Dari Sini Hingga ke Tahun-Tahun Mendatang

kebohongan tidak punya paha, sejauh-jauh ia melangkah, suatu saat akan terkejar juga

Avatar of Gerard Bibang
Dari sini hingga ke tahun mendatang
FOTO: Fimela.com

Dari sini hingga ke tahun-tahun mendatang, di negerimu ini, angin dapat seketika menjadi badai; matahari bersembunyi, bulan dan bintang tenggelam; burung-burung mati; bunga-bunga layu sebelum berkembang dan tembang menjadi puisi sumbang yang sama sekali tak indah; beda antara benar dan salah, antara jujur dan dusta, sangat tipis setipis kain sutera ungu; mulut-mulut pemimpin mengatakan belok kiri, padahal maksud mereka, belok kanan, lalu ke sudut-sudut empuk yang tak pernah kau tahu; mereka mengatakan bumi kita kaya tapi segelintir orang di atas sana tertawa-tawa menikmati enaknya kekayaan-kekayaan bumi kita

Dari sini saja sekarang sudah ketahuan, di negerimu ini, kebenaran ditaklukkan oleh uang dan intrik-intrik licik; kebencian dan ambisi keadilan ditundukkan oleh kekuasaan dan kepentingan; nurani dilumpuhkan oleh nafsu dan angkara

Selama di tahun-tahun mendatang, di negerimu ini, kau, aku dan kita-kita hanya bisa mengintip masalah-masalah kita dibicarakan dan menghabiskan anggaran oleh entah siapa yang hanya berkepentingan terhadap anggaran dan dirinya sendiri; kita-kita hanya menonton mereka membagi-bagikan anggaran itu; kita-kita tentu ditipu dan mati kutu

Yang tersisa di tahun-tahun mendatang ialah doa dalam rintihan yang sia-sia; pertanyaan demi pertanyaan tanpa jawaban; mengapa dulu aku memilih mereka, padahal terang-terangan mereka adalah penipu dan penjanji bodoh yang hanya nyambung dengan mereka-mereka yang bodoh; ah, mereka-mereka adalah aku yang masuk dalam jumlah 56 persen itu; ah, sebodoh itukah aku?

Untunglah Allah Yang Maha Tahu masih berkenan memberi waktu kepada mereka untuk memperbaiki negerimu dari kampus-kampus yang terkucil, dari kampung-kampung yang mayoritas hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa; untunglah Allah Yang Adil mengirim burung-burung langit menghujani segala yang batil dengan batu-batu dan membakar segala kebohongan dan pasukan bergajah yang berjiwa kerdil karena membebek kepada kekuasaan padahal mereka adalah tentara dan polisi yang dibayar oleh uang rakyat; bagai daun-daun dimakan ulat, mereka-mereka melemas dan kemuliaan negeri ini menyingsing dengan fajar peradaban baru; jangan tunggu, ambil posisimu, proklamasikan kembali reformasi baru di negerimu

Yang tersisa di sebelah sana adalah sebagian kecil manusia, yang tidak termasuk dalam 56 persen itu, yang dulu waras pikirannya dan lurus hatinya, yang mengabaikan janji bodoh dan ketengilan perilaku berbau amis, yang dulu tidak memilih para pendusta itu dan yang sekarang mereka tertawa-tawa sambil melucu-lucu dan berparodi; kata mereka yang sebagian kecil itu: hanyalah parodi merawat kewarasan, agar tidak ikut gila bersama orang gila, agar tidak ikut bodoh ketika dibodohin oleh uang, beras dan bansos tapi tetap menyirami akal sehat agar tetap menjadi primadona kehidupan; bahwa untuk mengais kebenaran adalah panggilan kemanusiaan; bahwa kebohongan tidak punya paha, sejauh-jauh ia melangkah, suatu saat akan terkejar juga

(taman aries:jkt:selasa:7.5.24)