Memesona atau Mempesona

Avatar of Ditulis oleh Bonefasius Rampung
Memesona atau mempesona

Seorang pegiat dan pengamat media bertanya kepada kami perihal pemakaian kata “memesona” pada salah satu bentuk baliho. Melalui medium WhatsApp dia menulis, “Selamat pagi, saya boleh request soal penggunaan imbuhan me- pada kata yang diawali dengan huruf P?”

Pertanyaan ini disertai pula dengan foto salah satu baliho yang memuat tulisan ini, “Ayo! Wujudkan Destinasi Wisata Labuan Bajo yang Memesona”. Ini contoh baliho yang saya foto pagi ini di depan Kantor Dinas Pariwisata Bajo. Saya tergugah untuk foto karena masih banyak yang salah tulis “mempesona” alih alih “memesona” sebagai cara penulisan yang benar. Bagian akhir pertanyaannya disertai tangkapan layar satu tulisan berjudul, “Yang Terpesona Mempesona”.

Pertanyaan seperti ini boleh jadi mewakili banyak pembaca yang mungkin pernah membaca tulisan “mempesona dan memesona” lalu kebingungan memastikan bentuk yang baku. Dua bentuk kembar “mempesona dan memesona” sesungguhnya dua bentuk yang diturunkan melalui proses morfologis terhadap satu bentuk dasar (morfem bebas) yang sama yakni “pesona”. Bentuk dasar yang sama ditambah dengan prefiks me- tetapi menurunkan dua bentuk berbeda. Persoalannya, jelas bagi kita bertalian dengan kaidah morfologis kata yang diawali dengan konsonan /p/.

Untuk mengurai persolan ini, kita harus merujuk pada kaidah morfofonemik kata. Sebaimana kita pahami morfofonemik adalah kajian tentang perubahan-perubahan pada fonem yang disebabkan pertemuan antara satu morfem dengan morfem lainnya (Ramlan, 1997:83). Morfofonemik merupakan subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem yang direalisasikan dalam tingkat fonologi. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam realisasi pertemuan morfem dasar dengan realisasi afiks, baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks.

Bahasa Indonesia mengenal empat proses morfofonemik yakni (1) perubahan fonem, (2) penambahan fonem, (3) penghilangan fonem, dan (4) pergeseran fonem. Hal yang paling relevan untuk diuraikan terkait pertanyaan dalam ulasan ini, berhubungan dengan penggunaan prefiks me- jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali konsonan /p/. Proses morfologis prefiks me- itu paralel dengan prefiks pe-. Kedua prefiks ini dalam proses morfologisnya menghasilkan alomorf (variasi bentuk prefiks me- dan pe-) disebabkan perbedaan bunyi awal untuk setiap bentuk dasar.

Untuk konteks permasalahan yang diuraikan ini kita hanya terfokus proses morfofonemik tentang perubahan fonem. Secara kaidah morfologis prefiks me- dapat beralomorf me-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Sementara itu, prefiks pe- dapat beralomorf pe-, pen-, peny-, peng-, dan penge-

Prefiks me- dan pe- tidak akan mengalami perubahan jika dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali konsonan /l, m, n, ng, ny, r, w, y/. Contoh me- dan pe- yang dilekatkan pada bentuk dasar lempar, makan, nanti, nganga, nyala, rakit, wabah akan menurunkan bentuk melempar, memakan, menanti, menganga, menyala, merakit, mewabah. Bentuk paralel dengan prefiks pe- pelempar, pemakan, penanti, Penganga, penyala, perakit, pewabah.

Prefiks me- dan pe- akan mengalami perubahan menjadi men- jika dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali konsonan /c, d, j/. Contohnya imbuhan me- atau pe- yang dilekatkan pada bentuk dasar curi, datang, jaga akan menjadi mencri, mendatang, menjaga. Bentuk parfalelnya pencuri, pendatang, penjaga.

Prefiks me- dan pe- akan mengalami perubahan menjadi mem- jika dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali konsonan / b, f, v/. Contohnya imbuhan me- atau pe- yang dilekatkan pada bentuk dasar baca, fitnah, validasi akan menjadi membaca, memfitnah memvalidasi, Bentuk paralen dengan prefiks pe-pembaca, pemfitnah, pemvalidasi.

Prefiks me- dan pe- akan mengalami perubahan menjadi meng- jika dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali semua vocal /a, i, e, o, u/ dan kononan /g,h,k/. Contohnya imbuhan me- atau pe- yang dilekatkan pada bentuk dasar ambil, ingat, ekor, ojek, ukur, ganti, hafal, kapur akan menurunkan bentuk mengambil, mengingat, mengekor mengojel, mengukur. Mengganti, menghafal, khayal. Bentuk paralelnya pengambil, pengingat, pengekor, pengojek, pengukur, pengganti, penghafal, pengkhayal.

Prefiks me- dan pe- akan mengalami perubahan menjadi menge- jika dilekatkan pada bentuk dasar bersuku kata Tunggal atau monosilabis. Contohnya imbuhan me- atau pe- yang dilekatkan pada bentuk dasar bersuku tunggal bom, las, lap akan menjadi mengebom, mengelas, mengelap. Bentuk paralelnya dengan prefiks pe-pengebom, pengelas, pengelap.

Setelah memahami uraian terkait alomorf ini, kita kembali pada pertanyaan awal tadi tentang bentuk yang baku untuk proses morfologis bentuk dasar “pesona”. Kita merujuk pada kaidah tentang konsonan awal /p/ yang harus mengambil alomorf mem-. Kita memastikan bahwa bentuk yang baku adalah “memesona” bukan ‘mempesona”.

Jika kita sering menemukan bentuk “mempesona”, itu semata-mata terjadi karena kebiasaan. Kebiasaan itu, diteruskan dan atas nama kebiasaan orang lalu mengklaim bahwa mempesona itu bentuk yang baku. Alasan atau argumentasi beralaskan kebiasaan seharusnya dihindari. Jika tidak, apa yang salah karena menjadi kebiasaan lalu dianggap benar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *