Ibumu adalah darah dagingmu; adalah pemilik rahim, penyemai kehidupanmu; adalah wajah TUHAN yang memancar dari wajahnya; adalah perempuan mulia yang menjadi jimat bagi rezeki dan kebahagiaan
Bungkukkan badanmu dan tundukkan kepala; raihlah punggung tangannya dan ciumlah dalam-dalam; hiruplah wewangian cintanya; reguklah air murni dari kandungan kalbunya; ia adalah pasal pertama setiap kata, ilmu dan lembar-lembar pengetahuanmu; sentuhkan keningmu pada hamparan debu; bukan siapa-siapalah engkau tanpa perempuan sang pemilik rahim itu
Rahimnya tak berbatas; menyayangimu sejauh-jauh perjalanan hingga engkau menapak di alas tiba; saat saudara kematian datang menjemputmu tanpa pernah disangka-sangka; rahimnya tak berbatas; maaf-nya kepadamu menggumpal pada air mata-air matanya yang terurai dalam sunyi; takutlah selalu kepada air matanya; karena kalau engkau menangis, ibumu-lah yang meneteskan air mata
Maafnya tak berbatas; setiap permaafannya atas setiap kesalahanmu akan digenggam erat-erat oleh para malaikat untuk mereka usulkan kepada TUHAN agar dijadikan kayu bakar neraka; atau segera dilarungkan ke lima samudera
Memang demikianlah hakikat rahim yang ada padanya; misteri tak terselami, rahasia kasih yang tak pernah selesai dimengerti; karena kalau engkau bersedih, ibumu-lah yang kesakitan; tapi TUHAN segera menyiapkan hiburan-hiburan; maka pejamkan mata rasakan kedekatan cintanya; sebab ketika itu cinta Tuhan sendirilah yang mengalir dalam kehangatan darahnya
(gnb:tmn aries:jumat:22.12.23:hari ibu)
Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com
Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.