sang Pencipta untuk kita

Sedang jikapun tak mampu aku memilikimu

Kutahu aku tetap menjadi milikmu

Dalam sunyi tiada bertepi

Tanpa kata dan tanpa perlu menyuruh orang mengerti

 

Dalam rindu, aku dan engkau, tak terpisah

Kupilih jalan senyap

Sepi yang sunyi

Sepi dalam ramai

Sepi rahasia kerinduan

Yang menampung semesta rasa dalam waktu dan ruang

Tak penuh oleh keributan dan hura-hura jagat sejuta

 

Jangan ada suara gundah

Yang lirih pun jangan juga

Agar jalan sunyi terjaga

 

Jangan ada suara mengumpat

Jangan seorang pun dibiarkan menggugat kerinduan kita

Segala percakapan, segala kelembutan cinta

Semuanya tindakan kasih dalam diam

 

Jangan ada bisikan apa-apa

Kecuali bisikan cinta yang menggelora dalam diam

Ketika kubaringkan tubuhku yang letih

Kupejamkan mataku yang kotor tak jernih

Kutahan sunyi di tepi ranjang ini

Kuingin rindu kita berjaga sambil membelai

(gnb:tmn aries:jkt:sabtu:30.9.23)

 

Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun kering, Tikungan Dungu nyawaGerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *