SUDAH SELESAI
Di kayu salib itu; sesosok tubuh sangat lesu dan lusuh; Dia lah lelaki dari Nazareth; raja orang Yahudi; sudah selesai, ucapnya dalam rintih
Akhirkah segala-galanya? bukan, bukan; tuntaskah segala-galanya? iyah! tergenapilah dan disempurnakanlah segala yang dikerjakan-NYA; kematian abadi dikalahkan; keselamatan paripurna dikekalkan
Aduh TUHAN, MAHA mengetahui jumlah kelopak bunga seluruhnya yang telah gugur, yang sedang kembang serta yang baru akan tumbuh, di bumi dan langit, penentu keabadian hidup sesudah hidup di bumi: ampunilah kebodohan kami
Aduh TUHAN, Sang Alfa dan Omega, Sang MAHA mengerti batas terkecil dan batas terbesar dari setiap jiwa dan raga, penjaga yang terahasia dari kenyataan, pemelihara yang paling nyata dari rahasia, seluruhnya di bumi dan langit serta yang tak di keduanya: ampunilah kekerdilan kami
Aduh TUHAN, SANG Pemberi cakrawala segala kemungkinan dan ketidakmungkinan, wilayah tak berhingga dari segala ketinggian dan keagungan, penggenggam kunci misteri kebenaran, satu-satunya yang sanggup menerangkan cinta dan keindahan, yang jika aku dan orang-orangku berkhianat, penjara tak diberikan-NYA melainkan kerahiman: ampunilah kedunguan kami
Aduh TUHAN, MAHA peremas seluruh tata jagatraya menjadi setetes sunyi, yang mampu meniup kehidupan ini sekarang juga sehingga menjadi tiada, yang dengan sekali ber-SABDA, segala apun terjadilah; yang melapangkan kasih sayang walau kami men-tuhan-kan dunia, men-tuhankan diri di atas sesama, membesarkan diri sebesar-sebesarnya dengan mengambil hak orang lain atas nama ayat-ayat suci: ampunilah kemunafikan kami
Aduh TUHAN, Maha Penyayang, kalau ENGKAU tak membangunkan kami dari tidur, kalau menghentikan sedikit saja udara, kalau ENGKAU memotong seurat nadi kesadaran kami, kalau ENGKAU hempaskan dan aduk gunung-gunung dan samudera dengan ujung jari-MU tanpa kami semua ENGKAU matikan, siapakah kami kalau bukan dalam titah-MU: ampunilah kami Wahai Maha Pencinta, Wahai Maha Pengasih
Aduh TUHAN, aduh TUHAN
Dalam ‘sudah selesai-MU’ terleburlah kefanaan raga
Dosa kami terlarung ke lima samudera
Ke langit tinggi, sujud syukur kami senandungkan
BELUM SELESAI
Abadi kerinduanku di sini; belum selesai, belum selesai; kasih sudah terajut atas nama cinta; sebuah cinta tak bernama; bentuknya pun belum tahu seperti apa; nurani sendiri tak mampu terpegang
Di sini suara tangis melewati batas hati; sampai segala yang ada bingung dan iri; dikikis waktu tanpa sisa; disangka hidup di bumi, kekal
Abadilah di sini kerinduanku; dengan kekasih tak jua ketemu; padahal jelas-jelas sudah menyatu; sudah selesai, kata TUHAN di salib itu; belum selesai, sangka-ku dalam dungu
HATI YANG SELESAI
Mengucur darah dari salib; mengalir ke seluruh bumi seperti anak sungai; menuju hilir tanpa arah kembali; mencari sebuah hati; mengubahnya untuk menjadi hati yang selesai
Ya, hati yang selesai; ialah hati yang tidak heboh oleh macam-macam nafsu dan obsesi, yang tidak sibuk ribut dengan skenario-skenario individual yang mengatasnamakan kekuasaan dan harta menjadi tuhan bagi sesama
Ya, hati yang selesai; ialah hati orang tua menjelang maut; apakah menunggu tua barulah memiliki hati yang selesai? tidak, tidak; kita tak perlu menunggu tua untuk menerapkan hati tua; ialah hati yang atas informasi dari akal sehat, mengerti mana yang sejati mana yang palsu, mana yang abadi, mana yang fana, mana yang wajar dikejar-kejar, mana yang kita tenang-tenang saja, mana yang butuh kepalkan tinju ke angkasa, mana yang kita biasa-biasa saja
(gnb:jumat:28.3.25, menjelang lebaran dan paskah)