Bentuk Terikat-; Morfem Terikat?

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
morfem terikat

Dalam ulasan FBI sebelumnya, melalui topik “Bentuk Bebas dan Terikat” kita berhadapan dengan beberapa istilah yang bertalian dengan morfologi (cabang linguistik yang mengkaji pembentukan dan perubahan kata).

Berdasarkan penjelasan pada topik tersebut, dapat diketahui bahwa morfem bebas itu identik dengan kata dasar.  Morfem bebas itu berupa satuan gramatikal  terkecil yang mempunyai makna yang dapat dirunut atau dirujuk pada leksikon (kamus). Morfem tidak bisa dibagi ke dalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi sehingga dikatakan sebagai bentuk dasar.

Kajian morfologi tersebut memperlihatkan juga klasifikasi morfem terikat selain morfem bebas. Morfem terikat (bound morpheme) dibatasi sebagai bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri;  selalu terikat pada morfem lain.  Batasan seperti ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa semua imbuhan itu dikategorikan sebagai morfem terikat.

Deskripsi morfem terikat  yang dibicarakan dalam topik sebelumnya memosisikan morfem terikat itu “seolah-olah identik” dengan “bentuk terikat”.  Pertanyaannya apakah morfem terikat itu identik dengan bentuk terikat? Topik yang diangkat untuk FBI edisi ini kiranya memberikan kita jawaban atas pertanyaan tersebut.

Secara sederhana “bentuk terikat” itu dimaknai sebagai unsur bahasa yang dapat digabungkan dengan unsur lainnnya dalam rangka memperjelas makna kata yang digabungkan dengan bentuk terikat.

Secara leksikal “bentuk terikat” ini diartikan sebagai bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lainnya agar dapat dipakai dengan makna yang jelas (KBBI Edisi Ke-5).

Konsep tentang “bentuk terikat” ini sepadan dengan konsep “unsur gabung” (combining form) yang diartikan sebagai unsur terikat yang membentuk kata dengan menggabungkannya pada bentuk lain (Richard, J.C & Schmidt, 2002: 57).

Kamus Besar Bahasa Indonesia telah memuat lebih dari 120-an bentuk terikat yang biasanya digunakan dalam praktik berbahasa khususnya berbahasa tulis. Berikut daftar  sejumlah bentuk terikat yang bisa ditemukan di dalam KBBI.

a-;  ab-;  adi-;  aero-;   alo-;   ambi-;   amfi-;   antar-;  ante-;   anti-;   apo-;   asta-;  ato-;   auto-;   awa-;   bi-;  bio-;   catur-;  dasa-;  de-; deka-;  di-;  dia-;  dis-;  dwi-;  eka-;  eks-;  ekso-;  ekstra-;  endo-;  epi-;  femto-;  geo-;  giga-;  heksa-;  hekto-;  hemi-;  hepta-;  hetero-;  hidro-;  hiper-;  hipo-;  homo-;  in-;  infra-;  inter-;   intra-;  intro-;  iso-;  kata-;  kilo-;  ko-;  (kon-; ) kontra-;  kuasi-;  levo-;  maha-;  makro-;  mala-;  manca-;  mega-;  meso-;  meta-;  (met-; ) mikro-;   mili-;  mini-;  mono-;  multi-;  nara-;  neo-;  nir-;  nis-;  non-;  oto-;  paleo-;  pan-;  panca-;  para-;  pari-;  pasca-;  penta-;  peri-;  piezo-;  piko-;  poli-;  pra-;  pramu-;  pre-;  pro-;  proto-;  pseudo-;  purba-;  purna-;  purwa-;  re-;  retro-;  sapta-;  se-;  emi-;  serba-;  sin-;  sosio-;  su-;  sub-;  super-;  supra-;  swa-;  tak-;  tan-;  tele-;  tera-;  trans-;  tri-;  tuna-;  ultra-;  uni-;  upa-;  zeta-

Secara visual cara menuliskan untuk semua “bentuk terikat” ini sama dengan cara menuliskan  morfem terikat dalam kaitannya dengan proses morfologis (afiksisasi). Kita bisa membandingkannya dengan berbagai imbuhan sebagai morfem terikat seperti me-; ber-; di-; ter-; se-; pe-; be-. Baik bentuk terikat maupun morfem terikat sama-sama menggunakan tanda penghubung (-) untuk menunjukkan bahwa bentuk dan morfem terikat itu harus disatukan dengan bentuk bebas dan morfem bebas.

Perbedaan keduanya berkaitan dengan kemungkinan ada-tidaknya pilihan atau alternatif penulisan. Pada “bentuk terikat”  dimungkinkan orang menulisnya dengan dua bentuk yang semuanya berterima. Sedangkan pada “morfem terikat” hanya ada satu cara menuliskannya yang berterima. Bentuk terikat “pasca-” misalnya, bisa ditulis (1) pasca-sarjana, (2) pascasarjana. Tentu berbeda dengan morfem terikat “me-” yang dilekatkan pada bentuk bebas, morfem bebas “makan” misalnya hanya bisa ditulis memakan dan tidak berterima kalau ditulis me-makan.

Ulasan dalam rubrik FBI ini bukan sekadar deskripsi tentang perbedaan antara “bentuk terikat” dan “morfem terikat” tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana dua konsep itu dapat dipraktikkan penggunaannya ketika orang menulis. Dari berbagai praktik tampaknya masih ditemukan kesalahan menuliskan bentuk terikat.

Bentuk terikat yang sering dituliskan secara salah antara lain bentuk terikat: antar-; anti-; non-; super-; supra-; serba-; mini-; mikro-; semi-; sub-; maha-; multi-; tuna-; pra-; pasca-. Bentuk terikat ini sering ditulis sebagai bentuk bebas (tidak digabungkan dengan bentuk bebas). Akibatnya yang tertulis menjadi dua kata (bentuk bebas).

Perhatikan beberapa contoh  yang salah berikut: antar kota seharusnya  antarkota, anti bocor seharusnya antibocor;  non aktif,  seharusnya  nonaktif; super cepat, seharusnya  supercepat; supra natural seharusnya supranatural;  serba salah seharusnya serbasalah; mini bus seharusnya minibus; mikro kosmos seharusnya mikrokosmos;  semi final seharusnya semifinal; sub bab seharusnya subbab; maha adil seharusnya mahaadil; multi media seharusnya multimedia;  pra bayar seharusnya prabayar; pasca panen seharusnya pascapanen.

Baca juga artikel terkait FATAMORGANA BAHASA INDONESIA atau tulisan menarik Bonefasius Rampung lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


bone rampung, simpulan, pergerakan, walau punBonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng.