Keteladanan Bunda Maria: Bukan “The Power of Emak-Emak” Tetapi “The Power of Faith”

Avatar of Redaksi Krebadia
WhatsApp Image 2023 06 29 at 13.31.01
Pater John Babtis SVD memberikan berkat kepada calon pengantin Fred-Linda dan orangtua sesaat sebelum menutup ibadat lepas lajang di kediaman orangtua calon pengantin perempuan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu 28 Juni 2023. (Foto: Dokumen keluarga)

Krebadia.com — Ada hal mengagumkan dari Bunda Maria saat pesta nikah di Kana. Meski tanpa persetujuan Yesus, Bunda Maria ngotot karena yakin permintaannya tak mungkin ditolak Sang Putra. “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah!” perintahnya kepada para pelayan. Dan terjadilah, Yesus mengubah air menjadi anggur. Tuan pesta yang telah kehabisan anggur pun lega bahagia tak terhingga.

“Kita harus ingat bahwa ngototnya Bunda Maria bukan berasal dari emosi dan mau menangnya sendiri, melainkan dari imannya yang mendalam. Jadi, ini bukan lagi the power of emak-emak , tapi the power of faith (kekuatan iman). Bunda Maria kok dilawan.”

Hal itu dikemukakan Pater John Babtis SVD dalam renungannya saat memimpin ibadat sabda lepas lajang calon pengantin Manfredus Muliamarfan Mbangur (Fred) dan Elisabeth Linda Prima (Linda) di kediaman Zakarias Madun keluarga pengantin wanita di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu 28 Juni 2023 malam.

Calon pengantin Fred-Linda lepas lajang sehari sebelum pemberkatan nikah di Gereja Santa Maria Immaculata Mataram, Kamis 29 Juni 2023 sore.

Intensi ibadat ini adalah “mohon berkat Tuhan, mohon restu dari para malaikat, kepada para leluhur, dan juga mohon restu kepada orangtua kedua mempelai,” kata Pater John.

WhatsApp Image 2023 06 29 at 13.31.20
Calon pengantin Elisabeth Linda Prima (Linda) dan Manfredus Muliamarfan Mbangur (Fred). (Foto: Dokumen keluarga)

Fred adalah putra sulung dari ayah dan ibu asal Manggarai, Maksimus Mbangur dan Elisabeth Julilia (Eca Anggal). Sedangkan Linda adalah putri sulung ayah asal Manggarai dan ibu asal Bali, Zakarias Madun dan Ni Wayan Sarah.

Fred adalah staf pada Widya Mandala Language Institute Surabaya. Sedangkan Linda guru Bimbingan Konseling pada Taman Kanak-Kanak Petra 9 Surabaya.

Pater John Babtis SVD yang memimpin ibadat adalah pastor rekan pada Paroki Santo Antonius Padua Ampenan, NTB, Keuskupan Denpasar, yang kini digembalai pastor paroki Pater Iron Risdianto SVD. Kedua imam muda ini berasal dari Manggarai Timur dan Manggarai Barat.

Hadir dalam ibadat ini Pastor Paroki Pater Iron Risdianto SVD, keluarga besar kedua calon pengantin, dan para undangan yang sebagian besar berasal dari Manggarai Raya, dengan total hampir seratus orang.

Ibadat lepas lajang ditandai dengan pemberkatan atas kedua calon pengantin, ayah dan ibu, kamar pengantin, serta rumah dan segenap umat yang hadir.

Acara ditutup dengan santap malam bersama sebelum kedua keluarga calon pengantin menyelesaikan urusan adat yang berlangsung singkat padat jelas dalam nuansa akrab penuh rasa kekeluargaan.

WhatsApp Image 2023 06 29 at 13.32.47

Teladani Bunda Maria

Dalam renungannya, Pater John Babtis mengajak Fred-Linda meneladani Bunda Maria ketika nanti menghadapi kenyataan pahit kehabisan anggur kehidupan dalam keluarga.

“Kita harus belajar dari Maria. Dan yang paling utama kita harus punya SIM, yaitu sikap iman Maria,” kata Pater John.

