TETAPI-1: KERAS BERTAHAN
tetapi aku keras bertahan
mendekap akal sehat dan suara jiwa
biarpun tercampak di selokan zaman
yang membuat peradabanku seperti dadu
terperangkap dalam hitung-hitungan rugi dan untung
yang dikocok-kocok oleh nafsu cepat-cepat dapat nama dan harta besar
apa pun dilakukan yang penting menghalalkan cara
semuanya atas nama rindu dan cinta
oooo comberan peradaban tengik
oooo martabat rindu yang compang-camping
aku tidak mau hanyut dalam cinta buta
tetapi aku keras bertahan mencintamu secara benar
TETAPI-2: SEAKAN TIDAK HIDUP
bukan maut yang menggetarkan hatiku
bukan jarak yang membuat mataku silau
bukan kisah indah kita di masa lalu yang membuatku igau
bukan pula cinta liar yang dibawa oleh orang ketiga
oleh peradaban gila yang semakin menggelora
tetapi hidup yang seakan tidak hidup
karena kehilangan daya dan fitrahnya sebuah rindu
itulah yang membuatku sungguh-sungguh risau
aku merunduk malu
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang
tanpa tujuan ke mana-mana
hawa dingin masuk ke badanku yang hampa
padahal angin tidak ada
bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa
semuanya adalah ekspresi jiwa yang lengang
aku memang tampak hidup tapi tidak hidup
rindu yang tak sampai telah menguras jiwa raga dan waktuku
TETAPI-3: RINDU MEMANG FANA
rindu memang fana, kekasihku
engkau pun sudah tahu
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara
atau terlantar di pasar loak
aku berbicara kepada diriku sendiri
tetapi orang-orang yang mendengarnya tertawa sinis
aku memang gagal menyusun bahasa rindu
maka mereka mentertawakan cintaku
aku marah, aku takut tapi sedikit pun tak gentar
sebab aku yakin akan cintamu
biarkan mereka-mereka terbahak-bahak tiada juntrungan
toh tidak ada yang lucu
aku duduk memeluk lutut sendirian
membuat hidupku tak ada harganya
tapi selalu saja ada yang mengagetkan dalam hidup ini
ialah setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku sangat deras
kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
inginnya hidupku menjulur ke seribu tahun
rindu memang fana tapi telah menjadi energi jiwa yang tak tergilas waktu
Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com
Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.