BUKAN KENTUTKU
Takkah kau ingat sudah berapa topeng yang kau tempelkan di wajahku
Jadi engkau sendirilah ini, bukan aku
Kata-kata, janji dan mencla mencle telah kau kumandangkan
Politik, persangkaan, nafsu, pidato dan kepentingan
Mengepulkan debu dan mengaburi sejatiku
Bau pun membaui seluruh negeri dan itu bukan kentutku
Kita semua adalah Tuhan yang menyamar
Imago Dei, gambaran-NYA sejak kita diciptakan
Men-topengku adalah men-topeng-NYA
Tindakan menyiksa diri dengan sejarah yang samar-samar
Kalau tak juga kautanggalkan topeng-topeng ini
Kepalsuan dan kebohongan kita panggul sampai mati
Noktah terkeji dicatat di halaman depan di negeri ini
KAU SERET NAMAKU
Selalu kau panggil-panggil namaku: rakyat! rakyat!
Aku mengangguk dan tersenyum kepadamu
Tapi sebenarnya kabutlah hatiku mengapa kau bersuara keras
Yang kau panggil itu adalah teriakan mengemis suara untuk calon tertentu
Kau seret namaku, kau bawa ke perjalanan dan ke orasi pake toa keras-keras
Kau perkenalkan kepada setiap orang inilah rakyatku
Kabut pun menebal di seantero Nusantara
Diriku tersembunyikan dan suaraku dicemplung ke paslon tertentu
Kau cengenges ke sana ke ke mari
Memaklumkan inilah demokrasi sejati
(GNB, tmn aries:jkt:kamis:3.5.’24)