Ratapan Kuda Mati

Kolom141 Dilihat
banner 468x60

Oleh Gerard N. Bibang

 

banner 336x280

Selalu kau panggil-panggil namaku

Selalu kau bangga-banggakan punggung dan ekorku

Kau harapkan aku mengangguk-angguk dan tersenyum

Tahukah kau aku ini sudah mati

Aku kuda mati

Tapi kau tidak peduli

Jangan-jangan kau telah mati suri

Jasadmu tinggal, nuranimu telah pergi

Tubuhku kau lecuti, kau seret dan kau bawa ke perjalanan

Kau perkenalkan kepada setiap orang, di dalam negeri dan di mancanegara

Kabut pun menebal, diriku tersembunyikan

Semua orang tertawa mengolok-olok

Penunggang ini sangat totol

Mereka bertanya: tahukah dia bahwa tunggangannya sudah lama kaku?

Tapi terus saja mencari dalil dan alasan untuk membenarkan tunggangannya masih hidup

 

Takkah kau ingat sudah berapa topeng yang kautempelkan di wajahku?

Jadi kau sendirilah itu, bukan aku

Pidato, narasi, propaganda kau hembuskan ke mana-mana

Menggumpal dalam kekuasaan yang tak bernyawa

Mengepulkan debu dan mengabuti siapa aku sejatinya

Mengapa tak kau tanya ke google apa itu teori kuda mati

Andai saja kau lakukan dalam semenit

Kau pasti segera turun atau disegerakan menyusulku mati

 

Wahai penunggang-penunggang di atas sana

Kentutmu tak terhitung, aku tak sangka

Matahari membeningi apa yang benar dan apa yang seolah-olah

Jangan kau kira orang-orang di luar sana tidak tahu apa-apa

Desiran bayu akan menyatu ke puncak-puncak gunung

Penunggang-penunggang gagah pasti digusur

 

Tahukah kau bahwa kita semua adalah Tuhan yang menyamar

Mendustaiku adalah mendustai DIA

Silakan kau menyiksa diri dengan sejarah yang kau buat samar-samar

Kalau tak juga kautanggalkan topeng-topeng ini

Kepalsuan dan kebohongan, kau panggul sampai mati

 

Kalau bertanya hal-hal jiwa

Aku kuda mati adalah jawabannya

Aku tidak usah ditanya apa-apa

Makin bertambah hari makin sempurna bisuku

Tiap pagi melintasi seribu matahari menelusuri waktu

Tikaman dan tikamanmu yang tak terhitung sudah tak berasa

Setiap tetes darahku telah menabung tahun dan bulan

Siap menyapu langit basah dan tumpah ruah ke ruang-ruang dusta para penunggang

Jangan tanya apapun kepadaku

Sunyi-lah jawabanku

Ringkikku telah menjelma tangis

Melambung tinggi hingga ke kaki langit

Kau jangan ikut berduka, percuma, percuma!

Kau jangan bangunkan sehelai rumput pun, percuma, percuma!

Toh nanti segala anak panah deriita dan dusta melesat mengoyak langit

Turunlah segera dari punggungku kalau tidak mau diguling-guling hingga kau mati

Derita yang pendiam bagaikan seonggok tubuh meringkuk di pojok kamar sepi

Dia menatapmu tanpa berkedip, tanpa selesai-selesai

Ratapannya menggema ke relung-relung sukmamu

Mengiringi derap langkahmu hingga ke batas waktumu

 

(gnb:tmn aries:minggu:2.2.25)

banner 336x280