SOSOK  

Jangan Biarkan “Kuncup Bunga” Itu Gugur di Atas Tanah yang Indah nan Permai Ini

Ditulis oleh Mgr. Inno Ngutra – Coretan Sebuah Hati di dalam pesawat perintis SAM Air jalur Kisar, Tiakur, Saumlaki, Larat, dan Langgur

Avatar of Redaksi Krebadia
kuncup, bunga, gugur
Prof. Dr. Mahfud MD (Gabriel Mahal/Facebook)

Beberapa hari ini,  mengisi hari-hari sepiku di pulau Kisar, aku  menonton video-video singkat—walaupun harus menunggu putaran video yang tersendat-sendat karena buruknya signal—tentang sosok seorang tokoh bangsa ini menuju pesta demokrasi tahun depan, pemilihan presiden dan wakilnya.

Siapa gerangan tokoh yang menggodaku untuk selalu mencari video-video singkat tentang rekam jejaknya? Dialah putra Madura, Prof. Dr. Mahfud MD.

Setiap video tentangnya pasti kutonton sampai selesai. Setiap kata dan kalimat yang tegas kusimak dengan saksama, bahkan mimik dan gaya bicaranya pun tetap menjadi perhatianku.

Rasanya sangat rugi bila sepotong video tentangnya kulewati, seuntai kata dan kalimat tentangnya tak terbaca, sederet nada suaranya tak terdengar dan ekspresi wajah serta mimiknya tak terpantau.

Siapakah Mahfud MD di mata umum? Mahfud di mata Gus Dur adalah “peluru yang tak bisa dikendalikan”, namun  lebih berharga dari canggihnya peluru kendali yang dimiliki oleh negara-negara maju.

Mahfud adalah tokoh yang melarang keras putra-putrinya memperkenalkan diri kepada publik bahwa dia adalah ayah kandung mereka; dan Mahfud yang berjanji akan melumpuhkan dan memiskinkan para koruptor apa pun kelasnya bila ia diberi kekuasaan.

Ya, orang ini adalah “Kuncup dan Tunas Bangsa” yang siap berbunga di tengah bahaya tangan-tangan jahil yang mencoba menggugurkannya sebelum waktunya.

kuncup bunga gugur
Mgr. Inno Ngutra, uksup Amboina

Menyimak, merenungkan, dan memaknai semua tentang pribadi yang satu ini, aku hanya berdoa dan berharap semoga “Kuncup dan Tunas Bangsa Mahfud” ini tidak dipaksa layu atau gugur sebelum berkembang.

Semoga padanan rambut hitamnya berpaut kuat dengan putihnya rambut pasangannya, mampu menghasilkan sebuah kebenaran sejati, di mana yang salah itu bagaikan hitam dan benar itu seperti putih tanpa ada bintik-bintik bahkan gumpalan bayangan warna lain yang mencampurinya sehingga menciptakan “warna abu-abu” di persada dan pelangi Nusantara Indonesia yang indah nan permai ini.

Karena itu, memilih beliau atau tidak itu urusan tiap orang, tapi kuajak para sahabat sekalian, “Marilah kita mendukung orang baik sebagai ekspresi bahwa kita juga pribadi baik yang menginginkan negeri yang indah ini dipimpin oleh orang-orang baik demi kepentingan bersama sebagai Satu Bangsa, Satu Tanah Air, dan Satu Bahasa, yang membuat bangsa ini disebut dengan penuh kebanggaan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dalam bahasa gaul ‘NKRI harga mati’.”

Demi masa depan Negara Tercinta ini, marilah kita mendendangkan syair ini:

// Padamu Negeri kami berjanji / padamu Negeri kami berbakti / Padamu Negeri kami mengabdi / Bagimu Negeri jiwa raga kami //

Dari angkasa, di bawah payung langit, di atas hamparan laut biru dan di antara awan-gemawan pulau-pulau terselatan Maluku, kutuliskan ini sebagai doa dan harapanku untuk masa depan bangsa yang besar ini, Indonesiaku.

SUMBER: Grup WA perkumpulan alumni sebuah perguruan tinggi di Flores, Nusa Tenggara Timur

 

Baca juga artikel terkait SOSOK atau artikel menarik Krebadia lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com