Sampah di Kota Borong, Cerita Usang di Kota Belia

Sampah per harinya 11 ton lebih, maka kota Borong membutuhkan 20-30 "arm roll", kalau mau ibu kota kabupaten Manggarai  Timur ini terjamin kebersihannya

Avatar of Etgal Putra
sampah di kota borong
Meskipun masih ada ruang kosong di dalam kotak arm roll, oleh warga, sampah ditumpuk begitu saja di pinggir jalan Trans Flores, tepatnya di samping Kantor Kecamatan Borong. Foto diambil pada Sabtu 21 Oktober 2023. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Ditulis oleh Etgal Putra

Krebadia.com — Siang itu, akhir pekan ketiga Oktober 2023. Kota Borong sedang panas-panasnya. Terik matahari seperti sedang menghukum warga ibu kota Kabupaten Manggarai Timur ini.

Memulai perjalanan dari Kelurahan Satar Peot, Krebadia.com menyusuri Jalan Ki Hadjar Dewantara menuju selatan.

Jalan ini jalur utama yang menghubungkan kota Borong dengan pusat pemerintahan di Lehong serta puluhan desa di bagian utara kabupaten.

Ini jalur elite, boleh dibilang. Jalur yang sering dilintasi bupati, wakil bupati, puluhan anggota dewan, para pengambil kebijakan dan pengguna anggaran jika berangkat ke kantor.

Jalan Ki Hadjar Dewantara satu-satunya jalan yang punya boulevard di Manggarai Timur.

Boulevard membelah jalan menjadi dua lajur. Di tengahnya berdiri tiang penerangan jalan yang tidak terang saat gelap datang.

Entah pupuk apa yang diberi perawat taman, rumput sekeliling tiang penerangan itu tumbuh lebat. Bahkan ada yang meluber ke badan jalan.

Kurang lebih lima kilometer kemudian, persis di pinggir jalan, tiga tong sampah tua diletakkan sejajar. Tepat di depan bangunan tua Perpustakaan Daerah Manggarai Timur.

Ketiganya dibuat dari drum yang dipotong menjadi dua bagian. Berkarat dan penuh sampah.

Di sekitar tong sampah berserakan puntung rokok dari berbagai merek, plastik, dan tisu bekas.

Tidak sampai semeter dari situ, berdiri dua tiang pipa besi. Masing-masing tiang bercat hijau dan kuning, warna khas instansi pemerintah yang tugasnya mengurus sampah.

Melintaslah dua remaja perempuan yang baru pulang sekolah. Seragamnya putih biru.

Mereka mampir membeli cemilan di warung dekat tong sampah. Kemasannya kuning putih. Dari gambarnya, itu cemilan kacang.

Sambil menunggu jemputan, mereka berbagi isi cemilan. Setelah tandas, kemasannya dibuang begitu saja di tanah, tiga meter dari tong sampah.

Setelah mengambil beberapa foto, Krebadia.com melanjutkan perjalanan. Kali ini berbelok ke timur, menyusuri jalan kecil tepat di samping SMAK Pancasila Borong.

Sebuah turunan dan cukup curam.

Di sisi kanan jalan ada pekuburan. Ngebut dan hilang kendali sedikit saja maka selamat bergabung dengan mereka yang ada di bawah.

Di sisi kiri jalan, tebing tanah curam. Tepat di bawahnya ada selokan tertimbun tanah. Sampah plastik berserakan di atasnya.

Krebadia.com memutuskan berbalik arah. Kembali ke utara, melewati jalur yang sama. Kali ini menuju Lehong, tempat kerja mereka yang punya kebijakan soal pengelolaan sampah.

Untuk semua soal ini, mereka pasti punya jawaban.

sampah di kota borong
Sampah berceceran di sekitar tong sampah yang ditempatkan di depan bangunan tua Perpustakaan Daerah Manggarai Timur. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Mendatangi Dinas Lingkungan Hidup

“Kalau mau bicara jujur, kita kekurangan dana,” kata Kasmir Dalis Ariyanto, Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Ia diwawancara di ruang kerjanya Kamis 19 Oktober 2019.

“Kalau bilang peduli sampah, tentu saja. Meski kami kurang dana dan anggota, sampai sekarang kami tetap serius bekerja,” kata Kasmir.

Kekurangan tenaga itu merujuk pada pemberhentian tenaga harian lepas (THL) Kabupaten Manggarai Timur tahun kemarin.

Pemberhentian THL saat itu sempat menimbulkan polemik, sebelum akhirnya keluar keputusan pemberian kompensasi sebesar 15 juta rupiah untuk setiap THL yang diberhentikan.

Selain kekurangan tenaga akibat pemberhentian THL, ketiadaan regulasi yang mengatur pasukan kuning penyapu jalan, menurut Kasmir, juga menjadi penyebab tidak terangkutnya sampah pada setiap sisi jalan di kota Borong.

“Kami di sini hanya diberi tugas angkut sampah. Yang bersih bersih kan tidak ada. Sejak awal memang,” kata Kasmir sambil memberikan sebuah contoh.

“Siapa yang sapu di kompleks pertokoan? Kan mereka sendiri, karena tidak ada petugasnya,” kata Kasmir.

Dinas Lingkungan Hidup berupaya mengusulkan agar pada tahun anggaran 2024, jasa petugas kebersihan diserahkan pada pihak kecamatan atau  kelurahan, mengingat belum ada satu pun nomenklatur yang mengatur hal ini.

Jika tenaga kebersihan menjadi kewenangan kecamatan atau kelurahan, menurut Kasmir, setidaknya itu akan menyerap tenaga kerja lokal. Akan ada tenaga kerja yang dibayar menggunakan uang daerah,

“Karena, jujur, kalau kota mau bersih, harus ada yang sapu, harus ada yang angkut,” kata Kasmir.

Namun, selama usulan ini belum disetujui, maka kekurangan tenaga penyapu diatasi dengan imbauan dan edukasi kepada masyarakat.

Masyarakat diimbau melakukan packing sampah secara mandiri ke dalam karung dan meletakkan karung sampah tersebut di pinggir jalan.

“Isi di karung. Pagi jam 5 kami punya petugas akan datang angkut,” kata Kasmir.

Tidak sekadar mengimbau, dinasnya melakukan bakti sosial khususnya pada jalur yang rawan akan luapan air.

Bakti pada jalur rawan merupakan langkah untuk mencegah sumbatan air pada titik pertemuan dengan sungai.

Pernyataan Kasmir tentang ketiadaan petugas penyapu jalan dikonfirmasi oleh Ketua RT 014 Kelurahan Rana Loba Muhamad Ali Sadikin.

Ditemui Krebadia.com di rumahnya pada Sabtu 21 Oktober 2023 Ali mengatakan, mengumpulkan sampah sampai saat ini dilakukan mandiri oleh warga, berdasarkan imbauan dinas.

“Mereka sapu sendiri. Nanti dikumpul dalam karung. Nanti ada oto dinas yang datang angkut,” kata Ali.

Ditanyai apakah ada pungutan, Ali menjawab ada, “18 ribu (rupiah) per bulan.”

sampah di kota borong
Selokan yang berada di sisi jalan kecil tepat di samping SMAK Pancasila Borong, dipenuhi tanah dan sampah. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Cerita Sampah Kota Borong

Berapa jumlah sampah yang dihasilkan kota Borong setiap hari?

“Estimasi jumlah sampah per orang per hari itu 0,4 kilogram. Atau kalau total semua dalam sehari itu 11.320 kilogram,” kata Kasmir.

Data sampah per kapita yang disampaikan Kasmir merujuk pada data tahun 2020.

Menurut Kasmir, dinasnya membuat data tentang sampah setiap dua tahun.

“Nanti untuk 2022, ini sedang disusun di 2023.”

Dengan jumlah sampah harian sebanyak 11 ton lebih per harinya, tentu saja tidak cukup jika penanganan sampah diatasi hanya dengan mengisi sampah ke dalam karung dan menunggu truk pengangkut datang setiap Senin dan Jumat.

“Tempat sampah dari pemerintah sudah rusak semua. Kalau pakai karung pasti tercecer,” kata Ali.

Ia mengatakan petugas dari dinas rutin mengangkut sampah setiap minggu, pada Senin dan Jumat. Namun dua kali pengangkutan dalam seminggu dirasa tidak cukup mengingat setiap hari selalu ada sampah rumah tangga yang dihasilkan.

“Harus ada bak penampung sementara. Atau adakan lagi motor roda tiga yang angkut sampah setiap hari,” kata Ali.

Ali berharap pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembuatan tempat sampah sementara di setiap kelurahan atau RT.

“Kalau di karung, sering tercecer. Jatuh di got, dibersihkan, tercecer lagi,” kata Ali.

sampah di kota borong
Sampah ditumpuk begitu saja di samping tong sampah milik dinas yang berada di pusat Kota Borong (Etgal Putra/Krebadia.com)

“Arm Roll”, Solusi Sampah Kota Borong

Permintaan pembuatan penampungan sampah oleh warga ditanggapi Kadis DLH Kasmir Dalis Ariyanto.

“Sebelum saya di sini (menjabat kepala dinas), sudah ada program pembuatan tempat penyimpanan sampah sementara yang fisiknya permanen,” kata Kasmir.

Kasmir menilai dari aspek seni dan tata kota, pembangunan tempat sampah sementara berupa bangunan permanen seharusnya tidak dilakukan.

Ia tidak menyalahkan pejabat yang dahulu membuat kebijakan tersebut. Namun, menurutnya, banyak pertimbangan mengapa pembuatan tempat penampungan sampah permanen merupakan kebijakan kurang tepat.

Selain mobilisasi sampah tidak praktis, tempat sampah model ini membutuhkan banyak tenaga kerja, sumber daya yang justru tidak dimiliki dinasnya.

“Harus siap lima orang, dua di bak sampah, dua di mobil sampah dan satu sopir,” kata Kasmir.

Selain tidak praktis dan butuh banyak tenaga kerja, menurut Kasmir, tempat penampungan sampah permanen menyebabkan polusi udara.

Benar saja. Polusi udara dikeluhkan Siti Samsiah, pedagang di Pasar Inpres Borong.

“Kalau musim kering begini aman, tapi bau sekali kalau hujan,” kata Siti saat diwawancara di lapak jualnya di sisi utara Terminal Kota Borong pada Sabtu 21 Oktober 2023.

Kalau begitu, apa jenis tempat sampah yang paling ideal untuk menampung sampah sementara di dalam Kota Borong?

Kasmir memberikan jawaban pasti, “Idealnya gunakan kotak arm roll. Meskipun anggarannya besar, tidak ada polusi dan mudah untuk dimobilisasi.”

Kasmir mengatakan, banyak benefitnya jika menggunakan kotak arm roll. Selain bisa ditutup saat penuh sehingga tidak menyebabkan polusi, kotak arm roll bisa diangkut dan dikosongkan hanya dengan dua tenaga kerja.

“Kita hanya butuh satu sopir dan satu operator, lebih hemat untuk jangka panjang,” kata Kasmir.

Ditanya berapa harga per kotaknya, Kasmir memberikan estimasi, “Sekarang nilainya 35-40 juta rupiah satu kotak.”

sampah di kota borong
Arm roll milik Dinas Kesehatan Manggarai Timur yang dipinjam Dinas Lingkungan Hidup dan ditempatkan di jalan keluar Terminal Borong. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Dilema DLH Matim: Beban Besar, Anggaran Kurang

“Kita buka-bukaan saja. Kami di sini kekurangan sekali,” kata Kasmir menjelaskan kondisi terkini dinas yang ia pimpin.

Saat ini Dinas Lingkungan Hidup Manggarai Timur praktis hanya memiliki lima buah kotak sampah arm roll.

“Itu juga yang dua kami pinjam dari rumah sakit karena mereka ada kelebihan,” kata Kasmir.

“Karena masih kurang, terpaksa kami roling.”

Roling yang dimaksud Kasmir adalah rotasi kotak arm roll. Jika kotak tersebut sudah penuh sampah, maka petugas dari dinas akan membawa kotak tersebut untuk dikosongkan isinya di tempat pembuangan akhir.

Saat kembali ke Kota Borong, kotak tersebut akan diletakkan di lokasi lain yang membutuhkan tempat penampungan sampah sementara.

Bukan hanya kekurangan kotak arm roll, Dinas Lingkungan Hidup Manggarai Timur kekurangan armada pengangkut.

“Mobil sampah ada tiga, satunya rusak,” kata Kasmir sambil menunjuk sebuah mobil truk pengangkut sampah yang diparkir di halaman kantornya.

Kondisi truk pengangkut sampah itu sangat menyedihkan. Berkarat dan tidak terawat.

Kasmir tidak menjelaskan sudah berapa lama truk itu berhenti beroperasi.

“Kami sudah usulkan untuk diperbaiki,” kata Kasmir.

Krebadia.com melakukan penelusuran pada Sabtu 19 Oktober 2023 untuk memverifikasi pernyataan Kasmir.

