Masalah  Kata “Hati”

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
Masalah  Kata “Hati”
Foto: Kelly Sikkema via Unsplash

Dalam salah satu kesempatan kami ditanyai seorang guru yang mengakui bingung ketika ia membaca tulisan kata “memerhatikan dan memperhatikan”.

Berhadapan dengan pertanyaan seperti ini kami berandai-andai bahwa kebingungan seperti ini kemungkinan bukan hanya dialami penanya tetapi juga dialami banyak orang sebagai pemakai bahasa.

Pengandaian seperti ini memaksa kami untuk mengulasnya melalui Rubrik FBI edisi ini. Bagi pengguna bahasa yang ‘awam’, hampir pasti tidak mempertanyakan bentuk yang benar dari dua bentuk yang dipakai.

Bentuk “memerhatikan” dan “memperhatikan” jika dilihat secara morfologis tergolong bentuk yang mengalami proses morfologis pengimbuhan (afiksisasi). Bentuk dasar dari dua bentuk yang mengalami afiksisasi ini sama yakni bentuk “hati”.

Bentuk “memerhatikan” melewati proses imbuhan pada bentuk dasar “hati” konfiks per-/-kan untuk bentuk “perhatikan”. Bentuk baru “perhatikan” tampaknya diberi imbuhan prefiks me-.  Bentuk “perhatikan” ini seolah-olah dijadikan bentuk dasar yang diberi prefiks me-. Karena, bentuk “perhatikan” dianggap sebagai bentuk dasar lalu secara serta-merta bentuk itu diubah mengikuti ketentuan afiksisasi dengan prefiks yang mengharuskan (secara kaidah) bentuk dasar yang diawali konsonan /p/ jika diberi imbuhan me- maka me- mengambil alomorf (variasi bentuk) menjadi mem- seperti halnya bentuk dasar “pesan”, “pegang” yang menurunkan bentuk “memesan” dan “memegang”.

Pertanyaannya, apakah bentuk “perhatikan” itu sebagai bentuk dasar? Jawabannya jelas bukan bentuk dasar. Bentuk dasarnya “hati” kemudian diberi konfiks per-/-kan. Bentuk berkonfiks per-/-kan kemudian diberi imbuhan me- apakah harus menurunkan bentuk “memerhatikan”? Bandingkan bentuk “memperhatikan” yang melewati proses  pengafiksan atas bentuk dasar “hati” diimbuhi konfiks per-/-kan yang menurunkan bentuk “perhatikan”. Kata “perhatikan” jelas bukan bentuk dasar. Oleh karena itu, ketika bentuk “perhatikan” ini diimbuhi prefiks me- bentuk turuan itu meskipun diawali konsonan /p/ tidak mengalami alomorf. Tetap bentuk turunannya adalah “memperhatikan”.

Bentuk “memperhatikan” ini dikenal sebagai bentuk afiks klofiks. Klofiks ini dibatasi sebagai kata yang dibubuhi afiks pada posis kiri (depan)  dan kanannya (belakangnya), tetapi dilakukan secara bertahap. Prosesnya disebut klofiksisasi. Klofiks merupakan imbuhan gabung (kombinasi afiks) yang terdiri dari beberapa morfem. Tiap-tiap unsurnya  tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing. Ciri-ciri klofiks atau imbuhan gabung (1) tidak secara bersama-sama membentuk arti yang baru, (2) biasanya membentuk kata berkategori verba (kata kerja).

Bentuk dasar “kenal” misalnya pada tahap pertama diimbuhi sufiks (akhiran) -kan menurunkan bentuk “kenalkan”. Bentuk  baru “kenalkan” kemudian diimbuhi prefiks per- menurunkan “perkenalkan”. Bentuk baru “perkenalkan” diimbuhi prefiks me(m) menurunkan bentuk baru “memperkenalkan” bukan “memerkenalkan” yang analog dengan bentuk “memerhatikan”.

Secara teoretis, bahasa Indonesia mengenal klofiks memper-/-kan; me-/-i; me-/-kan; di-/-kan; ber-/-kan; diper-/-kan; memper-/-i; dan diper-/-i. Setiap klofiks ini memiliki fungsi dan makna masing-masing. Klofiks memper-/-kan misalnya,  berfungsi membentuk verba (kata kerja) intransitif dengan makna (1) kausatif (mempertemukan, mempertahankan); menjadikan sesuatu atau menganggap sebagai (memperbudakkan, memperistrikan); (3) intensitas (memperlihatkan, memperdengarkan).

Klofiks me-/-i berfungsi membentuk kata kerja (verba) aktif yang bermakna (1) memberi (menyalami, menyampuli); (2) membuang (menguliti, membului); (3) melakukan berulang-ulang (melempari, menembaki); (4) pekerjaan (melompati, menemani); (5) hal sesuai dengan bentuk dasar (memarahi); (6) membuat jadi (memanasi); (7) menyatakan makna intensitas (menyelidiki); (8) menyatakan makna arah atau tempat (memasuki).

Klofiks me-/-kan berfungsi membentuk kata kerja transitif dengan makna menyatakan makna kasuatif (menjatuhkan, membesarkan); (2) menyatakan makna melakukan tindakan untuk orang lain (membukakan, memutarkan); (3) menyatakan makna menuju ke (mendaratkan);  (4) menganggap sebagai (mendewakan).

Klofiks di-/-kan berfungsi membentuk kata kerja bentuk pasif dengan makna kausatif (dinaikkan, diputuskan). Klofiks ber-/-kan berfungsi membentuk kata kerja dengan makna memakai (berdasarkan). Klofiks diper-/-kan berfungsi membentuk kata kerja pasif yang bermakna (1) kausatif (dipertemukan); (2) intensitas (diperlihatkan). Klofiks memper-/-i berfungsi membentuk kata kerja yang bermakna kausatif (memperbaiki).

Dengan memahami konsep klofiks seperti ini, kita kembali pada pertanyaan manakah bentuk yang benar “memerhatikan” atau “memperhatikan”. Jika bentuk “memerhatikan” itu beterima dan bentuk “memperhatikan” tidak berterima maka  kita harus menerima bentuk memerkenalkan, memertanyakan,  memerbolehkan, memerdebatkan, memercakapkan, memerbaurkan, memerebutkan, memergunakan, memergunjingkan, memerhitungkan, memeringatkan, memermalukan, memerjuangkan, sebagai yang benar.

Bentuk yang berterima justru bentuk “memperhatikan”, memperkenalkan, mempertanyakan,  memperbolehkan, memperdebatkan, mempercakapkan, memperbaurkan, memperebutkan, mempergunakan, mempergunjingkan, memperhitungkan, memperingatkan, mempermalukan, memperjuangkan, sebagai yang benar.

 

Baca juga artikel terkait FATAMORGANA BAHASA INDONESIA atau tulisan menarik Bonefasius Rampung lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


bone rampung, simpulan, pergerakan, walau punBonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng.