Hujan Turun atau Jatuh

Hujan Turun atau Jatuh

Melalui halaman Facebook milik Luko Modo kami membaca tulisannya dengan judul “Hujan antara Turun dan Jatuh”. Ada yang bilang hujan turun.  Misalnya, hujan turun pada malam hari.  Ada pula yang mengatakan hujan jatuh. Contohnya tetesan hujan jatuh di kepalaku. Turun dan jatuh. Sama tapi beda. Samanya apa? Bedanya apa? Ketika saya menulis ini. Hujan terus turun dan berjatuhan”. 

Kutipan ini menghadirkan masalah berupa pertanyaan tentang persamaan dan perbedaan antara kata turun dan jatuh. Manakah kata yang dipilih secara benar untuk disandingkan dengan kata hujan: “hujan turun atau hujan jatuh”?

Hal pertama yang harus disadari bahwa kata turun dan jatuh itu dilihat dari aspek makna atau semantik tergolong sinonim  (dua kata atau frase berbeda tetapi maknanya hampir sama). Untuk memastikan kesesuaian persandingan kata (kolokasi) hujan dengan kata “turun” atau “jatuh” diperlukan pemahaman secara konseptual tentang kata “turun: dan kata “jatuh” dan konteks penggunaan dua kata tersebut.

Secara konseptual, kata “turun” mengacu pada gerakan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Dapat dilihat penggunaannya pada dua contoh ini: (1) Setelah  dua jam tiba di puncak gunung mereka turun bersama, (2) Harga bahan bakar tidak pernah turun. Sementara itu, kata “jatuh”  secara konseptual mengacu pada gerakan tiba-tiba atau tidak terkendali menuju ke bawah. Tampak pada contoh (1) Adik jatuh dari kuda tunggangannya, (2) Kunci sepeda motornya jatuh dalam perjalanan menuju kampus.

 

Dengan demikian kita dapat memahamai bahwa kata “turun” itu merupakan konsep yang lebih umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan yang disengaja atau terencana dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan “jatuh” secara konseptual  merujuk pada pergerakan yang biasanya tidak terkontrol atau tiba-tiba menuju ke bawah.

Untuk menjelaskan penggunaan kata “turun” dan “jatuh” dengan koteks “hujan” kita merunut makna dan deskripsi dua kata terebut. Kata “turun” sering digunakan untuk menggambarkan hujan dengan makna yang lebih umum, menunjukkan proses jatuhnya butiran-butiran air dari awan ke permukaan bumi. Contohnya, (Hujan turun sepanjang hari). Kata “jatuh” dalam konteks hujan sering digunakan untuk menekankan intensitas atau karakteristik tertentu dari hujan yang terasa lebih kuat atau lebih menekankan unsur tiba-tiba. Contohnya (Hujan deras tiba-tiba jatuh, menyebabkan jalan licin). 

Dalam konteks hujan, perbedaan antara “turun” dan “jatuh” lebih bersifat nuansa, dengan “turun” sering kali merujuk pada hujan secara umum, sementara “jatuh” dapat menyoroti karakteristik atau intensitas tertentu dari hujan tersebut. Sampai di sini persolan yang dihadirkan dalam tulisan pada Facebook menjadi jelas jawabannya. Baik kata “turun” maupun kata “jatuh” dapat disandingkan (kolokatif) dengan kata hujan. Pemilihan yang tepat sesuai konteks nuansa, tentu saja ada dalam pertimbangan pengguna dua kata tersebut.

Untuk melengkapi uraian terkait persoalan ini baiklah kita melihat lebih jauh tentang kata “turun” dan “jatuh” ini. Perbedaan kata turun dan jatuh dapat lebih jelas dalam perbandingan berdasarkan tiga konteks yakni konteks gerakan, konteks kuantitatif atau kualitatif, dan konteks keadaan atau emosi yang dapat ditelusuri dalam penggunaan dua kata tersebut dalam kalimat. 

  1. Dalam konteks gerakan penggunaan kata “turun” lebih sering digunakan untuk merujuk pada gerakan yang direncanakan atau terkendali dari atas ke bawah, sedangkan “jatuh” sering kali merujuk pada gerakan yang tidak terkendali atau tiba-tiba. 
  2. Secara Kuantitatif atau kualitatif kata “turun” lebih sering digunakan dalam konteks penurunan yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, sementara “jatuh” sering digunakan dalam konteks peristiwa atau kejadian yang menyebabkan penurunan secara tiba-tiba atau ekstrim. 
  3. Sementara jika dikaitkan dengan emosi atau keadaan kata “turun” sering kali digunakan dalam konteks yang lebih netral atau terkait dengan penurunan yang direncanakan, sementara “jatuh” dapat merujuk pada situasi yang lebih dramatis atau negative.

Dengan berpatokan pada tiga konteks ini, kata “turun” dalam penggunaannya menyatakan (1) posisi fisik atau level dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan inilah penggunaan kata “turun” yang umum (misalnya, Mahasiswa yang ada di lantai 6 turun menggunakan lift.) (2) bertalian dengan jumlah, harga, atau tingkat (misalnya, Harga sembako tidak pernah turun menjelang hari raya.)(3) bertalian dengan nilai (moral) dan kualitas tertentu (misalnya, Pelayanan di toko bangunan itu semakin turun).

Demikian pula kata “jatuh” dalam penggunaannya menyatakan (1) proses yang tiba-tiba berkaitan dengan adanya pergerakan dari atas ke bawah dari posisi seimbang menjadi tidak seimbang. Misalnya, Adik jatuh karena lantai rumah licin. (2) Kata “jatuh” biasanya dikaitkan dengan hal yang mendatangkan kerusakan atau cedera. Misalnya, Lengan Adik patah karena jatuh dari sepeda motor. (3) Kata “jatuh” umumnya dihubungkan dengan turunnya status, harga secara mendadak. Misalnya. Berbicara salah bisa saja membuat martabat seseorang jatuh.