Kepadamu Kepadaku

Untuk ultah seorang sahabat seperjalanan

Avatar of Gerard Bibang
kepadamu kepadaku

KEPADAMU

Kepadamu, ketika waktu menyapamu di saat senja, dibentangkannya kepadamu berhalaman-halaman buku tentang sahabat-sahabat dan bertanya siapakah sahabat bagimu; dan di halaman-halaman itu, kau baca:

“Sahabatku ialah orang-orang yang setia bersamaku dalam jangka waktu yang panjang hingga usia tua; ialah orang-orang yang menemaniku sampai pada taraf hampir meniadakan dirinya sendiri, yang memberikan kepadaku segala yang paling berharga baginya; yang tidak menendang bola ke luar lapangan hanya karena merasa bosan menang, hanya karena sudah kebanyakan gol tercipta, hanya karena tak sudi memotong rasa syukurku yang adalah saripati energi kemakhlukanku”

Kau mungkin terkejut dan takjub; di hari-harimu telah kau dapatkan sahabat-sahabat sejati, juga teman-teman palsu; kau hirup aroma surga dari sahabat-sahabatmu, tapi juga belepotan kebusukan neraka dari teman-teman palsu; kau dapatkan ternyata kau punya sahabat-sahabat surga; ada yang sudah benar-benar berada di surga atas panggilan Allah, ada yang masih menderita dan berjuang di dunia seperti dirimu sampai hari ini

Kau takjub karena ternyata sejak dulu, kau sudah dikelilingi oleh pahlawan-pahlawan kesetiaan, oleh kasih sayang tanpa pamrih, oleh pelayanan satu sama lain, oleh suka duka menjalani perjuangan menegakkan keyakinan dan keindahan hidup

Kau takjub karena sahabat-sahabat telah mengajarimu tentang salah sangka kebudayaan-kebudayaan manusia tentang bahasa, kata, idiom dan komunikasi teknis kognitf deskriptif, serta tentang bahasa kesucian hati dan kemurnian cinta yang tidak sepenuh-penuhnya diwakili oleh huruf, suku kata, kata, nada dan bahasa

Yah, akhirnya kau bergumam: “cinta memang selalu disembunyikan dari kata-kata; karena ia melampaui kata dan nada; karena seperti apa bentuknya yang murni, hanyalah waktu yang menjawabnya saat ia mengantarkan langkahku menapak di alas tiba, kelak, di suatu waktu; hidup di bumi sejatinya menjadi tua dan redup dan aku sudah lama tahu”

KEPADAKU

Kepadaku, waktu bertanya siapakah orang ini yang telah kuberikan kepadanya buku tebal tentang kisah-kisah sahabat; dan aku menjawab lantang:

Wahai sang waku, adalah sahabat yang membuat hatiku melumer kasih dan terimakasih;  sudah pasti muatan hatiku dalam hidup yang berada di usia senja sekarang ini adalah arus besar yang berputar-putar berupa rasa syukur kepada Allah yang menyayangiku dengan menganugerahkanku sahabat-sahabat yang membuatku merasa sudah mencicipi surga; yang setelah berkisah tentang sahabat-sahabat surga, ternyata tidak kalah banyak juga musuh-musuh yang neraka; namun aku dan sahabat-sahabatku terbahak-bahak bahagia karena mentertawakan kebodohan kami di dunia; karena hidup di bumi tidak perlu terlalu dibikin serius hingga nilai seratus, perbanyak-banyaklah sendagurau; karena apa yang diburu kalau Tuhan sudah menyiapkan segala-segalanya di surga kelak?

Demikianlah hidup di bumi

Berjalan dan berjalan hingga berhenti di alas tiba

Menepis buih-buih gelombang hingga ke bibir pantai

Toh di sini hanya mampir untuk minum, makan dan mandi

Sahabat-sahabatlah yang memampukan seorang manusia mencicipi surga

Ke sanalah sekalian makhluk fana bermuara

(gnb:tmn aries:jkt:1 nov 23: pesta semua orang kudus, HUT sahabat lama: Martin Warus)

 

Baca juga artikel terkait NARASI PUITIK atau tulisan menarik Gerard Bibang lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun kering, Tikungan Dungu nyawa kepadamu kepadaku

Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.