Sadari Kebaikan dan Keindahan di Sekitar Kita

Jumat, 14 Februari 2025

Kolom262 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

 

banner 336x280

Jika hati dan budi kita peka, sesungguhnya kebaikan dan keindahan senantiasa tersedia untuk kita nikmati dan syukuri. Semuanya tersedia begitu saja. Mulai saja dengan hal paling mendasar yaitu oksigen yang kita hirup secara refleks setiap saat. Bukankah itu rahmat dan kebaikan? Saya nikmati peristiwa kecil seperti angin berembus: bunyi lembutnya, dayanya membuat dedaunan dan bebungaan menari, menghasilkan bunyi indah. Itu pun kebaikan Tuhan. Jika sampai pada kesadaran seperti itu, maka dari hati akan keluar refrein terkenal Mazmur 136 itu: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, kekal abadi kasih setia-Nya. Jadi, kita tidak usah pergi jauh-jauh untuk menemukan kebaikan dan keindahan. Cukup membuka hati dan kesadaran saja. Semuanya ada di sana. Keindahan dan kebaikan ada di sekitar kita. Mungkin tidak banyak yang menyadari kebenaran ini, yaitu hanya jika kita bisa mensyukuri kebaikan dan keindahan yang ada di sekitar kita, barulah kita bisa mensyukuri kebaikan dan keindahan yang kita buru ke mana-mana dengan melakukan perjalanan jauh, traveling, petualangan, dll. Tanpa kemampuan dasar itu, maka upaya kita pergi jauh tidak ada gunanya. Asah dulu kepekaan kita akan kebaikan dan keindahan yang ada di sekitar kita. Jika terasah, maka orang siap traveling. Perjalanan traveling itu tujuannya juga teologis dan religius. Mencari, menemukan, dan menyadari kebaikan dan keindahan Tuhan di tempat lain. Muara semuanya: bersyukur dan memuji.

Saat kita melakukan perjalanan jauh keliling dunia, kita menemukan banyak keindahan dan kebaikan. Ada pepohonan dan bebungaan. Ada air terjun, sungai, aurora indah, hutan, dan awan tebal dan tipis yang mengagumkan. Jika kita menyukai museum, di sana kita temukan koleksi lukisan indah, patung mengagumkan, dan kita hanyut dalam kontemplasi. Kita bertemu orang baru, bahasa baru, cara senyum baru, budaya baru, cara makan baru, mungkin agama baru. Juga cara komunikasi unik. Kita menjumpai orang baru berbusana baru, berbahasa baru dan tidak kita mengerti. Mungkin mereka bermain dan kita temukan permainan baru. Saat kita menjumpai orang baru, terjadi misteri perjumpaan ajaib. Kita merasakan kehangatan dan kelembutan. Itu tampak dalam tatapan mata, senyum bibir, rangkulan, dalam ungkapan bahasa tubuh yang tidak kita duga. Semua kebaikan dan keindahan itu tersedia begitu saja. Itu adalah karunia cuma-cuma dari Sang Pencipta. Kita dapatkan semuanya secara gratis. Tepatlah ungkapan Latin ini: gratia gratis data. Rahmat diberikan cuma-cuma. Sikap yang tepat untuk itu ialah bersyukur, memuji dan menyembah sang sumber karunia dan rahmat. Tatkala kita berada di tengah semua kebaikan dan keindahan itu, yang kita lakukan bukannya bersyukur dalam doa, melainkan kita tergoda untuk mengumpulkan semua jejak kebaikan dan keindahan itu dan kita jadikan sebagai informasi berharga bagi kita dan digunakan sebagai proyek dan rencana personal kita. Padahal itu adalah karunia dan rahmat yang cuma-cuma.

Kita sibuk dengan kegiatan itu, sampai kita lupa menikmatinya. Kita tenggelam dalam analisis ilmiah atas alam yang indah dan baik ini. Mungkin kita tidak sadar akan hal itu. Kita baru sadar saat kita lumpuh rohani dan tumpul rasa. Saat itu kita merasa perlu beristirahat, retret, masuk ke hening kontemplasi untuk memulihkan diri. Jika kita tidak bisa melakukan hal itu, kita akan mati secara rohani, tidak lagi peka untuk menikmati segala yang baik dan indah di hadapan kita. Mungkin kita mau mengadakan perjalanan jauh mencari selingan. Tetapi saya ingatkan lagi sebuah kebenaran yang sudah disebutkan tadi: tanpa kepekaan akan ada dan kehadiran yang baik dan indah di sekitar kita, tidak ada gunanya juga pergi jauh-jauh untuk mencari kebaikan dan keindahan. Karena itu, nasihat paling sederhana bagi orang yang mengalami kejenuhan rohani dan psikis seperti itu ialah asahlah kepekaan kita untuk menyadari kebaikan dan keindahan yang ada di sekitar kita lalu mensyukurinya. Jika itu sudah dilakukan, barulah kita boleh melanglang buana mencarinya. Tujuan akhirnya harus selalu teologis dan religius: sujud dan syukur kepada Tuhan.

 

banner 336x280