Gigitan Itu Membawa Greis ke Tempat dari Mana Ia Takkan Bisa Kembali

Getrudis kehilangan putri kecilnya Greis akibat keganasan rabies. Cerita kepergian Greis tidak hanya kisah remuknya hati seorang ibu, tetapi juga kisah buruknya pelayanan publik sebuah puskesmas di Kabupaten Manggarai Timur

Avatar of Andre Babur
Greis
Getrudis Nunung: "Saya sudah lupa." Tidak, ia hanya berusaha melupakan, dan sia-sia. Semakin coba ia lupa, semakin dalam ia rasa. (Foto: Andre Babur/Krebadia.com)

Ditulis oleh Andre Babur

Krebadia.com — Ruang tamu itu hening. Getrudis diam membisu. Tatapannya hampa …. Beberapa menit berlalu, belum sepatah kata pun terucap dari mulutnya.

Ia sepertinya tak ingin mengingat kembali peristiwa yang meremukkan hatinya setiap kali hal satu itu ditanyakan.

“Saya sudah lupa,” jawabnya seperti mengelak. Tapi … mengapa suaranya gemetar, matanya berkaca-kaca?

Benarkah ia sudah lupa? Bila benar lupa, mengapa ia menundukkan kepala, terkulai, seolah semua persendiannya lepas?

Sangat terasa, Getrudis hanya sedang berusaha melupakan keperihan itu. Berhasilkan ia?

Tidak! Usahanya sia-sia. Semakin coba ia lupakan, semakin dalam ia rasakan.

Tangisannya meledak. Ruang tamu yang tadinya hening kini penuh ratapan dan air mata.

“Greiiisss…” Nama itu ia sebutkan berkali-kali. Kedua tangannya menyeka airmata, berderai sebutir demi sebutir.

Greis
Maria Grasia Jeminut, Greis. Semestinya ia akan menerima Sakramen Komuni Pertama bersama teman sekelasnya pada Agustus tahun ini.

Greis Dilarikan ke RSUD Ruteng

Sebelum meratap tangis di ruang tamu,  Getrudis Nunung (45) tengah membersihkan halaman depan rumahnya tatkala Krebadia.com menyambanginya di kampung Lurut, Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Kamis 27 Juli 2023.

Tiga bulan lalu, ibu tiga anak ini terpaksa menerima kenyataan pilu.  Anak perempuan satu-satunya, Greis, telah pergi untuk selamanya.

Seharusnya pada Agustus ini, Maria Grasia Jeminut akan menerima Sakramen Komuni Pertama bersama teman-teman sekelasnya.

Kepergian Greis menyayat hati Getrudis dan kedua kakak kandungnya. Sayatan terasa makin dalam, karena Greis pergi selamanya tanpa kehadiran sang ayah. Suami Getrudis ayah Greis sedang berada di perantauan saat si buah hati pergi ke keabadian.

Sayatan yang sama mengiris hati sanak keluarga dan para tetangga di kampung Lurut. Mengiris hati teman-teman sepermainan Greis, si putri satu-satunya dalam rumah yang sangat disayangi itu.

“Meninggal jam 3 sore,” kata Loys, nama panggilan Aloysius Kasman paman Greis.

Loys menuturkan, sehari sebelum Greis meninggal, pada 18 April 2023, tiba-tiba suhu tubuh Greis meningkat drastis. Greis tak mau minum air.

Greis memberontak seperti ketakutan saat Getrudis dan keluarga membujuknya minum air.

“Dia mengeluh lehernya sakit sehingga tidak  bisa menelan air,” kata Loys.

Upaya keluarga tak berakhir di situ. Greis yang semakin kritis pun diantar  ke puskesmas guna mendapat pertolongan.

Sayangnya, dokter yang bertugas di Puskesmas Tilir saat itu sedang tidak berada di tempat.

Keluarga pun berupaya segera mengantar Greis ke Ruteng, untuk bisa ditangani pihak medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng.

Menuju Ruteng, mereka menggunakan satu sepeda motor. Kakak sulung Greis memegang kendali, sedangkan Greis dalam posisi dipangku bapa besarnya Adolfus Junardi membonceng.

Malam hari itu, dari Lurut mereka melewati hutan Bangga Rangga, masuk Watu Ci’e, sebelum tiba di ruas jalan negara di Bea Laing untuk selanjutnya ke Ruteng.

Dingin yang menusuk tajam ke dalam tubuh dan kabut yang membatasi cahaya lampu sepeda motor tak menyurutkan tekad kakak sulung  Greis memacu laju sepeda motornya agar benar-benar cepat tiba.

Di pangkuan bapa besar Adol yang tetap mendekapnya di atas boncengan, Greis semakin kritis. Ia terus meronta-ronta sepanjang jalan.

Adol yang tetap menjaga Greis agar tak lepas dari pangkuan meneriaki  kakak kandung Greis agar laju sepeda motor dipercepat lagi.

Koq, pakai sepeda motor? Bukankah di Puskemas Tilir yang letaknya tak jauh dari kampung Lurut ada mobil puskesmas keliling?

“Mobil pusling di Puskesmas Tilir saat itu ada di parkiran, tetapi sopirnya sedang tidak ada di tempat,” kata Loys.

Sopir mobil pusling Puskesmas Tilir saat itu adalah  anak kandung dari Mateus Jamun  yang adalah kepala Puskesmas Tilir.

Tiba di RSUD Ruteng,  Greis langsung ditangani. Ia menjalani semua proses perawatan medis. Sayang, tak sampai sehari penuh dirawat, Greis mengembuskan  napas terakhir pada 19 April 2023.

Greis meninggal pada usia yang masih sangat belia, 10 tahun.

Baca juga:

greis
Leher Greis terluka digigit anjing pada 8 Maret 2023.

Greis Digigit Anjing 8 Maret 2023

Menurut penuturan Loys, sebulan sebelumnya, pada 8 Maret 2023, Greis digigit anjing milik tetangga.

Saat kejadian, Greis tengah bermain  di salah satu rumah temannya yang hanya berjarak 100 meter dari  rumah Greis.

Tengah asyik ia bermain bersama kedua temannya, tiba-tiba anjing di rumah itu melompat menyerang dan menggigit Greis  tepat  pada bagian kanan leher.

Tidak berselang lama, berbekal pengetahuan seadanya, Loys membersihkan luka gigitan pada leher Greis.

“Saya cuci dengan air hangat dan detergen. Saya kurang paham soal itu. Ternyata seharusnya cuci pake air mengalir,” kata Loys.

Loys ingat betul, saat itu semua  keluarga dan tetangga berupaya agar Greis tertolong.

Baca juga:

Aloysius Kasman
Aloysius Kasman: “Greis akhirnya tidak disuntik VAR.” (Foto: Andre Babur/Krebadia.com)

Stok VAR di Puskesmas Tilir Habis

Sejurus setelah luka leher Greis sudah dibersihkan Loys, keluarga mengantar Greis ke Puskesmas Tilir yang berjarak 1 km dari rumah.

Disayangkan, di puskesmas saat itu tidak ada petugas medis yang berjaga.

Tak hilang akal, keluarga mendatangi rumah Vindi salah satu petugas medis yang rumahnya dekat dengan puskesmas.

Menurut petugas medis yang berhasil ditemui saat itu, kata Loys, stok  vaksin anti rabies (VAR) di Puskesmas Tilir sudah habis.

“Greis akhirnya tidak disuntik VAR,” kata Loys.

Petugas medis hanya mencuci luka gigitan pada leher Greis menggunakan  alkohol dan Nacl.

Petugas medis sempat berkoordinasi dengan Puskesmas Mukun yang berjarak sekitar 10 km dari Puskesmas Tilir.

Sayangnya, pada saat yang sama, stok VAR di Puskesmas Mukun juga sedang habis.

Kata Loys, keluarga sedikit lega ketika petugas medis Puskesmas Tilir yang menangani Greis saat itu mengatakan, “Ini (luka gigitan) tidak apa-apa.”

Greis dan keluarga akhirnya pulang ke rumah dengan harapan gigitan pada leher Greis benar-benar tidak apa-apa.

Baca juga:

WhatsApp Image 2023 08 01 at 13.58.42

Puskesma Tilir, Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur. (Foto: floresku.com)

Kepala Puskesmas Tilir Tidak Respon

Greis telah pergi untuk selamanya ke tempat dari mana dia tak akan bisa kembali.

Kisah pilu kepergian Greis sepatutnya tak hanya meninggalkan jejak luka bagi kehidupan Getrudis Nunung ibunya, kedua kakaknya, dan Aloysius Kasman pamannya.

Kisah Greis semestinya juga, secara moral, meninggalkan jejak luka bagi pelayanan publik Puskesmas Tilir, dan tentunya Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, dan sudah pasti dalam skop lebih luas Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Matim).

Perihal pelayanan publik penangananan rabies dalam kasus Greis sudah ditanyakan kepada Kepala Puskesmas Tilir Martinus Jamun, namun pejabat ini tidak merespon.

Beberapa pertanyaan Krebadia.com yang dikirim dan terkonformasi masuk ke nomor Whatsapp-nya pada 30 Juli 2023 tidak ia jawab.

Dalam catatan Krebadia.com, laku kepala Pusksesmas Tilir ini sama dengan laku atasannya, mulai dari Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pranata Kristiani Agas alias Ani Agas, Kepala Dinkes Dokter Surip Tintin, hingga Sekretaris Daerah Boni Hasudungan Siregar. Ketiganya belum kunjung menjawab pertanyaan Krebadia.com tentang skandal birokrasi Matim menawarkan tanah-tanah puskesmas di Matim kepada Polda NTT untuk dijadikan tempat bangunan pos polisi (pospol).

Penawaran tanah-tanah puskesmas itu disampaikan Sekdinkes Ani Agas secara langsung kepada Kapolda NTT Johni Asadoma di Borong beberapa waktu lalu.

Hingga kini, klarifikasi kepada publik tentang tindakan lancang di ruang publik itu belum diklarifikasi oleh Ani Agas, Surip Tintin, dan Boni Hasudungan.

Seakan ibarat kata pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, kepala Puskesmas Tilir pun meneladani tiga atasan pejabat publik yang tidak patut diteladani itu. Jadilah mereka sama dan sebangun dalam satu hal: tidak punya nyali memberikan klarifikasi terbuka, apalagi keberanian moral menyampaikan permohonan maaf kepada publik.

Dengan demikian, baik kasus penawaran tanah puskesmas maupun kasus kematian Greis masih tetap menyisakan tanya karena belum kunjung terklarifikasi, entah sampai kapan.

Baca juga:

WhatsApp Image 2023 08 01 at 14.00.58
Kampung Lurut, Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur. (Foto: Andre Babur/Krebadia.com)

Orang Kecil Lebih Bermatabat

Di mata publik, betapa jauh lebih bermartabatnya Getrudis Nunung dan Aloysius Kasman, ibunda dan paman Greis.

Getrudis dan Loys tak berkeberatan kisah pedih kepergian Greis dipublikasikan, meski mereka bukan pejabat publik pengemban transparansi, tanggung jawab, dan tanggung gugat atas pelayanan publik tidak becus sebuah puskesmas.

Getrudis hanyalah ibu rumah tangga sederhana. Dia tidak memikirkan apa itu transparansi, tanggung jawab, dan tanggung gugat pejabat publik.

Yang ia pikirkan hanyalah ini: bagaimana ia bisa terus menjalani hidup seperti sediakala tanpa kehadiran Greis yang semestinya menerima Komuni Suci Pertama pada Agustus tahun ini.

Sudah ia bayangkan, kemeriahan pesta Sambut Baru nanti akan meremuk redam hatinya kembali.

Getrudis kembali diam membisu. Tatapan matanya kembali hampa …. Ruang tamu itu pun kembali hening.

 

Baca artikel MENDALAM atau tulisan menarik Andre Babur lainnya.

EDITOR: Redaksi Krebadia.com