Menjadi Ciptaan Baru – Menuju Persaudaraan Semesta Alam (2Kor 5:17)

Surat Gembala Paskah 2024 Uskup Ruteng

Avatar of Redaksi Krebadia
Menjadi Ciptaan Baru – Menuju Persaudaraan Semesta Alam (2Kor 5:17)

Para imam, biarawan/biarawati dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Jangan takut! (Mrk 16:6), demikian sapaan peneguhan malaikat kepada para wanita di kubur Yesus, yang sedang terlilit oleh penderitaan dan kecemasan mendalam.

Seruan lembut ilahi ini kiranya juga menyentuh dan menguatkan diri kita yang kini berada dalam situasi serupa. Sebab kondisi hidup kita sedanglah “tidak baik-baik saja”.

Kita masih bergumul denganpersoalan klasik yang dialami oleh setiap keluarga yang berpeluh keringat untuk kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan anak, dan urusan kesehatan. Kini beban hidup kita itu diperberat oleh meningkatnya harga beras dan barang-barang kebutuhan pokok.

Masalah hidup kita itu semakin diperunyam oleh krisis lingkungan hidup yang parah. Setelah kekeringan yang begitu lama kita alami, muncul kejadian hujan lebat berkepanjangan. Hal ini mengakibatkan banjir dan tanah longsor, yang merusak rumah, sawah dan jalan.

Perubahan cuaca yang ekstrim ini telah pula mengakibatkan gagal tanam dan gagal panen di wilayah kita.

Dalam situasi hidup yang keruh ini, saya mengajak kita semua untuk menimba kekuatan jernih dari sumur pengharapan dan iman Kristiani: Jangan takut! (Mrk 16:6). Sebab “barangsiapa yang berharap kepada Tuhan tidak akan dikecewakan” (T. Dan3:40).

Masa Prapaskah yang sedang kita jalankan saat ini adalah sebuah retret agung untuk mengasah kembali harapan dan menguatkan kembali iman.

Kita ingin merasakan kehadiran Tuhan yang meneguhkan dalam ziarah jalan salib masing-masing. Kita diundang untuk berjalan bersama Yesus dalam memikul salib hidup ini.

Rahmat kasih Tuhanlah, dan bukan kekuatan kita yang rapuh, yang memampukan kita untuk terus melangkah maju dalam lorong fana dan suram di muka bumi ini.

Dia telah menyalibkan segala penderitaan dan kegelapan hidup manusia di kayu salib. Dia pula telah menerbitkan fajar cerah kehidupan baru dalam peristiwa paskah. Kristus yang bangkit, yang kini bertakhta dalam singgasana surgawi, terus terlibat dalam pergumulan hidup kita di dunia ini melalui kehadiran Roh Kudus-Nya: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Why 21:5).

Kita ingin mengembangkan ekonomi yang berpijak pada kearifan lokal yang ramah lingkungan. Hal ini terungkap dalam tiga festival pastoral Keuskupan, yakni Festival Golo Koe di Labuan Bajo, Festival Golo Curu di Ruteng dan Festival Lembah Sanpio di Kisol.

Di dalamnya terlibat berbagai kelompok ekonomi UMKM lokal dan komunitas seni kultural kreatif. Selebrasi iman dalam festival ini sejatinya bertujuan untuk menumbuhkembangkan partisipasi umat dalam mewujudkan pariwisata dan ekonomi hijau, yang ramah lingkungan, dan berakar dalam keanekaragaman kekayaan kearifan lokal di bumi Congkasae tercinta.

Para imam, biarawan/biarawati dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Gerakan ekologi yang kita lakukan tahun 2024 ini bukanlah sekedar aksi sosial belaka. Tetapi semua itu adalah gerakan pastoral dan gerakan iman.

Relasi yang harmonis dengan alam hendaknya menghantar kita kepada perjumpaan dengan yang ilahi. Sebaliknya kesadaran iman menuntun kepadapenemuan penuh sukacita akan yang abadi dalam dunia yang fana. “Alam semesta berkembang dalam Allah yang memenuhinya sepenuhnya.

Oleh karena itu ada makna mistis dalam sehelai daun, dalam sebuah lintasan alam, dalam embun, dalam wajah orang miskin… Kita belajar menemukan Allah dalam segala makhluk di luar kita.” (LS 233).

Harmoni dengan Sang Khalik ini kiranya menuntun kepada harmoni alamiah yang ditemukan dalam jati diri manusia. Paus Benediktus XVI berbicara tentang “ekologi manusia” (Oekologie des Menschen).

Menurutnya, “juga manusia memiliki suatu kodrat alamiah, yang mesti dia perhatikan, dan tidak bisa dia manipulasi seenaknya.” Manusia perlu menyadari dan menghayati ritme alam dalam kehidupannya. Dirinya seperti alam adalah hadiah sang Pencipta dengan pola dan proses kehidupan yang teratur dan harmonis.

Penerimaan diri sebagai kodrat alamiah yang dianugerahkan oleh Allah ini memungkinkan kita menyambut dan menerima alam semesta sebagai anugerah dari Bapa dan rumah kita bersama (LS 155).

Para imam, biarawan/biarawati dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Aura liturgis yang memikat dan berkesan dari perayaan malam paskah kita dipancarkan oleh dua simbol alam yakni terang dari lilin paskah dan air yang digunakan untuk pembaptisan.

Keduanya merupakan lambang kehidupan baru yang mengalahkan kegelapan, kuasa dosa dan belenggu kematian. Keduanya sekaligus mendendangkan harapan tentang “manusia baru” dan “langit dan bumi yang baru”.

Simbol-simbol hakiki peristiwa paskah ini ingin mengungkapkan karya penebusan Kristus yang meresapi seluruh diri manusia dan merangkul semesta alam ciptaan. Roh Kristus yang bangkit terus menerus memperbaiki dan menyempurnakan seluruh makhluk ciptaan.

Seperti kesaksian pemazmur: “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membarui muka bumi” (Mzm 104:30).

Saat lilin paskah dengan seruan Cahaya Kristus berarak melintas, kita menjawab lantang penuh sukacita: “Syukur kepada Allah!” Ini adalah seruan sukacita dan komitmen tegas perutusan untuk membarui dunia dan merawat alam semesta sebagai rumah Bapa yang indah dan harmonis bagi semua orang.

Siapa yang bersatu dengan Kristus dalam peristiwa paskah, “dia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesunguhnya yang baru sudah datang” (1Kor 5:17).

Mari, bersatu dengan seluruh makhluk, kita berdendang merdu memuliakan Tuhan: Halleluia, Laudato si! Terpujilah Engkau Tuhan! Dalam semangat ekologi integral ini, saya mengucapkan selamat merayakan pesta Paskah 2024. Tuhan memberkatimu.

Ruteng, 14 Maret 2024

Uskupmu,

Mgr. Siprianus Hormat