Suara di Taman Sunyi

Selasa, 21 Januari 2025

Kolom1667 Dilihat
banner 468x60

Oleh Fransiskus Borgias
(Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

Terkenal sekali nubuat nabi Yesaya dalam Perjanjian Lama dan diulang dalam Perjanjian Baru: “Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap Lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan” (Yes 40:3-5; bdk., Luk 3:4-6). Lukas memakai kutipan ini untuk memperkenalkan peranan Yohanes Pembaptis. Jadi, dengan mengutip deskripsi Perjanjian Lama tentang suara yang berseru-seru di padang gurun, Lukas mencoba menjelaskan kepada pembaca dan pendengarnya mengenai sosok dan peranan Yohanes Pembaptis. Jadi, si empunya suara yang menggema di padang gurun itu tidak menunjuk kepada dirinya, melainkan ia menunjuk kepada tokoh lain yaitu Yesus Kristus. Menarik bahwa suara lantang itu diserukan di padang gurun, yang umumnya dipandang (dipahami) sebagai tempat sunyi dan sepi. Karena itu, adalah sangat wajar jika kita pun bertanya kritis, siapa yang bakal mendengarkan seruan dengan suara lantang itu. Boleh jadi, tidak bakal ada orang yang mendengarkannya. Tetapi jangan keliru. Biarpun itu dikumandangkan di padang gurun, ternyata ada banyak orang yang datang untuk mendengarkannya, karena mereka haus akan kebenaran dan tatkala mereka menemukan kebenaran itu, maka kebenaran itu akan memerdekakan mereka. Gurun identik dengan tempat sunyi. Jadi gurun adalah ruang kesunyian, ruang di mana orang bisa berjumpa dengan diri sendiri dan juga dengan Tuhan.

banner 336x280

Karena itu, ada orang yang mengatakan bahwa kesunyian itu bagaikan sebuah taman bagi hati dan jiwa kita manusia, terutama sekali hati dan jiwa yang mencari dan mendambakan cinta. Kesunyian gurun adalah tempat di mana kesendirian (aloneness) kita bisa menghasilkan buah berlimpah. Kesunyian, entah itu dikaitkan dengan ruang jasmani atau tidak, sangatlah penting bagi kehidupan rohani kita. Bahkan juga menjadi syarat bagi perkembangan hidup rohani manusia. Di dalam ruang-ruang keheninganlah orang bisa mencapai kedalaman dan kematangan hidup. Tetapi harus segera disadari bahwa tempat sunyi itu bukanlah tempat yang menjanjikan kemudahan dan kenyamanan. Kesunyian, apalagi kesunyian padang gurun bisa menjadi sebuah tempat yang tidak sangat nyaman dan aman dan karena itu juga amat menakutkan sehingga kita mudah sekali merasa terganggu oleh pelbagai macam hal-hal yang bisa merusak keheningan dan ketenangan batin. Salah satu godaan yang paling sering muncul ialah janji-janji palsu yang menjanjikan sebuah tingkat rasa puas yang bersifat segera tetapi instant. Di sini hendaknya disadari dengan segera bahwa keheningan itu bukanlah sesuatu hal yang bisa memberi kepuasan secara serta-merta. Justru sebaliknya, yaitu menghadirkan pelbagai tantangan yang tidak kecil. Misalnya, di dalam kesunyian gurun kita bisa menjumpai dan menantang setan-setan dalam diri kita, sifat-sifat kecanduan kita, dan perasaan-perasaan kita yang mungkin selalu diganggu dan digerogoti oleh nafsu dan amarah, dan terutama sekali kebutuhan kita yang amat besar untuk mendapatkan pengakuan dan persetujuan.

Itu tidak lain adalah sebentuk kecil dari apa yang oleh Filsuf Nietzsche disebut the will to power, atau dalam Bahasa Jerman-nya: der Wille zur Macht. Di dalam godaan dan ancaman seperti itu, pasti sebagai manusia kita pun takut. Dan jika kita bisa bertahan dan tidak dengan mudah cepat-cepat melarikan diri, maka di sana, di dalam tempat sunyi itu kita akan menjumpai Dia yang pernah mengatakan kepada para murid-Nya yang panik di tengah kegelapan malam di laut, “Jangan takut. Aku bersamamu, dan Aku akan menuntun dan menyertaimu di sepanjang lembah kekelaman.” Di dalam lembah kekelaman itu sekali lagi kita bisa tergoda untuk menjadi takut lalu cepat-cepat melarikan diri. Godaan itu pasti ada. Di hadapan ketakutan orang bisa jatuh terjerembab. Tetapi jika orang bisa bertahan, maka itu adalah kesempatan untuk melatih diri dan mengasah kemampuan melawan godaan. Karena sedemikian pentingnya kesunyian itu, ruang sunyi itu bagi diri manusia, maka kita pun diajak untuk kembali senantiasa ke dalam ruang-ruang kesunyian kita, untuk mendengarkan suara Tuhan, dan mendengarkan suara hati kita sendiri.

banner 336x280