Masalah Kata Integritas

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
Masalah Kata Integritas

Kata “integritas” sering digunakan dalam praktik berbahasa, baik bahasa ujar maupun bahasa tulis. Pemahaman akan makna dan seluk-beluk kata integritas ini nampaknya masih sangat terbatas atau tidak selalu paralel dengan frekuensi pemakaiannnya. Pemakaiannya tidak terbatas, tetapi pemahaman atas kata itu masih sangat terbatas, terutama jika dikaitkan dengan bahasan yang teknis ilmiah kebahasaan.

Suatu pagi, di kamar makan komunitas dosen (imam) Unika Santu Palus Ruteng, seorang anggota komunitas bertanya kepada kami, “Apa kata sifat dari kata integritas?” Saat itu saya menjawabnya, “Integritas itu kata yang bermakna atau menyatakan sifat.” Seorang rekan yang berlatar belatang pendidikan linguistik (bahasa inggris) menyambung, “Kata integritas itu dalam bahasa inggris integritas ”. Kami langsung menegaskan, betul, kata yang berakhiran –tas dalam bahasa Indonesia dalam bahasa Inggrisnya berakhiran –(i)ty .

Pertanyaan yang disampaikan sebagai wacana di kamar makan ini dengan jawaban dan penjelasan tadi dianggap sudah memadai. Apalagi pagi itu, warga komunitas lebih fokus pada menu pagi (nasi, ikan cara, roti, tomat, kompiang, dan telur rebus). Bagi rekan yang lain, pertanyaan seperti ini bukanlah sesuatu yang harus dibahas lebih jauh, apalagi lebih serius.

Bagi kami, jawaban sesingkat itu bukanlah jawaban yang memadai, apalagi kalau dikatakan sebagai jawaban yang tuntas menjawabi pertanyaan. Inti pertanyaannya, “Apa Kata Sifat untuk Kata Integritas?” Pertanyaan ini bertalian dengan kategori kata yang sudah banyak dipahami para linguis dalam berbagai variasinya. Sebelum berusaha mencari jawabannya, terlebih dahulu kita memahami makna kata “integritas” itu dan pandanagan para linguis terkait penggolongan jenis kata dalam bahasa Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi deskripsi tentang kata integritas sebagai mutu, sifat, keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga berpotensi memancarkan kewibawaan atau kejujuran. Integritas itu juga dimaknai sebagai keutuhan prinsip moral dan etika selain menunjukkan konsistensi antara ucapan dan keyakinan yang diwujudkan dalam perbuatan

Secara garis besar pengelompokan kata dibagi menjadi kelompok tradisional dan nontradisional. Linguis tradisional antara lain CA Mess yang membuat penggolongan kata menjadi kata (benda, keadaan, ganti, kerja, bilangan, sandang, depan, keterangan, sambung, seru); Tardjan Hadjaja (benda, kerja, ganti, bilangan, sifat, tambahan, depan, penghubung, sandang, seru); Soetarno (benda, kerja, keadaan, keterangan, ganti, bilangan, sambung, depan, sandang, seru); S.Zainuddin GL. PNG. Batuah (ganti, benda, kerja, sifat, tambahan, bilangan, perangkai, penghubung, seru); R. Poedjawijatna dan PJ Zoetmulder (sebut, tambah, ganti, keterangan tambahan, bilangan, depan, seru, perangkai).

Sementara itu kelompok nontradisional antara lain kita mengenal Slametmuljana membagi kata menjadi (gatra sebutan, gatra pangkal dan gatra sebutan, kata pembantu regu II, kata pembantu pertalian); Gorys Keraf (benda, kerja, sifat, tugas); S. Wojowasito (benda, kerja, sifat, tambah, penghubung, seru, bilangan, ganti, depan); Harimurti Kridalaksana (verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia, numeralia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi); dan M. Ramlan (verbal, nominal, keterangan, tambah, bilangan, penyukat, sandang, tanya, suruh, penghubung, depan, seruan).

Dari semua pengelopokan kata baik linguis tradisional maupun linguis nontradisional kaita temuan ada kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata lainnnya. Bagian paling sederhana dan mudah diingat adalah yang dibuat Gorys Keraf. Dua jenis kata yang bertalian dengan pertanyaan dalam topik ini adalah kata benda (nomina) dan kata sifat (adjektif). Kata benda dan kata sifat hubungannya sangat dekat karena dalam praktik berbicara kata sifat itu dapat dijadikan keterangan atau perluasan kata benda. Kata “rumah” dan “besar” misalnya merupakan kata benda dan kata sifat. Jika disandingkan menjadi frase “rumah besar” maka kata besar itu menjadi keterangan terhadap kata rumah.

Apakah kata “integritas” atau integritas itu benar berkategori benda (nomina)? Baimana cara memastikan bahwa integritas kata benda itu? Ada banyak cara untuk memastikan kategori kata benda asli (bukan serapan) dalam bahasa Indonesia antara lain (a) apakah kata itu dapat dinegasikan dengan kata “bukan”; (b) apakah kata itu bisa diisi dengan kata “yang” ditambah kata sifat?; (c) apakah kata itu dapat melekat pada bentuk ringkas akhir atau enklitik (-mu, -ku, nya) yang menyatakan milik?; (d) apakah kata itu berprefis pe-, bersufiks –an.

Jika salah satu dari syarat ini terpenuhi maka kata itu dipastikan termasuk kata benda. Tinggal kita bertanya, apakah ada kemungkinan muncul konstruksi “bukan integritas”? Apakah berterima kalau ada bentuk “integritas yang tinggi”, dan apakah berterima kalau ada bentuk intergritasmu, integritasku, integritasnya? Tiga bentuk ini semuanya berterima kasih sehingga diipastikan kata “integritas” itu berkategori benda.

Hal yang ditanyakan justru kemungkinan kata benda itu keluar kategori (bertranskageori) menjadi kata sifat. Dalam kaidah morfologi bahasa Indonesia yang lazim justru sebaliknya kata sifat yang bisa berubah dengan proses morfologis afiksisasi menjadi kata benda, bukan kata benda menjadi kata sifat. Kita ambil contoh sifat “baik” dan “sehat” bisa diubah menjadi kata benda (abstrak) cukup dengan memberi dua kata itu konfiks ke–/-an sehingga terbentuklah kata “kebaikan” dan “kesehatan”. Untuk menguji apakah kata “kebaikan” dan “kesehatan” itu berkategori benda tinggal gunakan beberapa cara tadi.

Terhadap kata “integritas” tentu saja kita tidak bisa menerapkan proses morfologi seperti halnya dalam morfologi bahasa Indonesia karena (a) dalam bahasa Indonesia tidak lazim afiksisasi itu digunakan untuk memindahkan kategori benda menjadi kata sifat. Hal yang biasa justru afiksisasi dapat digunakan untuk mengubah kata sifat menjadi kata benda; (b) kata “integritas” merupakan kata serapan dari bahasa asing ( Integrity ) yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perpedoman pada kaidah penulisan unsur serapan mengubah akhiran –(i)ty menjadi –tas.

Bandingkan dengan bentuk kualitas ( quality ), komunitas ( community ); identitas ( identitas ); masa pubertas ( pubertas ); priotitas ( prioritas ), mayoritas ( mayoritas ). Bentuk-bentuk seperti ini nampaknya belum ditemukan polanya dan kaidah morfologisnya dalam rangka menjadikannya kata fifat. Dengan kata lain, sistem morfologi kata asli (Indonesia) tidak bisa serta merta diaplikasikan pada kata-kata serapan.

Salah satu langkah (alternatif) yang bisa dipaparkan melalui kolom FBI ini sebagai pintu ke arah ulasan terkait pertanyaan dasar kita adalah penawaran terkait mengubah kata benda bahasa Indonesia dengan menggunakan akhiran (sufiks) serapan. Kita menyadari ada beberapan akhiran asing (serapan) yang bisa dipakai untuk menyatakan sifat atau menjelaskan sifat benda. Kita telah mengenal sufiks (akhiran) serapan seperti – is, -wi, -iah, -wan. Penerapannya tampak pada pola (a) sd (e) berikut;

(a) Kata-kata seperti: ekonomi, teror, manusia bisa diubah menjadi kata sifat atau disifatkan dengan menambahkan akhiran –is menjadi ekonomis , teroris , humanis .

(b) Kata badan dan hewan bisa saja disifatkan dengan menambahkan akhiran –i menjadi badani dan

(c) Kata manusia, kimia berpeluang disifatkan menjadi manusiawi dan

(d) Kata batin dan rohani bisa disifatkan dengan menambahkan akhiran –iah menjadi batiniah dan rohan(i)iah.

(e) Kata derma misalnya dengan menambahkan akhiran –wan menjadikannya sebagai kata yang disifatkan menjadi

Ada yang menawarkan kata sifat untuk “integritas” itu dengan memberi prefiks (imbuhan awal) ber- sehingga muncul bentuk beritegritas. Cara dan pilihan seperti ini tentu saja tidak berterima karena menyalahi kaidah penggunaan imbuhan ber- serta maknanya. Kaidahnya, imbuhan ber- yang dilekatkan pada kata benda (nomina) bukan menyatakan sifat melainkan menyatakan makna memiliki, memakai atau menggunakan, dan menghasilkan. Kata benda sepeda misalnya bisa berarti memiliki sepeda atau menggunakan sepeda kemudian muncul bentuk bersepeda, Begitu juga kata benda telur akan berarti menghasilkan telur jika diimbuhi dengan prefiks ber- dalam kata bertelur.

 

Baca juga artikel terkait FATAMORGANA BAHASA INDONESIA atau tulisan menarik Bonefasius Rampung lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com


tulang rampung, simpulan, pergerakan, walaupun punBonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku  Fatamorgana Bahasa Indonesia 1  dan  Fatamorgana Bahasa Indonesia 2 . Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng.