Kelompok Wanita Tani Lestada Desa Mokel Morid Kecewa dengan Janji Manis Bupati Ande Agas

Membiakkan anakan bambu sempat menjadi sumber penghasilan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestada Desa Mokel Morid sebelum akhirnya semangat mereka hancur, karena ribuan anakan bambu yang diambil Dinas Lingkungan Hidup atas perintah Bupati Manggarai Timur Andreas Agas pada Maret 2023 belum kunjung dibayar serupiah pun hingga detik ini

Avatar of Etgal Putra
Krebadia.com KWT Lestada Desa Mokel Morid, janji manis bupati ande agas
Ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestada Desa Mokel Morid berfoto di lokasi pembibitan anakan bambu di Dusun Lada, Desa Mokel Morid, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur. (Dokumen Desa Mokel Morid)

Ditulis oleh Etgal Putra

Krebadia.com —  Puluhan ibu-ibu pelopor dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestada, bekerja sama dengan Yayasan Bambu Lestari,  berhasil membudidayakan ribuan anakan bambu di Desa Mokel Morid, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, sejak 2021.

Anakan bambu dan produk turunannya, seperti produk teh pucuk bambu, sempat menjadi sumber penghasilan mereka sebelum akhirnya semangat mereka hancur akibat janji manis Bupati Manggarai Timur Andreas Agas pada Maret 2023 yang masih tetap tinggal janji hingga detik ini.

Kini, ribuan anakan bambu tersisa yang telah mereka budidayakan mengering bersama kemarau sepanjang 2023.

Reportase ini merupakan bagian kedua dari hasil peliputan Krebadia.com di Desa Mokel Morid pada Oktober 2023.

Janji Manis Bupati Ande Agas

Rosalia Maning, anggota kelompok pelopor Dusun Lada mengatakan, program pembibitan anakan bambu yang diinisiasi Yayasan Bambu Lestari telah mereka rasakan manfaatnya.

“Kami sudah rasa hasilnya, dapat uang dari kerja bambu,” kata Rosa Maning.

Namun, berbeda dengan pujian bagi Yayasan Bambu Lestari, Rosa mengatakan ia kesal dan kecewa dengan janji manis yang diberikan Bupati Manggarai Timur Ande Agas.

“Dia janji untuk beli, tapi mana (uang pembayarannya)? Harusnya dia yang paling pertama peduli dengan kami,” kata Rosa.

Diceritakannya, janji manis bupati berawal dari kunjungan sang bupati beserta rombongan pada akhir Maret 2023.

“Kalau mereka bilang kami bohong, kami tidak bohong!” kata Rosa. “Ada buktinya. Tanya ke ibu-ibu lain yang anggota kelompok.”

Dalam ingatan Rosa, Bupati Ande Agas datang membawa puluhan anggota rombongan.

Berdasarkan penelusuran Krebadia.com pada beberapa berita media, saat itu Bupati  Ande Agas hadir bersama Ketua PKK Theresia Wisang, Vikep Borong Romo Simon Nama Pr, pastor Paroki Mbata, camat Kota Komba, kepala desa, pemimpin organisasi perangkat daerah (OPD) lingkup Pemda Manggarai Timur.

Mereka hadir untuk melaksanakan kegiatan penanaman bambu secara simbolis di Golo Robo, Kecamatan Kota Komba Utara, pada Rabu 29 Maret 2023.

Agendanya saat itu, antara lain, ibadat bersama masyarakat pada mata air yang menjadi sumber air minum bersih bagi masyarakat di dua desa, Rana Mbata dan Mokel Morid.

“Mereka datang, terus buat acara di Wae Pa’it. Habis itu tanam bambu di sepanjang jalan,” kata Rosa.

Usai ibadat dan penanaman simbolis 150-an anakan bambu sepanjang jalan yang membelah Golo Robo, bupati beserta rombongan berkumpul di Aula Paroki Mbata dan bertemu dengan masyarakat.

Dalam pertemuan itulah, kata Rosa, bupati membuka sesi tanya jawab. Yang dibahas, salah satunya terkait anakan bambu yang berhasil dibudidayakan oleh KWT Lestada Desa Mokel Morid bersama Yayasan Bambu Lestari sejak 2021.

Kata Rosa, dalam sesi tanya jawab itu, Bupati Ande Agas bertanya soal harga jual yang diminta oleh masyarakat jika anakan bambu mereka dibeli pemerintah.

“Kami kasih harga 8 ribu sampai 10 ribu satu koker,” kata Rosa. Namun harga yang diminta kelompok pelopor tidak langsung disetujui bupati. “Terlalu mahal itu. Begitu bupati bilang.”

Tawar-menawar harga antara bupati dan ibu-ibu kelompok pelopor akhirnya berujung pada satu kesepakatan.

“Bupati setuju beli dengan harga 5 ribu satu koker,” kata Rosa.

Harga yang disepakati ini berkurang hampir separuh dari harga yang diinginkan ibu-ibu kelompok pelopor.

“Biar sudah, yang penting pemerintah beli.”

Menurut Rosa, kelompok tani menerima harga yang diminta bupati karena mereka sadar masih tersisa ribuan anakan bambu yang belum terserap.

“Daripada tidak ada yang angkut,” kata Rosa.

Selain itu, sulitnya merawat ribuan anakan bambu saat kurangnya debit air di Desa Mokel Morid akibat kemarau panjang menjadi alasan mereka menyepakati harga yang diminta Bupati Ande Agas.

Kegiatan kunjungan bupati pun berakhir. Bupati beserta rombongannya kembali ke Borong. Janji bupati tetap tinggal dalam ingatan ibu-ibu kelompok pelopor.

Tujuh bulan sudah berlalu sejak kesepakatan harga dibuat dan janji pembelian diucapkan Bupati Ande Agas. Hingga Krebadia.com mewawancarai Rosa Maning pada akhir Oktober 2023, tidak ada sepeser pun uang yang diterima kelompok mereka dari Bupati Ande Agas.

“Dia katanya mau maju (pilkada) lagi. (Kalau dia) datang kampanye di sini, saya akan tanya itu. Saya tidak takut,” kata Rosa.

Rosa juga mempertanyakan kehadiran istri Ande Agas, Theresia Wisang, yang saat itu berpromosi dan mengajak ibu-ibu anggota kelompok tani bergabung menjadi anggota koperasi.

Menurut Rosa, yang dibutuhkan dan dituntut para ibu anggota kelompok tani adalah pembayaran harga setiap anakan bambu yang sudah diangkut oleh pemerintah, bukan menjadi anggota koperasi.

Pembayaran itu pun harus sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama Bupati Ande Agas.

“Jangan ajak dan janji karena mau maju (pilkada),” kata Rosa. “Jangan kasih bodoh kami orang di kampung.”

bambu mokel morid, desa mokel morid, janji manis bupati ande agas, andreas agas
Rosalia Maning: “Dia janji untuk beli, tapi mana (uang pembayarannya)? Harusnya dia yang paling pertama peduli dengan kami.” (Etgal Putra/Krebadia.com)

Ibu-Ibu Tagih Janji Bupati Ande Agas

Masih di Dusun Lada, berjarak 20-an meter dari rumah Rosalina Maning, Krebadia.com mengunjungi Paula Amfoni, ketua umum KWT Lestada Desa Mokel Morid.

“Mengenai janji bupati, saya tidak sempat ke sana. Hanya ibu-ibu yang lain saja,” kata Paula saat ditanyai tentang janji bupati kepada kelompok tani yang diucapkan saat tatap muka di Aula Paroki Mbata.

“Tahu-tahunya dia (bupati) hanya suruh oto (alias mobil, untuk mengangkut anakan bambu).”

Paula mengatakan bahwa pengangkutan anakan bambu oleh Pemerintah Manggarai Timur dilakukan tanpa didahului pembayaran uang muka.

“Enam oto yang datang ambil gratis, dari dinas, dari Kabupaten Manggarai Timur.”

Ditanyai tentang prosedur pengangkutan, apakah pegawai pemerintah yang diutus untuk mengambil anakan bambu membawa dokumen transaksi atau surat jalan, Paula mengatakan tidak ada dokumen ataupun surat. Komunikasi dilakukan hanya melalui sambungan telepon.

Komunikasi tersebut juga tidak dilakukan langsung oleh bupati atau kepala dinas yang diutus untuk mengambil anakan bambu. Komunikasi hanya dilakukan oleh Maria Wuda selaku koordinator Yayasan Bambu Lestari Kabupaten Manggarai Timur.

“Mereka hanya telepon saja. Ibu Meri (sapaan Maria Wuda) yang telepon saya,” kata Paula. “Ibu, oto ada pergi ambil seribu (anakan bambu) ya, saya bilang boleh.”

anakan bambu kwt lestada desa mokel morid
Anggota Kelompok Wanita Tani Lestada Desa Mokel Morid berfoto bersama di tempat pembibitan anakan bambu hasil kolaborasi bersama Yayasan Bambu Lestari. (Dokumentasi Desa Mokel Morid)

Janji Bupati Ande Agas, Sumber Masalah Baru

Pengangkutan anakan bambu oleh utusan Pemerintah Manggarai Timur tanpa uang muka atau pembayaran lunas benar-benar dikeluhkan Paula.

Menurutnya, ini menjadi sumber masalah baru bagi kelompok tani yang ia pimpin.

Salah satunya, muncul rasa curiga ibu-ibu kelompok pada Paula selaku ketua.

“Ibu-ibu ini kan pegang semua (janji bupati). Sasaran jadi di saya, padahal mereka (Pemerintah Manggarai Timur) belum bayar,” kata Paula.

Saat itu, kata Paula, ketika ibu-ibu kelompok tani tahu bahwa pemerintah daerah telah mengirimkan truk untuk mengangkut anakan bambu, mereka sangat antusias bekerja memindahkan ribuan anakan bambu untuk diangkut.

Saking banyaknya anakan bambu yang akan dibawa, pemindahan anakan bambu dari lahan semaian menuju titik penjemputan dilakukan seharian penuh.

“Dari pagi sampai sore-sore begini baru bisa berangkat (mobilnya), kan kami angkut dari pekarangan belakang rumah. Pokoknya capek,” kata Paula.

Sayangnya, peluh para ibu yang mengalir saat memindahkan ribuan anakan bambu disambut kenyataan pahit.

Anakan bambu yang sudah dipindahkan ke truk pengangkut dibawa pergi tanpa serupiah pun yang tertinggal sebagai imbalan.

Tidak ada bayaran 5.000 rupiah per polibag seperti yang telah dijanjikan Bupati Ande Agas.

Bukan hanya itu. Upah kerja bagi ibu-ibu yang telah berpeluh mengangkut ribuan anakan bambu juga tidak diganjari rupiah.

Pengalaman pahit itu lantas menghilangkan antusiasme para ibu saat Pemerintah Manggarai Timur mengirim truk untuk mengangkut anakan bambu gelombang kedua.

“Terus, pas datang angkut yang kedua, kalau kamu tidak bayar, biar kamu angkat sendiri saja, persetan,” kata Paula.

Ditanya berapa jumlah yang telah diambil pemerintah, Paula mengatakan mereka telah berhenti menghitung.

Menurutnya, itulah imbas rasa kecewa akibat janji manis bupati dan perasaan tidak enak pada diri ibu-ibu anggota kelompok tani yang lain.

“Sekitar 2.000 yang mereka ambil. Mungkin lebih banyak dari itu,” kata Paula. “Pengaruh mereka tidak bayar, saya malas buat hitung lagi.”

Dengan jumlah 2.000 anakan bambu yang telah diambil, jika dikalikan 5.000 rupiah sesuai dengan janji bupati, maka total utang Pemerintah Manggarai Timur pada KWT Lestada kurang lebih 10 juta rupiah.

“Kami masih tunggu hak kami.”

Janji manis bupati ande agas, desa mokel morid,
Dusun Lada, Desa Mokel Morid, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Yayasan Membayar, Pemda Matim Menunggak

Berbeda dengan Pemerintah Manggarai Timur, Yayasan Ayo Indonesia melakukan pembayaran secara penuh.

“Kalau Yayasan Ayo Indonesia sudah bayar,” kata Paula Amfoni. “Uang sudah ada, totalnya 10 juta (rupiah).”

Untuk mengonfirmasi pernyataan Paula, Krebadia.com mengunjungi Kantor Yayasan Ayo Indonesia yang berada di Rangkat, Kelurahan Watu, Ruteng, Kabupaten Manggarai.

“Ya, betul, itu bagian dari program Vikra yang kami buat untuk mitigasi perubahan iklim,” kata Richard Roden saat ditanya alasan pembelian anakan bambu dari KWT Lestada Desa Mokel Morid.

“Kami peduli pada isu lingkungan. Ini adalah bentuk partisipasi dan kontribusi kami pada perubahan iklim di Manggarai Timur.”

Berdasarkan catatan Paula, Yayasan Ayo Indonesia melakukan transaksi jual beli sebanyak 4.000 anakan bambu.

Dalam transaksi tersebut, disepakati harga 2.500 rupiah untuk setiap anakan bambu yang dibeli Yayasan Ayo Indonesia dari KWT Lestada Desa Mokel Morid.

“Yang belum ada uangnya itu dari (Pemerintah) Kabupaten (Manggarai Timur). Mereka ambil saja itu. Ambil gratis,” kata Paula.

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Manggarai Timur, yang disebut ketua KWT Lestada sebagai dinas yang datang ke Mokel Morid sebagai utusan bupati untuk mengangkut anakan bambu, menyatakan tidak ada anggaran untuk membeli anakan bambu.

“Saya pikir waktu itu Pak Bupati sudah bayar, karena kami hanya tugas ambil saja,” kata Kasmir Aryanto Dalis, sang kepala dinas (kadis), menjawab pertanyaan krebadia.com.

Krebadia.com janji manis bupati ande agas
Kasmir Aryanto Dalis: “Saya pikir waktu itu Pak Bupati sudah bayar, karena kami hanya tugas ambil saja.” (Etgal Putra/Krebadia.com)

Kasmir mengatakan, jika itu adalah janji yang diucapkan bupati maka telah terjadi miskomunikasi, karena janji tersebut tidak ada dalam DPA dinasnya.

“Tidak ada anggaran. Untuk beli tempat sampah saja kami tidak ada anggaran.”

DPA yang disebutkan Kasmir, singkatan dari dokumen pelaksanaan anggaran, merupakan dokumen penjabaran dan penganggaran yang terdiri dari program atau kegiatan dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan semua kegiatan dalam sebuah satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Dalam wawancara Kasmir Aryanto Dalis, turut hadir Yohanes Min selaku staf fungsional bidang pengendalian pencemaran lingkungan hidup DLH Manggarai Timur.

Yohanes mengatakan dinasnya hanya memiliki anggaran sebesar 15 juta rupiah untuk swakelola anakan pohon.

“Itu untuk bibit mahoni, meni’i, jati putih, dan ara,” kata Yohanes.

Anakan pohon tersebut hanya tersebar pada lima desa di Kota Komba Utara yaitu Desa Golo Nderu, Mokel, Rana Mbata, Rana Mbeling, dan Watu Pari.

“Tidak ada untuk Desa Mokel Morid,” kata Yohanes.

Anakan bambu yang tersisa kini terlantar akibat kecewanya anggota KWT Lestada oleh janji manis Bupati Ande Agas yang tak kunjung terpenuhi. (Etgal Putra/Krebadia.com)
Anakan bambu yang tersisa kini terlantar akibat kecewanya anggota KWT Lestada oleh janji manis Bupati Ande Agas yang tak kunjung terpenuhi. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Ribuan Anakan Bambu Telah Mati

Seperti telah diberitakan Krebadia.com, KWT Lestada Desa Mokel Morid dipecah dalam 23 kelompok pelopor, dengan tujuan mempermudah kerja dan koordinasi oleh ketua umum KWT.

Dalam program pembibitan anakan bambu, setiap kelompok pelopor berkewajiban membibitkan 3.000 anakan bambu.

Jika menggunakan hitungan sederhana, dengan asumsi setiap kelompok menghasilkan tiga ribu anakan, dikalikan 23 kelompok, maka jumlah anakan bambu yang dihasilkan KWT Lestada Desa Mokel Morid adalah 69.000 anakan bambu.

Berdasarkan catatan Paula sebagai ketua KWT Lestada, hingga saat ini ribuan anakan bambu telah tersebar pada beberapa titik di wilayah Manggarai Timur.

Anakan bambu tersebut disebar pada titik rawan longsor seperti wilayah Eduk di Desa Mokel Morid, ditanam sepanjang jalur Golo Robo dan dikirim ke Desa Rana Kolong setelah dibeli Yayasan Ayo Indonesia.

“Jumlah yang sudah keluar sekitar 14.000 sampai 17.000 ribu,” kata Paula.

Lalu, bagaimana kondisi anakan bambu yang tersisa dan belum terserap?

Usai wawancara, Krebadia.com diajak Paula meninjau sisa anakan bambu di belakang rumahnya.

Anakan bambu tersebut disemai di dalam polibag hitam. Jumlahnya ratusan, namun telah kering dan mati.

“Ini masih sebagian saja,” kata Paula sambil menujuk ratusan polibag anakan bambu yang telah kering.

“Mati semua ini. Biar mati saja!” kata Paula, kesal.

Kondisi yang sama terlihat pada anakan bambu yang dirawat kelompok pelopor lainnya.

“Mereka bilang ada uang perawatan, makanya kami siram,” kata Edelburga Timun, satu dari 23 ketua kelompok pelopor yang berada di bawah KWT Lestada.

Namun, hingga kini uang perawatan yang dijanjikan tidak pernah ia terima. Uang upah mengangkut anakan bambu saat diambil pemerintah juga tidak pernah ia dapatkan.

“Jadi, bambu yang ada di mereka, mereka tidak mau siram. Kalau uang perawatannya ada, mereka semangat. Tahu-tahunya aeee,” kata Paula menjelaskan alasan meranggasnya anakan bambu yang dulu mereka budidayakan.

“Ada juga ibu-ibu yang bilang, karena sudah mau dekat (pilkada), jadi dia (bupati), untuk kebaikannya, dia suruh saja oto datang muat datang muat, nanti bupati yang bayar.”

Sebagian dari anggota KWT Lestada Desa Mokel Morid. (Etgal Putra/Krebadia.com)
Sebagian dari anggota KWT Lestada Desa Mokel Morid. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Bupati Ande Agas Tidak Berikan Jawaban 

Untuk mengonfirmasi kebenaran janji bupati yang ditagih para ibu kelompok tani Desa Mokel Morid, Krebadia.com telah dua kali berusaha menemui Bupati Manggarai Timur Andreas Agas di kantornya di pusat pemerintahan di Lehong, Borong.

Pertama pada Senin 13 November 2023. Saat itu bupati tidak berada di tempat karena melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Ngada untuk mendukung tim sepak bola Manggarai Timur yang berlaga dalam kompetisi Soeratin Cup U-17 Tahun 2023.

Pada Selasa 14 November 2023, Krebadia.com kembali mendatangi kantor bulati di Lehong untuk tujuan wawancara, namun menurut pegawai di kantor tersebut, hari itu bupati tidak masuk kantor karena ada kegiatan di luar.

Keesokannya, Rabu15 November 2023, Krebadia.com menghubungi Bupati Andreas Agas melalui pesan Whatsapp dengan nomor 081260604*** dan 081288955*** dengan tujuan yang sama, meminta konfirmasi tentang janjinya yang ditagih para ibu kelompok tani Desa Mokel Morid.

Pesan yang berisi pertanyaan meminta konfirmasi terkirim pada dua nomor di atas pada pukul 19.14 Wita, bercentang dua, namun tidak dibalas.

Pada pukul 21.29 Wita, salah satu nomor tersebut (081260604***) memposting status berupa video Bupati Andreas Agas sedang menari bersama mantan gubernur NTT Viktor Laiskodat.

Tiga kali upaya meminta konformasi dari bupati sudah ditempuh Krebadia.com. Redaksi memutuskan upaya itu sudah cukup. Berita harus segera dinaikkan meski tanpa hak jawab dari bupati.

Baca juga artikel terkait Manggarai Timur atau tulisan menarik Etgal Putra lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com