Meskipun, Tetapi

WhatsApp Image 2023 09 15 at 17.28.46

Dua kata, “Meskipun” dan “Tetapi” dalam konteks penggolongan jenis kata bahasa Indonesia, dikategorikan sebagai kata penghubung atau konjungsi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendeskripsikan kata “meskipun” sebagai kata penghubung penanda adanya perlawanan makna.

Bentuk yang ditemukan di dalam KBBI adalah lema “meski”  sebagai bentuk bebas yang kemudian diimbuhi bentuk “pun”  sebagai bentuk terikat yang menurunkan bentuk meskipun. Bentuk dasar “meski” yang ditambah dengan bentuk (-pun) itu dideskripsikan sebagai unsur yang menandai adanya perlawanan makna seperti halnya bentuk walaupun dan sungguhpun.

Sesuai dengan namanya,  konjungsi (kata penghubung, penyambung) ini bertugas menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat.  Secara umum konjungsi dibedakan menjadi konjungsi (1) koordinatif, (2) korelatif, (3) subordinatif, (4) antarkalimat, dan (5) konjungsi antarparagraf.

Konjungsi koordinatif, korelatif, dan subordinatif  umumnya dikenal sebagai konjungsi intrakalimat. Penggunaan konjungsi yang intrakalimat ini akan diulas dalam kesempatan lainnya. Terkait topik Rubrik Fatamorgana Bahasa Indonesia (FBI) edisi ini, kita akan berfokus pada permasalahan penggunaan konjungsi antarkalimat.

Konjungsi antarkalimat digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi antarkalimat ini mudah diidentifikasi atau dibedakan dari konjungsi intrakalimat. Konjungsi antarkalimat ini menempati posisi terdepan dalam konstruksi sintaksis (kalimat) atau mengawali kalimat dan diikuti tanda baca koma (,). Sebaliknya, konjungsi intrakalimat selalu diposisikan di tengah kalimat.

Dalam praktik berbahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis, penggunaan konjungsi antarkalimat ini mengemban berbagai makna yakni menyatakan pertentangan, keberlanjutan, keadaan atau kondisi lain, kebalikan, keadaan sesungguhnya,  penguatan atau penegasan hal sebelumnya, menyatakan eksklusivitas dan inklusivitas, menyatakan konsekuensi, dan menyatakan peristiwa yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya.

Konjungsi antarkalimat bermakna menyatakan pertentangan itu tampak pada penggunaan konjungsi (biarpun, sungguhpun, sekalipun, walaupun, meskipun); konjungsi bermakna keberlanjutan (kemudian, sesudah itu, selanjutnya,  berikutnya); yang menyatakan di luar keadaan yang dinyatakan (selain itu, tambahan pula, lagi pula); yang menyatakan perlawanan terhadap yang dinyatakan sebelumnya (sebaliknya); menyakaan keadaan sebenarnya (bahwasanya, sesungguhnya); yang menyatakan penguatan (malah, bahkan, tetapi, namun); menyatakan eksklusivitas dan inklusivitas (kecuali, di samping); konjungsi yang menyatakan konsekuensi  dan akibat (dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu); yang menyakatan hal yang mendahului apa yang dinyatakan (sebelum itu).

Terkait penggunaan berbagai konjungsi antarkalimat ini, sering ditemukan pemakaian konjungsi ganda dalam satu konstruksi kalimat atau sintaksis. Penggunaan konjungsi ganda itulah yang dijadikan salah satu contoh  pada topik rubrik FBI ini.  Penggunaan konjungsi “meskipun” dan “tetapi” dalam satu kalimat bertentangan dengan penjelasan tentang konjungsi antarkalimat. Ini sama artinya membuat kalimat menjadi tidak baku.

Salah satu penyebab kalimat tidak baku  justru karena penggunaan konjungsi ganda. Artinya, dalam sebuah kalimat ditemukan dua konjungsi.  Akibatnya, kalimat yang disusun menjadi rancu. Contoh penggunaan konjungsi ganda itu antara lain penggunaan: meskipun-tetapi; walaupun-namun; setelah-maka, hanya-saja, karena-sehingga, sekalipun-namun.

Penggunaan konjungsi ganda seperti ini terbaca dalam kalimat (a) s.d. (f) berikut:

(a) Meskipun wabah virus Corona telah berakhir, tetapi semua warga tetap waspada.
(b) Walaupun arus sungai belum redah, namun Andreas tetap berusaha menyeberang.
(c) Setelah mengetahui Adi digigit anjing maka orangtuanya mengantarnya ke dokter.
(d) Hanya dentuman meriam saja yang mampu mengusir binatang buas itu.
(e) Karena dipaksa memilih jurusan bahasa asing, sehingga Sinta meninggalkan kampus.
(f) Sekalipun kecil peluang untuk menang, namun ia tetap mendaftarkan diri sebagai caleg.

Semua kalimat (a) s.d. (f) di atas tergolong kalimat yang tidak baku karena penggunaan konjungsi ganda sebagaimana tampak pada kata-kata yang tercetak miring (italic). Agar semua kalimat tersebut menjadi kalimat baku, unsur konjungi kedua dalam setiap kalimat harus dihilangkan. Dengan demikian, bentuk kalimat baku untuk semuanya tampak seperti kalimat (a1) s.d. (f1) berikut:

(a1) Meskipun wabah virus Corona telah berakhir, semua warga tetap waspada.
(b1) Walaupun arus sungai belum redah, Andreas tetap berusaha menyeberang.
(c1) Setelah mengetahui Adi digigit anjing, orangtuanya mengantarnya ke dokter.
(d1) Hanya  dentuman meriam yang mampu mengusir binatang buas itu.
(e1) Karena dipaksa memilih jurusan bahasa asing, Sinta meninggalkan kampus.
(f1) Sekalipun kecil peluang menang, ia tetap mendaftarkan diri sebagai caleg.

Semua kalimat (a1) s.d. (f1) yang berkonjungsi antarkalimat dapat diubah pola dan susunannya dengan memindahkan tempat konjungsi ke dalam kalimat. Dengan demikian tampak konjungsinya menjadi konjungsi intrakalimat. Hasil perubahan pola itu tampak pada pada  kalimat (1) s.d. (6) berikut:

  1. Semua warga tetap waspada meskipun wabah virus Corona telah berakhir.
  2. Andreas tetap berusaha menyeberang walaupun arus sungai belum redah.
  3. Orangtuanya mengantarnya ke dokter setelah mengetahui Adi digigit anjing.
  4. Yang mampu mengusir binatang buas itu hanya dentuman meriam.
  5. Sinta meninggalkan kampus karena dipaksa memilih jurusan bahasa asing.
  6. Ia tetap mendaftarkan diri sebagai caleg sekalipun kecil peluang menang.

EDITOR: Redaksi Krebadia.com


bone rampung, simpulan, pergerakan, walau punBonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng.