Agnes Fian Wara, Bunga Terindah dan Kuntum Termahal

Nona Fian, apa benar engkau mati muda karena Tuhan membutuhkanmu?

Avatar of Redaksi Krebadia
IMG 20240507 WA0001

Ditulis oleh Stefanus Wolo Itu

Beberapa minggu lalu Nona Fian inboks saya: “Bapa Romo kapan libur ke Flores? Jangan lupa mampir ke Wolotopo eee.” Saya menjawab: “Bapa Romo cuti pertengahan Agustus s.d. pertengahan September, Ine.  Rencana mampir Wolotopo. Bapa sudah rindu kamu semua. Kalau tidak ada halangan tanggal 18 Agustus nanti Bapa Romo misa di Wolotopo. Saya sudah minta izin Rm. Emil.”

“Bapa Romo tidak bisa datang awal Juli kah?” Fian coba bertanya  lagi. “Tidak bisa Ine, jadwal sudah diatur lama. Sesuai aturan disini, bapa hanya berhak libur lima minggu dalam setahun. Ada acara apa eee?” Saya coba menjawab dan bertanya lebih lanjut.

Dia bercerita singkat: “Saya nikah bulan Juli. Bulan Mei ini rencana kumpul keluarga. Ya buat beberapa persiapan. Senang kalau Bapa Romo juga hadir. Tapi tidak apa-apa. Bapa Romo bantu doa dari jauh. Saya mengerti situasi Bapa Romo. Yang penting singgah Wolotopo dan jangan lupa oleh-oleh Swiss ooo”. “Siap anak cantik,” jawab saya singkat.

Minggu lalu saya dapat pesan WhatsApp singkat. Pesan ini datangnya dari Rofinus Folle, ayah Nona Fian: “Kae Romo, apa kabar mai Swiss ga? Harap sehat-sehat. Aku lele we bhale cuti. Ga demi ngala bhale bulan Juli, supaya ngala dheko pemberkatan nikah anak kita Fian. Calon kai Aris ana wurhu kami, ana almarhum eja guru Nobert Baju.

Karena penasaran dan sudah lama kangen, saya langsung video call. Maklumlah Finus adalah salah seorang rekan kerja pastoral selama di Wolotopo. Kami ngobrol banyak hal. Obrolan kami diselingi tawa ria. Finus ini guru SD. Tapi dia aktif dalam semua lini. Dia fungsionaris gereja dan karya pastoral paroki. Dia ketua BPD Wolotopo Timur dan aktif dalam kegiatan pemerintah. Dia aktif dalam urusan budaya dan adat istiadat.

Finus juga terkenal ulet dan pintar cari uang. Saya ingat meski sudah guru, Finus aktif jual ikan dan anak babi. Saya sering guyon: “Kau na aji ngala mesa. Urus gereja ngala. Urus pemerintah ngala. Urus adat ngala. Urus ekonomi pasar juga ngala. Luar biasa. Kema mbana iwa kenal gengsi.”

Finus yang selalu menyapa saya dengan Kae Romo coba menjawab: “Ola muri ina iwa noa ga Kae. Kita mesti kerja dan aktif di segala lini. Demi santai atau harap gaji mesa talo ga. Kerja jangan hanya untuk diri. Kerja juga untuk kepentingan umum dan karya sosial. Kita mendapat banyak rahmat”.

Fian adalah putri kebanggaan keluarga Finus Fole. Dia cantik dan ramah. Senyumannya sejak dulu selalu menawan. Fian ibarat bunga terindah dari taman keluarga Finus dan istrinya. Saya mengenalnya sejak SD dulu. Kisah hidup Nona Fian di bumi sudah selesai. Tanah longsor di atas rumah mereka di Wolotopo, Sabtu malam 4 Mei menutup sejarah hidupnya di dunia fana. Semua cita-cita, harapan untuk membangun rumah tangga dan masa depan pupus.

“Kematian seorang anak adalah satu satunya peristiwa paling traumatis dalam dunia kedokteran. Kehilangan seorang anak berarti kehilangan sebagian dari diri anda,” kata Dr. Burton Grebin. Ayahnya Finus, mamanya, saudaranya dan keluarga besar sangat terpukul. Dan tentu saja Aris kekasihnya, mantan OMK saya tahun 2006 s. d. 2013. Hatinya tentu hancur berkeping-keping. Kuntum terindah miliknya harus pergi!

Kata-kata peneguhan rasa-rasanya tak mempan menghibur mereka. Pertanyaan-pertanyaan mengusik mereka.

Nona Fian, apa benar engkau mati muda karena Tuhan membutuhkanmu?

Apakah engkau hidup dalam keyakinan ini: dengan mati muda, engkau tetap muda dalam ingatan orang. Jika engkau menyala, terang sebelum engkau akan mati.  Kecerahanmu bersinar sepanjang masa. Apakah itu cita-citamu?

Apakah Nona Fian pernah berdialog dengan ayahmu Finus ketika menyaksikan orang-orang baik mati muda? “Ayah, mengapa seorang terbaik mati?” Mungkin ayahmu Finus pernah menjawab: “Anakku Fian, ketika kamu berada di taman, bunga apa yang kamu petik?” Mungkin Fian pernah menjawab: “Yang terindah.”

Hari Selasa 7 Mei anak Fian akan dimakamkan. Selamat jalan anak Agnes Fian Wara: BUNGA TERINDAH DARI TAMAN KELUARGA. KUNTUM TERINDAH KEKASIHMU ARIS. Cinta Aris padamu seperti bunga mawar yang terbelah dua. Daunnya Aris berikan kepada orang lain. Tapi Aris memberikan kuntum mawar itu kepadamu.

 

Eiken AG Swiss, malam Selasa: 6 Mei 2024. Pastor Paroki Wolotopo 2006–2013.

SUMBER