Datang ke Sana

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
photo 1563991655280 cb95c90ca2fb

Dalam praktik berbahasa baik yang disampaikan secara lisan maupun yang disampaikan secara tertulis, kita sering menjumpai penggunaan kata datang yang diikuti keterangan tempat (sana) yang menyatakan jarak yang jauh dari si penutur dan mitra tutur.

Kata datang dan kata keterangan tempat dimaksud biasanya diantarai kata depan (preposisi) di atau ke.  Dengan kemungkinan seperti ini, kita akan jumpai kata datang yang diikuti frase berkata depan di sana dan ke sana.

Lengkapnya kita jumpai konstruksi datang di sana dan datang ke sana.  Persoalan kita selalu berbenturan dengan pertanyaan perihal bentuk yang benar, apakah datang ke sana atau datang di sana?

Untuk mengatasi masalah seperti ini, baiklah kami turunkan beberapa  bentuk atau konstruksi seperti itu dalam kalimat-kalimat berikut ini:

(a) Ketika polisi mendengar berita kecelakaan pesawat, mereka segera datang ke sana.

(b) Kalau tidak berkeberatan, Anda kami undang juga agar datang ke sana.

(c) Datanglah ke sana, kalau Anda ingin menyaksikan atraksi kadal raksasa itu.

(d) Kami sekeluarga diundang untuk datang ke sana.

(e) Ketika polisi mendengar berita kecelakaan pesawat, mereka segera datang di sana.

(f) Kalau tidak berkeberatan, Anda kami undang juga agar datang di sana.

(g) Datanglah di sana, kalau Anda ingin menyaksikan atraksi kadal raksasa itu.

(h) Kami sekeluarga diundang untuk datang di sana.

Bagi orang yang mempunyai kepekaan berbahasa, kalau membaca kalimat-kalimat (a) s.d. (h), langsung merasakan adanya sesuatu yang aneh pada konstruksi kalimat-kalimat itu.

Kalimat-kalimat di atas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kalimat yang menggunakan konstruksi datang ke sana dan konstruksi datang di sana.

Dua kelompok kalimat tersebut semuanya perlu dipersoalkan karena ada masalah kebahasaan yang harus dijelaskan. Masalah apa sebenarnya yang paling mendasar pada semua konstruksi tersebut? Jawabannya singkat saja yaitu masalah logika berbahasa dan masalah pemilihan kata (diksi).

Jika kita mencermati maksud atau makna muatan konstruksi kelompok pertama maka kita akan memahami  kalimat (a) s.d. (d), demikian: Dengan kalimat (a), sebenarnya penulis (penutur) menginformasikan tentang aktivitas, reaksi, tanggapan polisi setelah mendengar berita kecelakaan pesawat.

Polisi bergerak menuju tempat kejadian atau mendatangi tempat kejadian. Aktivitas mendatangi tempat kejadian seperti itu lebih tepat dikatakan dengan konstruksi pergi ke sana.

Kalimat (b) berisi ajakan yang ditujukan kepada seseorang agar menghadiri undangan. Kerelaan mitra tutur  untuk memenuhi undangan itu ditandai aktivitas berangkat ke atau pergi ke.

Dilihat dari konteksnya, orang yang diundang itu pergi tetapi untuk pihak yang mengundang kepergian itu dilihat sebagai kedatangan.

Kalimat (c) mau menyampaikan bahwa ada seseorang yang belum melihat atraksi kadal raksasa dan diandaikan berkeinginan menyaksikan atraksi seperti itu. Pihak yang berkeinginan itu diharapkan mendatangi lokasi atraksi yang identik dengan anjuran untuk pergi ke tempat itu.

Informasi atau makna kalimat (d) mau mengatakan bahwa ada keluarga yang diundang ke suatu tempat. Jika undangan itu dipenuhi maka keluarga tersebut akan pergi. Keluarga itu diundang untuk pergi ke sana.

Bertolak dari penjelasan seperti ini, kita dapat mengubah kalimat (a) s.d.(d) di atas menjadi seperti kalimat (a1) s.d. (d1) berikut ini:

(a1)Ketika polisi mendengar berita kecelakaan pesawat, mereka segera pergi ke sana.

(b1)Kalau tidak berkeberatan, Anda kami undang juga agar pergi ke sana.

(c1)Pergilah ke sana, kalau Anda ingin menyaksikan atraksi kadal raksasa itu.

(d1)Kami sekeluarga diundang untuk pergi ke sana.

Lalu bagaimana kita membenahi kalimat (e) s.d. (h) di atas? Jawaban kita harus merujuk lagi pada apa yang dijelaskan berkaitan dengan makna muatan pada konstruksi kalimat (a) s.d. (d).

Jika makna muatan kalimat  (a) s.d. (d) dipertahankan dengan tekanan pada aktivitas polisi yang mendatangi (pergi) ke tempat kecelakaan pesawat; yang diundang itu pergi ke tempat pengundang; pihak yang dianjurkan pergi ke tempat atraksi kadal raksasa; keluarga menghadiri undangan maka itu sama artinya mereka datang.

Apakah makna kata datang itu harus diberi keterangan tempat yang diantarai kata depan di sehingga kita menerima kalimat (e) s.d. (h) sebagai kalimat yang benar? Tidak semudah itu kita memberi jawaban  ya atau tidak!

Kalimat kelompok kedua di atas tidak perlu dieksplisitkan dengan keterangan tempat karena acuan tempat sudah secara implisit termuat pada kalimat itu. Penggunaan frase di sana pada kalimat kelompok kedua di atas di anggap mubazir baik dari aspek ekonomi kata maupun dari aspek kelogisan berbahasa. Dengan demikian kalimat  (e) s.d. (h) di atas seharusnya menjadi seperti kalimat (e1) s.d. (h1) berikut ini:

(e1) Ketika polisi mendengar berita kecelakaan pesawat, mereka segera datang.

(f1) Kalau tidak berkeberatan, Anda kami undang juga agar datang.

(g1) Datanglah, kalau Anda ingin menyaksikan atraksi kadal raksasa itu.

(h1) Kami sekeluarga diundang untuk datang.

Judul rubrik ini “Datang ke Sana” tentu tidak logis. Agar seseorang sampai atau tiba di tempat tujuan jauh (sana) seseorang harus berpindah atau pergi. Kata pergi itu tepat disandingkan (kolokatif) dengan prepososi atau kata depan ke yang bermakna keterangan tempat tujuan.

Ketika tiba di tempat tujuan orang itu bisa dikatakan telah  “datang di”. Rumusnya pergi ke … tiba di … Tiba di … sama dengan datang di …. Andreas pergi dari Ruteng ke Reo setelah 3 jam perjalanan Andreas tiba di Reo. Tiba di Reo itu sama dengan datang di Reo.

EDITOR: Redaksi Krebadia.com


sosok romo bone e1683867442101

Bonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng