Bentuk Bebas dan Terikat

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
bentuk, morfem

Dalam kajian morfologi (cabang linguistik yang mengkaji pembentukan dan perubahan kata), biasanya dikenal istilah morfem. Pembicaraan tentang morfem bertalian dengan konsep morf, alomorf, dan kata. Karena itu, secara hierarkis, kajian morfologi itu dimulai dengan konsep morf (bentuk), alomorf (variasi bentuk), morfem (bentuk bermakna), dan kata (berupa lema dalam leksikon).

Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem lain. Sedangkan alomorf, variasi bentuk morf ketika dilekatkan pada morfem lainnya yang sudah diketahui statusnya.

Bentuk {me-} sebagai morf dalam penggunaannya bisa berubah bentuknya menjadi {meng-}, {men-}, {mem-}, {meny-}, tetap {me-}, dan {menge-} jika masing-masing bentuk terikat ini dilekatkan pada bentuk garap (menggarap), daftar (mendaftar), beli (membeli),  serang (menyerang), lebar (melebar),  bom (mengebom).

Alomorf sangat ditentukan oleh fonem awal bentuk dasar yang dilekati morf. Sebagai contoh, jika bentuk dasar diawali fonem /g, k/ dan semua /vokal maka {me-} mengambil alomorf {meng-}. Jika bentuk dasar diawali fonem /d, c, s/ maka {me-} menjadi {men-}. Jika bentuk dasar diawali fonem /b, p, m/ maka {me-} menjadi {mem-}. Jika bentuk dasarnya diawali fonem /l/ maka {me-} tetap {me-}. Jika bentuk dasarnya kata bersuku tunggal (monosilabis) maka {me-} akan menjadi {menge-}.

Bentuk {me-} sebagai morf pada contoh di atas dilekatkan pada morfem garap, daftar, serang, lebar, dan bom. Tampak jelas bagi kita bahwa bentuk morf {me-} dapat berubah menjadi {meng-}, {men-}, {meny-},  tetap {me-}, dan {menge-}, bergantung pada morfem dasar yang dilekati. Semua variasi bentuk itulah yang disebut alomorf (alo berarti banyak, morf berarti bentuk).

Berdasarkan penjelasan ini, dapat diketahui bahwa morfem merupakan kata. Morfem itu berupa satuan gramatikal  terkecil yang mempunyai makna. Maknanya dapat dirunut pada leksikon (kamus). Morfem tidak bisa dibagi ke dalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi.

Bentuk {meng-}, {men-}, {meny-}, {me-}, dan {menge-} tidak memiliki makna leksikal. Semua varian ini disebut morf.  Lain halnya dengan bentuk garap, daftar, serang, bom, dan lebar (morfem) memiliki makna leksikal yang bisa ditemukan dalam leksikon atau kamus. Bentuk-bentuk yang bermakna leksikal ini dinamakan morfem.

Dalam kajian morfologi para ahli mencoba membuat klasifikasi sehingga muncul istilah morfem terikat dan morfem bebas.  Morfem terikat kadang-kadang direduksi atau disamakan saja dengan imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks). Semua imbuhan tergolong morfem terikat dan semua kata dasar tergolong morfem bebas.

Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya. Klasifikasi seperti ini melahirkan konsep morfem bebas dan terikat; morfem utuh dan terbelah atau terbagi; morfem bermakna dan belum bermakna.

Morfem bebas (free morpheme) adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri dalam konstruksi sintaksis yang membentuk satu kalimat pertuturan tanpa adanya morfem lain seperti contoh di atas.

Morfem-morfem tersebut dapat berdiri sendiri dan dapat digunakan tanpa harus  menggabungkannya dengan morfem lain. Sebaliknya, morfem terikat (bound morpheme) merupakan bentuk yang tidak mungkin berdiri sendiri;  selalu terikat pada morfem lain. Dalam contoh tadi bentuk  {me-} sebagai imbuhan dengan alomorfnya merupakan morfem terikat.

Istilah dan pengertian bentuk terikat yang dibicarakan melalui rubrik FBI itu, tidak saja berkaitan dengan imbuhan (afiksisasi) tetapi juga terkait beberapa morfem yang tampaknya hanya  seolah-olah sebagai morfem. Dikatakan seolah-olah, karena dalam praktiknya penggunaan bentuk itu baru akan bermakna setelah melewati proses morfologis afiksisasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (pemajemukan). Ketiga proses morfologis ini akan menghadirkan morfem (kata) berimbauhan, kata ulang, dan kata majemuk.

Ambil saja contoh bentuk baur, bugar, gaul, henti, kerontang dan renta. Bentuk-bentuk seperti ini tidak dapat diginakan atau muncul dalam pertuturan (praktik berbahasa) tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi pengimbuhan (afiksisasi), perulangan (redulikasi) dan pemajemukan (komposisi).

Bentuk-bentuk tersebut baru jelas maknanya jika diberi imbuhan (berbaur); diulang (campur-baur); bugar (segar-bugar); gaul (bergaul); henti (berhenti; henti-hentinya; tiada henti); kerontang (kering kerontang); renta (tua renta). Bentuk tiada henti, kering rontang, dan tua renta tergolong kompositum (kata majemuk) karena melewati proses morfologis komposisi.

 

Baca juga artikel terkait FATAMORGANA BAHASA INDONESIA atau tulisan menarik Bonefasius Rampung lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


bone rampung, simpulan, pergerakan, walau punBonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng.