Dalam aneka kegiatan lomba, seminar nasional, dan malam Expo menyongsong Dies Natalis ke-65 Unika Santu Paulus Ruteng, selalu ada acara selingan. Selingan-selingan tersebut dimaksudkan mencegah kejenuhan para peserta kegiatan lomba, seminar, dan expo. Bentuk acara selingan juga bervariasi mulai dari promosi produk, layanan masyarakat, termasuk lantunan lagu-lagu.
Sebelum membawakan acara selingan seperti ini, pewara atau pemandu acara mengajak para peserta lomba atau seminar dengan kalimat ini, “Sebagai selingan, kita akan disuguhkan dengan satu nomor manis yang dilantunkan perwakilan mahasiswa.” Pada kesempatan lain, pemandu acara berkata, “Agar tidak ngantuk kita akan disuguhi tarian yang dibawakan UKM Budaya.”
Mencermati ajakan pewara yang dinyatakan melalui dua kalimat di atas, kami mengajak pembaca ulasan ini untuk coba memperhatikan penggunaan kata “disuguhkan” dan “disuguhi”. Fokus kita terhadap penggunaan dua bentuk kata ini bisa dituntun dengan pertanyaan tentang pilihan bentuk yang tepat. Manakah bentuk yang tepat, “disuguhkan” atau “disuguhi”?
Untuk mendapatkan jawaban yang memadai terhadap pertanyaan ini, baiklah kita memulainya dari pengertian kata “suguh” sebagai bentuk dasar kata “disuguhkan” dan “disuguhi”. Secara leksikal, kata dasar suguh itu terambil dari kata bahasa Jawa: suguh, menyuguhi, yang berarti menjamu; menyuguhkan berarti menghidangkan, menyajikan. Dengan kata lain “suguh” dalam bahasa Indonesia bermakna menyajikan atau memberikan sesuatu kepada orang lain, khususnya dalam konteks penyajian makanan, minuman, atau hiburan.
Jika dilihat dari aspek kategorisasi kata, kata “suguh” berkategori kata kerja (verba). Lebih tepatnya, kata “suguh” merupakan kata kerja transitif karena penggunaannya dalam konstruksi sintaksis mengharuskan adanya objek untuk melengkapi maknanya. Konstruksi sintaksis dengan kata kerja “suguh” sebagai bentuk dasar.
Bentuk dasar “suguh” dapat dipahami sebagai bentuk bersinonim dengan kata dasar saji dan hidang. Dengan beranalogi pada bentuk dasar “suguh” yang kemudian ditambah konfiks me-/-kan dan konfiks di-/-i maka kita akan mendapati pula bentuk menyajikan dan menghidangkan dan pasangannya disajii dan dihidangi. Kita mencoba menggunakan bentuk-bentuk tersebut dalam konstruksi kalimat berikut.
Ibu menyuguhkan kopi panas untuk tamu.
Profesor itu menyajikan materi seminar secara luar biasa.
Tuan rumah menghidangkan tamu makanan lokal kemarin.
Dilihat dari bentuk kata kerjanya yang menduduki fungsi predikat dalam ketiga kalimat di atas, maka kalaimat-kalimat tersebut tergolong kalimat aktif (transitif) karena berkemungkinan untuk dipasifkan menjadi seperti kalimat (a1, b1,c1) berikut.
(a1) Kopi panas disuguhkan Ibu untuk tamu.
(b1) Materi seminar disajikan Profesor itu secara luar biasa.
(c1) Tamu dihidangkan tuan rumah makanan lokal kemarin.
Ketiga bentuk pasif (a1, b1, c1) ini memperlihatkan bahwa predikat pada kalimat aktif yang berkonfiks me-/-kan, dalam bentuk pasifnya berubah menjadi berkonfiks di-/-kan. Bentuk pasif kalimat (a1, b1, c1) ini dapat pula diubah dengan menjadikan predikat kalimat-kalimat tersebut dengan konfiks di-/-i atau dengan prefix ter-/-kan tetapi dengan konstruksi kalimat yang berbeda. Dengan demikian kalimat aktif (a, b, c) dapat juga dipasifkan menjadi seperti kalimat (a2, b2, c2) berikut.
(a2) Tamu disuguhi Ibu kopi panas atau Tamu tersuguhkan ibu kopi panas.
(b2) Materi seminar disajii* professor itu secara luar biasa atau Materi tersajikan professor itu secara luar biasa.
(c2) Tamu dihidangi tuan rumah makanan lokal kemarin atau Tamu terhidangkan tuan rumah makanan lokal kemarin.
Kembali pada pertanyaan dasar kita tentang bentuk mana yang benar antara “disuguhkan” dan “disuguhi”, tampaknya jelas bahwa dalam konteks ajakan pewara dalam acara maka bentuk pasif yang benar adalah disuguhi. Artinya, pewara atau pemandu acara menyampaikan bahwa para peserta itu pasif untuk menikmati acara selingan sedangkan yang aktif adalah pembawa acara selingan. Penonton disuguhi para penyanyi itu berupa lagu-lagu.