Senin 12 Juni 2023
Pekan X Masa Biasa
2 Korintus 1:1-7
Injil Matius 5:1-12
Santo Yohanes dari Sahagun
Kata “berbahagia” ini menunjuk kepada kesejahteraan semua orang yang karena hubungan mereka dengan Kristus dan Firman-Nya, menerima Kerajaan Allah, yang meliputi kasih, perhatian, keselamatan, dan kehadiran Allah.
Ucapan “berbahagialah” dalam Injil Matius 5:1-12 dapat kita maknai berbahagia dalam situasi apa pun. Situasi miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar, haus, murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya oleh karena kebenaran.
Orang percaya yang sanggup melakukan hal-hal yang dikehendaki Allah akan disebut orang-orang yang berbahagia dan mereka akan memiliki Kerajaan Allah.
Perikop ini biasa disebut Khotbah di Bukit. Peristiwa yang ditulis oleh Matius ini terjadi di sebuah bukit, yaitu bukit dekat Kapernaum, tempat Yesus sering mengajar dan berkhotbah kepada orang banyak.
Yesus berkhotbah tentang penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah, dengannya semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25).
Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam kasih karunia Allah.
Yesus berbicara kepada para pendengar-Nya yang menyangkut kekekalan hidup.
Yesus menyatakan prinsip-prinsip kebenaran Allah, pegangan bagi semua orang percaya dan hidup oleh iman kepada Anak Allah.
Yesus mengatakan kepada pendengar-Nya untuk selalu “berbahagia” dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus.
Dalam Matius 5:1-12 Yesus mengajarkan kepada semua orang, termasuk para murid, tentang siapa yang disebut berbahagia.
Yesus mengedepankan delapan sifat orang yang diberkati atau berbahagia. Yang hidupnya berkenan di hadapan Tuhan. Yaitu:
(1) Mereka yang miskin secara rohani karena mereka memiliki Kerajaan Allah.
(2) Mereka yang sangat berduka atas dosa-dosanya (lih. Mat. 5:4). Mereka akan mendapat penghiburan dari Tuhan, berupa anugerah pengampunan baginya (lih. 1 Yoh. 1:9).
(3) Mereka yang memiliki kerendahan dan kelembutan hati seperti Yesus (bdk. Mat 5:5). Kelak mereka akan memiliki bumi baru bahkan memerintah bersama-sama Yesus atas bumi yang baru.
(4) Mereka yang kelaparan dan haus akan kebenaran (lih. Mat 5:6). Mereka akan mencari dan menemukan Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang sanggup memuaskannya.
(5) Mereka yang murah hati (lih. Mat 5:7). Mereka berjiwa pengampun dan berbelas kasihan kepada orang yang menderita. Kepadanya Allah akan menyatakan kemurahanNya yang berlimpah;
(6) Mereka yang hatinya disucikan oleh Allah (lih. Mat 5:8). Pastilah mereka bisa memiliki persekutuan yang intim dengan Allah dan mengalamiNya dalam pergumulan hidup sehari-hari.
(7) Mereka yang berdamai dengan sesamanya (lih. Mat 5:9) dan membawa orang lain berdamai dengan Allah. Mereka inilah yang disebut sebagai anak-anak Allah.
(8) Mereka yang mengambil bagian dalam kehidupan Yesus dan para nabi-Nya. Mereka berani menanggung cela, aniaya, dan fitnah (lih. Mat 5:10-11). Tuhan tentu tahu untuk memberikan upah yang sepadan baginya di surga (lih. Mat 5:12).
Dari semuanya itu, dapat kita rasakan bahwa kebahagiaan yang sejati bukan masalah fisik atau materi, melainkan rohani.
Sumber kebahagiaan yang sejati itu berasal dari Tuhan, meski dunia mungkin menawarkan kebahagian.
Kebahagiaan sejati adalah menuruti kehendak dan perintah Allah, karena Allah sendirilah kebahagiaan sejati itu.
EDITOR: Redaksi KrebaDi’a.com