Bentuk Kembar Konsonan

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
Screenshot 20240602 083632

Melalui ulasan terdahulu kita telah melihat bahawa bentuk-bentuk kembar yang mncul dalam praktik berbahasa itu terjadi karena adanya perbedaan huruf vokal dengan dampak adanya bentuk yang baku dan bentuk tidak baku. Contoh yang dipakai dalam ulasan terdahulu itu adalah bentuk kembar “senduk-sendok” dan “akte-akta”

Bentuk kembar seperti itu tidak saja karena perbedaan bunyi vokal, tetapi juga karena adanya (a) gugus vokal, (b) konsonan, dan (c) gugus konsonan. Dampaknya juga sama yakni adanya bentuk baku dan tidak baku, Ulasan ini berkaitan dengan perbedaan karena ketiga hal tersebut. Persoalan tentang penggunaan gugus vokal ini dapat terlihat dalam kata berpasangan yang diuraikan berikut ini.

Kita sering temukan bentuk kembar ini seperti frekkuensi-frekwensi; konsekuensi-konsekwensi; kuadrat-kwadrat; kualifikasi-kwalifikasi; kuitansi-kwitansi. Kami sengaja mengambil dua contoh pasangan bentuk. Pasangan bentuk ini juga berpotensi membingungkan manakala ditanyakan tentang bentuk yang baku dari pasangan kata tersebut. Ada tiga pola pembeda dari pasangan kata ini yakni penggunaan gugus vokal /ue, ua, ui/ berpasangan bentuk /we, wa,wi/. Bentuk baku yang bergugus vokal /ue, ua,ui/ bukan yang bentuk yang berunsur /we, wa, wi/. Untuk membuktikannya cukup merujuk pada kamus dengan sistem penulisan seperti yang dijelaskan pada topik bentuk kembar vokal.

Kita juga sering temukan dalam tulisan pasangan kata karier-karir dan hierarki-hirarki dan sejenisnya. Bentuk-bentuk ini juga tidak kalah membingungkan pembaca terkait bentuk yang baku dan argumentasi rasionalnya. Dalam kasus seperti ini kita bisa menjelaskannya berkaitan dengan konsep diftong atau vokal berurutan (rangkap) yang biasanya dilafalkan saja dengan /i/ sebagai monoftong. Pelafalan sebagai monoftong ini menjebak orang untuk menuliskan seperti yang dilafalkan. Padahal, pelafalan dengan /i/ tidak menggantikan diftong /ie/ dalam bahasa tulis.

Bentuk kembar lain yang paling banyak dijumpai dalam praktik berbahasa, berkaitan dengan pasangan yang menggunakan konsonan /f, p, v/. Kita sering temukan pasangan kata kreatif-kreatip-kreativ; Februari-Pebruari; November-Nopember; sertifikat-sertipikat; tarif-tarip. Untuk kasus seperti ini, biasanya terjadi karena adanya perbedaan sistem fonologi bahasa pertama seseorang. Jika dalam sistem fonologi bahasa seseorang tidak mengenal konsonan /f, v/, maka konsonan itu cenderung digantikan dengan konsonan /p/.

Contohnya, bentuk Februari, November bersaing dengan bentuk Pebruari dan Nopember, padahal bentuk yang baku yang menggunakan konsonan /f). Hal yang sama pada pasangan kata kreatif-kreatip; intensif-intensip. Hal sebaliknya, tentu kita juga mencermati penggunaan pasangan kata paham-faham; napas-nafas; telepon-telefon. Dalam kasus ini justru bentuk baku yang menggunakan konsonan /p/ bukan konsonan /f/.

Kita sering temukan juga pasangan kata kata yang terbedakan dengan konsonan /p-b; b-p; t-d; d-t; g-j; j-y; y-j; s-z; z-s; z-j/. Pasangan kata dengan pola-pola ini terlihat dalam pasangan kata baptis-babtis; sabtu-saptu; nekat-nekad; tekad-tekat; margin-marjin; objek-obyek; proyek-projek; asas-azas; ijazah-ijasah; zaman-jaman.

Masih banyak bentuk-bentuk seperti ini yang bisa kita temukan dalam praktik berbahasa tulis. Dari berbagai contoh yang dipaparkan di sini terlihat bahwa bentuk yang baku untuk setiap pasangan kata itu hanyalah bentuk yang ditempatkan pada urutan pertama sedangkan pasangannya tergolong tidak baku. Cara yang paling sederhana untuk memastikan bentuk itu baku atau tidak baku, dengan selalu mengeceknya pada kamus.

Bentuk lain yang juga sering mengecohkan adalah kehadiran bentuk kata berpasangan antara yang menggunakan konsonan tunggal dengan yang menggunakan konsoan rangkap atau sebaiknya. Kita bisa ambil beberapa contoh seperti pasaangan konsonan /t-th; er-r; kh-k; h-kh; ks-x; is-a/

Pasangan kata dengan pola seperti ini misalnya kata katolik-khatolik; kerupuk-krupuk; khotbah-kotbah; ahli-akhli; tripleks-triplex; analisis-analisa. Bentuk-bentuk seperti pola ini juga mudah ditemukan di dalam berbagai naskah atau tulisan.

Selain, pasangan kata karena perbedaan gugus vokal, konsonan, dan gugus konsonan seperti yang telah diuraikan ini, bentuk baku dan tidak baku juga bertalian dengan pasangan kata berdasarkan kategori kata. Kebakuan dan ketidakbakuan karena perbedaaan jenis atau kategori kata ini akan diuraikan pada topik berikutnya.

Dari uraian ini tampak jelas bahwa ternyata tidaklah mudah seseorang yang belajar tentang bahasa itu untuk belajar berbahasa. Belajar tentang berbahasa merujuk pada penguasaan kaidah kebahasaan pada tataran konseptual teoretis sedangkan belajar berbahasa merujuk pada dimensi pragmatis penggunaan dan penerapan kaidah itu ketika berpraktik menulis.

Persis, hanya melalui tulisan seseorang, pembaca dapat menilai kegayutan kompetensi linguistik seseorang. Artinya, semakin banyak kesalahan (bentuk tidak baku) yang digunakan semakin kuat penilaian tentang rendahnya kompetensi linguistik seseorang. Tidak ada resep yang paling ampuh selain mengakrabi kamus ketika berhadapan dengan bentuk-bentuk kembar yang membingungkan.