SATU: LANGIT MUNTAH
Langit muntah di pengujung senja
Hujan tumpah ruah melumeri wajah keriput sang lelaki tua
Mancur ke tenggorokan bumi
Membanjirkan sampah kotoran
Di selokan dan kali-kali
Sang lelaki tua satu, istrinya satu
Anaknya tiga: satu tambah satu tambah satu
Ia penuh misteri
Hiruk pikuk yang santun dan sunyi
Satu wajahnya tapi wara wiri ganti beribu kali
Multitafsir dan tidak boleh membedahnya dengan satu teori
Ia mencampakkan seorang anaknya di air pasang
Yang dibanjiri sampah kotoran dari sungai dan selokan
Anaknya bergerak menyeret tanpa ampunan
Yeaahh, sang lelaki tua harus ambil putusan
Ia diam bergerak ke sebaliknya
Balikkan badan dan curi ruang di antara ruang
Di mana sang ibunda sedang duduk santai sambil menanti
Ke mana kah angin sang lelaki tua berdesir
Tiba-tiba gemuruh kerumunan manusia mengumumkan
Anak lelaki tua digadang-gadang ke tepian samudera
Entah kapan tiba di sana, wallahualam
Sampai darah kering ia akan terus tatap anaknya
DUA: AKROBATIK TITIAN SERAMBUT
Di sini sayang Mahfud, di sana sayang anak
Di sini-sana hatiku senang
Di sini anak, di sana ada paman di mahkamah
Di sini-sana kita satu keluarga
Ayah dan ibu hanya bisa mendoakan dan merestui
Tralalalalaaaaa trilililiiiiiiiiii
Tentangan dan hujatan tiada peduli
Yang penting untuk sayang anak, semua dilakoni
Gemuruh di angkasa, gejolak dalam raga, bersatu dalam jiwa
Inilah mazmur senja di usia tua
Lagu kemenangan anak-anak lelaki tua
Meleleh-leleh getar di udara dan tanah
Di depan sang ibunda, lelaki tua main akrobatik; dibelahnya titian serambut menjadi tujuh; antara setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka dilewatinya dengan enteng dalam sekali senyum; teka teki yang penuh pergolakan dan perjuangan sunyi telah berakhir dengan sebuah pengumuman anaknya menjadi wakil sang pemimpin; tanpa komplikasi dan gonjang-ganjing, dalam waktu hitungan hari, semua selesai dalam damai
Wahai lelaki tua, ibundamu menyayangimu; takutlah kepada air matanya, sebab jika ibundamu menangis karena engkau tusuk perasaannya, Tuhan akan mengubah peran-Nya dari Sang Penabur Kasih Sayang menjadi Sang Pengancam, Sang Penyiksa yang maha dahsyat
Ibundamu adalah sumber nafkahmu; adalah kunci kesejahteraanmu; adalah mata air kebahagiaan hidupmu; kalau engkau dihujat planga-plongo, ibundamu-lah yang meneteskan air mata; dan Tuhan-lah yang akan mengusapnya; kalau engkau bersedih dan meneteskan air mata perih, ibundamu-lah yang kesakitan; dan Tuhan pula yang menyiapkan hiburan-hiburan dan sukacita
TIGA: ILMU SENJA
Di butiran udara senja, lelaki tua menangkap ilmu senja; ialah pengetahuan akal dan kesadaran batin bahwa seorang manusia akan mati, dan itu bisa berlaku tidak 30 tahun yang akan datang, melainkan bisa juga besok pagi-pagi menjelang seseorang masuk kantor; atau bisa juga sehabis dari kamar mandi atau sehabis minum kopi pagi
Ilmu senja tersemai pada orang tua; ialah orang yang berpikir efisien yang tidak menghabiskan tenaga dan waktunya untuk kesementaraan, melainkan untuk keabadian; yang tidak menumpahkan profesionalisme untuk menggapai sesuatu yang toh tidak akan menyertainya selama-lamanya
Ilmu senja, ilmu orang tua; ialah kesanggupan memilih satu dua yang abadi di antara seribu dua ribu yang fana; memilih satu dua yang sejati di tengah seribu dua ribu hal-hal, barang-barang, pekerjaan-pekerjaan, target-target yang palsu; maka orang tua adalah orang atau siapa saja yang disebut paling profesional; yang memiliki akar pengetahuan dan daya terapan untuk bersegera menggunakan ilmu senja tanpa menunggu usianya menjadi tua
Dan siapakah manusia yang paling cerdas dalam ilmu senja? ialah orang atau siapa saja yang mengerti bahwa segala sesuatu dalam kehidupannya harus diperbaiki sekarang juga, tidak besok atau lusa, karena bisa keburu mati
Bahwa apa pun saja harus segera direkonsiliasi dan menghindarkan diri dari kemubaziran-kemubaziran mengurusi hal-hal yang semu, palsu, munafik, temporer dan fana; bahwa etika menjadi di atas segala-galanya karena semakin etis seseorang semakin dia menjadi manusia; bahwa tujuan mulia harus ditempuh dengan cara dan proses bermoral; tidak potong sana potong sini yang penting tujuan tercapai; tidak memompa-mompa diri yang penting urusan ejakulasi cepat-cepat selesai
Bahwa hutang harus segera dibayar; bahwa kesalahan harus segera dihapuskan dengan meminta maaf kepada sesama manusia yang disalahi dan memohon ampun kepada Tuhan
Bahwa omzet ekonomi berapa pun tidak menolong seseorang di garis kematiannya; bahwa jabatan setinggi apa pun tidak menambahi keberuntungan apa pun di hadapan mautnya; bahwa kejayaan, kemegahan dan kegagahan macam apa pun tidak akan sanggup mengurusi nasibnya di depan sakaratul maut, yang akan muncul mendadak dan tiba-tiba seperti maling yang datang di malam hari ketika penghuni rumah tidur nyenyak terhanyut dalam mimpi
***(gnb:tmn aries:jk:senin:23.10.23: saat ramai gonjang-ganjing tentang bacawapres)
Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com
Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.
Respon (1)