Pater John menjelaskan dengan bagus mengapa mukjizat pertama Yesus dilakukan pada saat pesta nikah, dan justru ketika si empunya pesta dalam keadaan krisis kehabisan anggur.

Dikatakan, pesta nikah semegah atau sesederhana apa pun merupakan awal dari pembentukan sebuah keluarga baru. Tuhan menggunakan pesta nikah sebagai momen pertama mukjizat karena melalui keluargalah segala hal baik harus berawal.

“Kita juga mesti ingat bahwa keluarga adalah titik awal segalanya. Kita lahir dari keluarga. Kita bertumbuh di sana dan ketika kita keluar, kebanyakan dari kita pun memutuskan untuk membangun keluarga baru,” kata Pater John.

Melihat dan mengenal karya Tuhan di keluarga tidak bisa dilakukan secara pasif, Pater John mengingatkan.

“Seperti halnya dalam kisah Kana, kita juga diajak untuk bertindak sebagai pelayan dalam keluarga kita. Pelayan yang dalam kisah disebutkan mengisi air-air dalam tempayan untuk kemudian dijadikan anggur oleh Tuhan. Tanpa sadar, sebenarnya kita semua juga sedang diajak untuk menjadi pelayan bagi keluarga kita, juga bagi pasangan dan anak-anak yang dipercayakan kepada kita,” kata Pater John.

WhatsApp Image 2023 06 29 at 13.35.08

Fred-Linda Diteguhkan

Dimintai tanggapan seusai ibadat, Fred dan Linda mengatakan mereka merasa sangat diteguhkan oleh pesan Pater John dalam renungan. Juga diteguhkan oleh kehadiran keluarga besar dan bapa ibu undangan.

“Kami merasa sangat didukung,” kata Fred. “Bangga, keluarga bisa hadir dan dalam keadaan sehat. Keluarga di Lombok juga menerima dengan baik. Begitu juga para undangan.”

Poin yang paling diingat Fred dalam renungan saat ibadat lepas lajang adalah soal kehabisan anggur.

“Jangan, baru lima tahun menikah, pergi menghadap pastor: Romo, anggur kami habis. Yang perlu kami bangun bersama adalah cara bagaimana agar kami selalu refill anggur. Seperti kata Pater tadi, isi ulang bisa dengan bantuan bapa mama saksi,” kata Fred.

Sependapat dengan Fred, Linda mengatakan mereka benar-benar diteguhkan oleh kehadiran keluarga besar dan lingkungan.

“Awalnya saya deg-degan tapi setelah doa rasanya lebih tenang,” kata Linda. “Benar-benar merasa didukung. Khotbah tadi jadi bekal. Saya merasa dibekali oleh pesan-pesan.”

Tentang poin yang paling diingat dari renungan, Linda sependapat dengan calon suaminya.

“Sama seperti Kak Fred, jika ada masalah harus tahu harus ke mana. Ada bapa mama saksi dan pastor paroki. Kami harus punya cara untuk selesaikan masalah,” kata Linda.

WhatsApp Image 2023 06 29 at 13.35.29

Paroki Mataram

Pemberkatan nikah Fred-Linda dilangsungkan keesokan harinya, Kamis 29 Juni 2023 sore, di Gereja Santa Maria Immaculata Mataram.

Paroki Santa Maria Immaculata Mataram berada di bawah Keuskupan Denpasar; berpusat di Kelurahan Pejanggik, Kecamatan Mataram, di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Mataram menjadi paroki sejak tahun 1935 ditandai dengan menetapnya Pastor Van der Heijden SVD sejak 14 Mei 1935.

Pada 15 Mei 1935 dilakukan pembelian tanah dan bangunan untuk dijadikan pastoran dan gereja pertama di Lombok. Pada 9 Juni 1935 diadakan misa pertama di gereja baru tersebut.

Saat ini Paroki Mataram digembalakan oleh para imam diosesan dari Keuskupan Denpasar.

EDITOR: Redaksi Krebadia.com