Mengenang Pater Gallus Mittermeier SVD, Misionaris Pelayan Kesehatan Ibu Hamil

"Mereka datang dan saya melakukan pelayanan kesehatan tanpa melihat latar belakang mereka" – Pater Gallus Mittermeier SVD

Avatar of Redaksi Krebadia
Mengenang Pater Gallus Mittermeier SVD, Misionaris Pelayan Kesehatan Ibu Hamil
Pater Gallus Mittermeier SVD

Ditulis oleh Markus Makur

Krebadia.com — Saya memiliki kenangan tersendiri bersama Pater Gallus Mittermeier SVD di Komunitas Sengari Reo.

Waktu itu saya mengikuti sebuah kegiatan lingkungan hidup yang diselenggarakan sebuah lembaga swasta yang memperjuangkan keselamatan lingkungan hidup dari kehancuran massif. Pelaksanaannya di Wisma Sengari Reo, tempat Pater Gallus menetap sesudah pensiun.

Walaupun sudah pensiun dan tidak lagi menjadi pastor paroki di Keuskupan Ruteng, sebagai imam Pater Gallus tetap melakukan pelayanan sakramen dan memimpin ekaristi pada beberapa stasi di wilayah Paroki Reo.

Suatu ketika ada yang menceritakan kepada saya tentang pelayanan kesehatan bagi ibu hamil oleh Pater Gallus. Insting saya sebagai wartawan muncul. Saya bergairah ingin menemuinya. Konon ia tidak mau karya pelayanannya dipublikasikan.

Namun, hati saya berkata lain. Saya memberanikan diri menemuinya di ruang kerja dan ruangan pelayanan ibu hamil. Di sana ada alat USG, untuk pemeriksaan ibu hamil.

USG merupakan singkatan dari ultrasonography atau dalam bahasa Indonesia disebut ultrasonografi. Ini alat medis yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menciptakan gambar struktur internal tubuh, seperti organ, pembuluh darah, dan jaringan. Alat USG digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis, dan sering digunakan dalam bidang kedokteran seperti obstetri, ginekologi, kardiologi, dan radiologi.

Ia Bersedia Diwawancarai

Saya temui Pater Gallus sore hari. Saat saya temui, ia sedang sibuk. Ia bertanya kepada saya, mau bertemu siapa? Saya jawab, saya ingin bertemu Pater Gallus. Maklum saya belum pernah berjumpa dengannya.

Ia mempersilakan saya masuk ke ruang kerjanya. Ia persilakan saya duduk di kursi. Di atas mejanya ada majalah berbahasa Jerman, Der Spiegel.

Kondisi ruang kerja dan kamar tidurnya terbuka. Saya melihat rak penuh dengan buku.

Saya memperkenalkan diri sebelum kamu mulai ngobrol. Saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang pelayanan kesehatannya bagi ibu hamil dan orang sakit.

Ia menceritakan kisah pelayanannya bagi umat dan masyarakat di seputar Reo, bahkan dari tempat jauh. Saya bilang, ini sekalian wawancara, dan saya mau menulis ficer tentang pelayanan kesehatannya bagi umat dan masyarakat.

Sejenak ia diam, lalu menyatakan setuju. Saya mencatat semua yang dikatakannya. Kurang lebih satu jam saya duduk bersamanya di ruang kerja.

Ia mengatakan ia selalu membaca buku dan membaca majalah berbahasa Jerman, Der Spiegel, yang selalu dikirim oleh keluarganya dari Jerman.

“Ini cara saya untuk menjaga kesehatan pikiran dan mengetahui perkembangan ekonomi, politik, dan politik global yang dimuat dalam majalah berbahasa Jerman,” katanya. Pater Gallus sangat fasih berbahasa Indonesia.

Ia menceritakan, ia melayani pemeriksaan ibu hamil dengan alat USG pada sore hari. Jika berdasarkan pemeriksaan itu posisi bayinya sungsang maka si ibu hamil dirujuk ke Puskesmas Reo dan RSUD Ben Mboi Ruteng untuk melahirkan.

Bukan hanya ibu hamil yang dapat berobat ke Pater Gallus. Pasien umum lainnya juga, tak sedikit yang datang padanya.

Ia megatakan tak terhitung pasien yang berobat di tempat pelayanannya di Sengari Reo, “sebab saya tidak mencatatnya.”

“Mereka datang dan saya melakukan pelayanan kesehatan tanpa melihat latar belakang mereka. Kadang-kadang gratis.”

Apa yang dikatakannya itu saya catat di buku catatan.

Latar Belakang Pater Gallus Mittermeier di Bidang Kesehatan

Saya mendengar cerita banyak orang bahwa Pater Gallus memiliki latar belakang di bidang kesehatan.

Sebagaimana yang diceritakannya kepada saya waktu itu, dan masih terekam dalam ingatan saya hingga saat ini, kasus kematian ibu dan anak di Manggarai Raya, khususnya di tempat pelayanan pastoralnya, sangatlah tinggi.

Karena itu, selain memberikan pelayanan sakramen di paroki dan stasi, ia memilih memberikan pelayanan kesehatan juga, lebih khusus pelayanan pemeriksaan kandungan ibu hamil. Ia melakukan itu setelah ia memilih menetap di komunitas SVD di Sengari Reo.

Pelayanan kesehatan yang lebih umum dilakukannya pula, di antaranya untuk umat yang menderita malaria, batuk, dan flu.

Di tempat pelayanan di Komunitas Sengari Reo, ia menulis jadwal pelayanan kesehatan bagi masyarakat di sekitar komunitas. Termasuk melayani masyarakat lintas agama.

Ia menceritakan, setelah ia melihat kondisi tempat pelayanan yang masih minim petugas medis untuk mengobati berbagai penyakit dan melayani ibu hamil, ia mengambil kursus tambahan di bidang kesehatan sewaktu berlibur di Jerman.

Ia memperdalam lagi ilmu kesehatannya supaya ia memilih pastoral kesehatan bagi ibu hamil dan jenis penyakit lainnya. Saat pulang libur, ia membeli alat USG untuk pemeriksaan ibu hamil.

Ceritanya itu masih terekam baik dalam ingatan saya. Entah mengapa ia bisa menerima saya saat itu dan mau diwawancarai.

Ata Manggarai Poka Puar

Selain menekuni pelayanan pastoral kesehatan, Pater Gallus SVD sangat peduli pada lingkungan hidup.

Sebagaimana terekam dalam ingatan saya, ia mengatakan, “Ata Manggarai poka puar.” Orang Manggarai gemar membabat hutan.

Ia mengatakan, kebiasaan menebang pohon di hutan berdampak pada kerusakan lingkungan hidup dan banjir. Apalagi banyak permukiman di Manggarai Raya berada di daerah pegunungan. Ketika hujan lebat turun dan tidak ada lagi pohon yang menahan air maka akan terjadi longsor. Dampaknya dapat membahayakan kehidupan manusia itu sendiri.

Ia menganjurkan masyarakat Manggarai Raya menanam pohon untuk mengatasi banjir yang menyebabkan longsor.

Menyentuh Orang-Orang Kecil

Sejauh yang saya rekam dari berbagai cerita umat di Paroki Dampek, Pater Gallus melakukan pelayanan dengan penuh keteladanan. Pendekatan pelayanan pastoralnya menyentuh orang-orang kecil.

Hasil wawancara itu saya kirim ke The Jakarta Post, tapi tidak dimuat. Kemudian naskah itu saya kirim di Flores Pos lewat email dan dimuat. Editornya yang menangani rubrik ficer waktu itu adalah Pater Avent Saur SVD.

Kliping ficer itu saya bingkai sebagai kenangan dalam hidup saya bahwa saya bisa mewawancarai misionaris asal Jerman tersebut, yang konon memiliki komitmen tidak mempublikasikan karya pelayanannya di media massa.

Saat saya bersama Romo Pank Nudan (waktu itu masih frater di Seminari Tinggi Ritapiret) menulis buku kenangan Pater Frans Mezaros SVD, saya wawancara umat di Paroki Ranggu.

Mereka bilang, Pater Gallus adalah pastor rekan dari Pastor Paroki Ranggu Pater Franz Mezaros SVD. Keduanya misionaris dari Eropa.

Menurut umat di Paroki Ranggu, Pater Gallus tidak terlalu lama melayani umat di Paroki Ranggu sebelum berpindah tempat pelayanan.

Terima kasih Pater Gallus. Engkau menerima saya waktu itu atas dasar kasih.

Saya mengenang kebaikan dan pelayanan kesehatanmu sepanjang masa.

Selamat jalan misionaris yang melayani kesehatan ibu hamil di Keuskupan Ruteng.

 

Baca juga artikel terkait IN MEMORIAM atau artikel menarik Krebadia lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com