Kami Tahu Engkau Tidak Mau Tahu

Avatar of Gerard Bibang
Kami Tahu Engkau Tidak Mau Tahu

Lihatlah kami-kami menjadi kerdil
Terisolir, tercekik, tertipu sambil menangis
Dipecundangi oleh pemimpin-pemimpin
Bilangnya begini, perbuatannya persis sebaliknya
Disebutkannya kami-kami sedang bermain drama
Padahal pemimpin-pemimpin sendirilah sutradaranya

Lihatlah kami-kami terombang-ambing
Oleh buku-buku ilmu dan mulut manis para politisi
Oleh seribu jaminan, janji dan rayuan
Undang-undang sengaja diciptakan untuk terus bekuasa
Dalam operasi santun dan senyap

Lihatlah kami-kami jadi buram
Seperti mata seekor ayam jago di balik dedaunan sembab
Untuk bertanya apakah ini kemurkaan Tuhan saja, kami tidak berdaya
Kekuasaan yang telah dipunya belum cukup kah
Mari kita bercermin di depan cahaya langit Nusantara
Semua yang kita punya akan diambil semuanya
Kita pun akan kembali menjadi bukan apa-apa

Engkau, pemimpin-pemimpin ngotot berkata inilah kekuasaan yang dimaui; untuk mewariskannya ke anak cucu melalui garis dinasti; itukah kekuasaan sejati? bukan, bukan! kekuasaan yang di dalam genggamanmu itu sebenarnya fana; karena yang mahakuasa sebenarnya hanyalah Allah; seseorang yang berkuasa sebesar apa pun kekuasaannya, jika ia telah terlepas dari nyawanya maka selesai sudah kekuasaannya;  ia benar-benar tidak memiliki kekuasaan karena untuk mengendalikan kentutnya saja ia tidak mampu

Dengan otoritas dan kekuasaan, engkau, pemimpin-pemimpin tak menjadi gagah; dengan mitos, pujian, survei dan ketakjuban, engkau tak menjadi perkasa; apalagi dengan tumpukan kuasa dan harta, sukmamu malah sengsara; hanya terpuaskan oleh nafsu kecil di syahwat kekuasaan; perutmu menjadi kembung dan buncit; akal sehat diserobot; cinta kasih dihadang; kendorlah kesetiaanmu; menyempitlah cara pandangmu; sukmamu menyinyir dan terkurung dalam kebanggaan semu; engkau sedang kembali menjadi tiada sejatinya

Lihatlah kami-kami hanya bisa menitikkan air mata; ini bukan semata-mata romantisme yang cengeng; rasa sedih kami telah menjadi getaran kelembutan yang tiba-tiba menyergap; buat apa berkoar-koar kalau air mata telah mewakili yang tak terucap itu; engkau tahu itu tapi kami tahu engkau tidak mau tahu

Kalau saja ini bukan ungkapan kasih sayang kepadamu, kami-kami tidak peduli; bodoh amat; engkau tunggang-langgang planga-plongo tergopo-gopo, causa finita, habislah perkara; masing-masing kami menjemput nasib di hari akhirat; kami-kami tetap menjalani situasi dan keadaan apa pun, bahkan terlunta-lunta, terbuang dan dikurung sunyi sekalipun, kami tidak peduli, asalkan tidak membuat Allah marah kepada kami; mendengki dan mensiasati telah diperhitungkan-NYA dalam penghakiman di akhir zaman; saat langkah seseorang mendarat di alas tiba; saat saudara kematian menjemputnya di saat yang tak disangka-sangka

(gnb:tmn aries:jkt:senin:6.11.23: menyongsong putusan MKMK di tengah gonjang ganjing bacapres-bacawapres)

Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun kering, Tikungan Dungu nyawa kepadamu kepadaku

Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.