Dalam penelusuran Krebadia.com menemukan dua kotak arm roll dengan tulisan “Dinas Kesehatan Manggarai Timur” di seputaran Kantor Kecamatan Borong dan pintu keluar Terminal Kota Borong.

Tiga kotak yang lain tidak ditemukan, karena sedang dikosongkan isinya di tempat pembuangan akhir.

Sistem rolling yang dibuat Dinas Lingkungan Hidup untuk mengakali kekurangan kotak arm roll ternyata menimbulkan masalah baru.

Warga kota yang terbiasa membawa sampah untuk dibuang ke dalam kotak arm roll tetap meletakkan sampah di lokasi itu meskipun kotak arm roll-nya sudah dipindahkan ke lokasi baru. Hasilnya, banyak sampah yang menumpuk di pinggir jalan. Jalan utama di depan Polres Manggarai Timur adalah salah satu titik contoh.

sampah di kota borong
Imbas dari kekurangan fasilitas, sampah tetap diletakkan warga meskipun kotak arm roll-nya sudah dipindahkan ke lokasi baru. Lokasi: Jalan Ki Hadjar Dewantara, tepat di depan SPKT Polres Manggarai Timur. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Kota Borong Butuh Berapa Kotak “Arm Roll”?

Lima kotak arm roll tentu tidak cukup untuk menampung dan memobilisasi 11 ton sampah harian yang dihasilkan warga Kota Borong.

Angka 11 ton adalah data tahun 2020 alias data dua tahun lalu ketika aktivitas warga dibatasi oleh pandemi Covid 19.

Jumlah tersebut tentu sudah tidak relevan. Angkanya pasti bertambah, mengingat aktivitas warga yang sudah bebas dari pembatasan, di samping pertambahan jumlah penduduk oleh kelahiran dan mutasi masuk Kota Borong.

“Kami tetap ajukan, minimal tambah 5 lagi kotak arm roll,” kata Kasmir.

Selain mengusulkan penambahan kotak arm roll, dinasnya mengusulkan penambahan fasilitas lain untuk menunjang kerja dinasnya.

“Kami juga butuh mobil operasional arm roll, mungkin tambah dua. Dan mobil tangki air satu buah,” kata Kasmir.

Ditanyai berapa jumlah ideal yang dibutuhkan untuk menampung dan memobilisasi sampah di Kota Borong, Kasmir memberikan estimasi kebutuhan 20-30 buah kotak arm roll.

“Karena kalau mau objektif, penempatan kotak sampah itu idealnya setiap 200 meter,” kata Kasmir.

Penambahan 20 hingga 30 kotak arm roll tentu membutuhkan biaya cukup besar.

Berdasarkan penelusuran di market place, harga satuan terendah sebuah kotak arm roll berkisar di angka 35 juta rupiah.

Maka, jika dihitung secara sederhana, dibutuhkan 700 juta hingga 1 miliar rupiah untuk pengadaan 20 hingga 30 kotak arm roll baru.

Dalam kajian Krebadia.com, ditilik dari kekuatan anggaran kabupaten, angka itu mungkin memberatkan. Namun, untuk sebuah kebersihan kota dengan segala dampak ikutannya angka itu sangatlah wajar.

Terutama ketika musim hujan datang ….

sampah di kota borong
Selokan sepanjang jalan yang melintasi RT 013-014 Kelurahan Rana Loba. Air limbah selalu tergenang dan tidak mengalir lancar. Genangan ini menimbulkan bau tidak sedap. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Banjir Kota Borong, Cerita Usang

Sebagai ibu kota kabupaten yang belum genap berusia 20 tahun, Borong sering didera masalah klasik banjir saat musim hujan tiba.

Ini jadi momok bagi warga kota yang bermukim di wilayah dataran rendah seperti Kelurahan Rana Loba.

“Dulu 2019 banjir pernah sampai setinggi lutut. Rumah terendam, abis semua,” kata Warsiyem, menceritakan pengalaman banjir besar 2019 silam.

Warsiyem adalah warga RT 012 Kelurahan Rana Loba. Ia perantau asal Solo yang sudah delapan tahun tinggal di kota Borong. Saat ini ia membuka usaha warung makan di pinggir jalan Trans Flores yang membelah Kota Borong.

“Waktu itu saya masih tinggal di (kompleks) Koramil. Banjirnya selutut. Parahlah itu,” kata Warsiyem.

Warsiyem tidak sendirian. Muhamad Ali Sadikin menceritakan pengalaman serupa.

“Waktu hujan kita sudah waspada. Tapi air debitnya besar. Ada sumbatan sampah,” kata Ali

“Itu tetangga di depan yang paling parah,” kata Ali sambil menunjuk sebuah rumah di depan sebuah gang.

Dalam catatan Krebadia.com, Borong dilanda banjir besar akibat curah hujan tinggi pada akhir 2019.

Saat itu, tingginya curah hujan, ditambah kurangnya area resapan, adanya sumbatan sampah, dan naiknya pasang laut mengakibatkan tergenangnya air pada banyak lokasi pemukiman di wilayah selatan kota.

“Kota Borong ini kalau ada saja hujan tiga empat hari, pasti terendam kami di sini,” kata Ali.

sampah di kota borong
Warsiyem (tengah): Dulu 2019 banjir pernah sampai setinggi lutut. Rumah terendam, abis semua. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Mitigasi Banjir Tersumbat Masalah Anggaran

Besarnya debit air hujan yang mengalir di selokan, ditambah sumbatan sampah, tentu memengaruhi daya tampung selokan. Kondisi fisik selokan yang tidak terawat juga menjadi faktor yang mengurangi kemampuan selokan mengalirkan air hujan.

Dalam penelusuran Krebadia.com di wilayah Kelurahan Rana Loba, terdapat beberapa titik selokan yang selalu tergenang air, bahkan pada musim kemarau.

“Memang sebaiknya ini got harus kerja ulang, tidak benar kalau tergenang begini,” celetuk seorang warga RT 013 Kampung Bugis, Kelurahan Rana Loba.

Ditanyai Krebadia.com kapan selokan tersebut dikerjakan, ia mengatakan ia tidak ingat persis,

“Sudah lupa tahun berapa, sekitar sudah 10 tahunan kalau tidak salah.”

Menurutnya, genangan air di selokan tersebut berasal dari dua sumber. Dari limbah rumah tangga dan kelebihan debit air dari persawahan Rana Loba.

”Harusnya ngalir. Cuman karena pembuatan drainase ini tidak benar, maka pasti akan tergenang,” katanya.

Atas pertimbangan Redaksi Krebadia.com, identitas narasumber ini dirahasiakan.

Keluhan tentang keganjilan desain selokan serta permintaan warga memperbaiki selokan sepanjang sisi barat jalan yang membelah RT 013 dan RT 014 itu ditanyakan Krebadia.com kepada Dinas PUPR Bidang Perumahan dan Pemukiman.

“Belum ada penganggaran untuk tahun ini, dan sejak 2021,” kata Lensi Amat, kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman PUPR Manggarai Timur, saat diwawancara di ruang kerjanya di Lehong pada Jumat 20 Oktober 2023.

“Kami juga kekurangan anggaran,” kata Lensi.

Ditanyai mengapa tidak ada penganggaran, ia mengatakan urusan ini sebenarnya berada pada level pimpinan.

Berkenaan dengan penganggaran, Krebadia.com menemui Remigius Gonsa Tombor, kepala Kantor Bapelitbangda Matim di Lehong.

Ia ditanyai apakah telah ada rencana penganggaran yang lebih besar untuk penanganan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan perbaikan selokan dan drainase dalam kota Borong oleh Dinas PUPR pada tahun anggaran 2024.

Gonsa mengatakan hal itu sedang dipikirkan. Namun, menurutnya, semua penganggaran harus kembali pada kondisi fiskal daerah.

Menurut Gonsa, keuangan daerah saat ini sedang dalam kondisi memprihatinkan.

“Terutama jika menggunakan DAU (dana alokasi umum). Sudah ada block grand dan specific grand. Semua sudah ada ketentuan,” kata Gonsa.

“Kita memang memikirkan karena ini masalah bersama. Selama dana memungkinkan, kita akan buat, apalagi untuk masyarakat.”

Memungkinkan atau tidaknya anggaran sebenarnya tergantung pada apa prioritas pemerintah daerah. Mengadakan kendaraan dinas baru atau truk pengangkut sampah baru. Menambah perjalanan dinas atau menambah penyapu jalan.

Siang itu, Krebadia.com kembali dari Lehong, melewati lagi ruas jalan Ki Hadjar Dewantara. Melihat  lagi tiang penerang jalan itu, dengan rumput lebat yang mengelilinginya.

 

Baca juga artikel terkait Manggarai Timur atau tulisan menarik Etgal Putra lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com